37. Sok Ganteng Stadium Empat

471 63 72
                                    

(OST

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(OST. Still D. R. E by. Abang Marcin-ku ♥️)

•••

Sok Ganteng Stadium Empat

•••

Satu yang Gesna sadari. Pemaksaan memang tidak akan membuat orang bahagia. Sebagaimana dia tidak suka dipaksa, dia juga merasa beberapa hari terakhir kedatangan Adit hanya basa-basi. Cowok itu datang, menungguinya makan lantas pergi kembali. Mirip satpam komplek yang lagi patroli, nggak ada beda.

Dongkol? Jelas Gesna dongkol. Dia juga kebosanan, tetapi tidak ada orang yang bersedia temani ke Splash. Riko, Adrian, dan Ilham menolak dengan beragam alasan. Kalau Guntur pasti sedang sibuk dengan Joceline atau dengan OSIS, yang jelas tidak akan bisa menemaninya ke dunia malam lagi.

Gesna sudah kehabisan akal mau melakukan apa. Dia sudah menonton tivi dan lihat film di Netflix, merasa tidak ada yang menarik hati. Menonton konten-konten lucu di YouTube tapi jatuhnya malah garing setengah mati dan terkesan dipaksakan. Mau melanjutkan gambaran di dinding kamar, tapi dia belum ada ide. Akhirnya tangan Gesna menekan nomor Adji, berharap cowok itu memiliki waktu luang.

"Kak, gue gabut," panggil Gesna mengeluh. "Mati gaya bener gue. Mana dengkul masih belum bisa kompromi lagi."

"Dengkul lo masih belum baikan juga?" tanya Adji di seberang.

"Gitulah." Gesna merebahkan kepala di bantal. Sore ini terasa sangat sepi. "Ngapain yuk kita?"

"Ngopi mau?" tawar Adji baik hati.

Gesna melonjak girang, tak lama langsung meringis karena lututnya kembali nyeri. "Gitu, kek. Kuylah, jemput gue ya? Si putih lagi di bengkel. Body-nya lagi dicantikin lagi."

"Iya, paham. Lo siap-siap, deh. Bentar lagi gue jemput."

Gesna langsung bangkit begitu telepon terputus, memilih baju dan celana pendek. Baret di lutut sudah mengering, tetapi untuk memakai celana panjang masih butuh perjuangan. 

Adji datang setengah jam dari telepon berakhir, mengangkutnya pergi dari rumah.

"Kak, lo tahu nggak?" Gesna membuka suara. "Gue sama Nay perang dingin. Dia nggak tegur gue sampai sekarang."

Naraya sudah kembali bersekolah tetapi mereka berdua tidak bertegur sapa. Gesna pernah memancing menegur Naraya dan tidak dijawab oleh cewek itu.

"Kok bisa?"

"Lo tanya gue? Terus gue tanya siapa?" cibir Gesna sambil menaikkan bahu. "Kenapa juga dia yang kesal? Harusnya yang kesal itu kan gue. Dia udah bohongin gue. Ya, nggak, sih?"

Adji masih fokus ke jalan di depan mereka. Dalam diam, cowok itu seperti ikut berpikir. "Lo ngerasa nggak kalau Nay itu susah dimengerti? Sampai sekarang aja, gue tuh masih nggak paham apa yang ada di pikirannya."

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now