45. Keinginan Terpendam

422 72 26
                                    

(OST

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(OST. Larut - Dewa 19)

•••

Keinginan Terpendam

•••

Gesna melewati ruang tamu rumah Guntur dengan menyengir pelan. Dia tidak kenal teman-teman sekelas Guntur. Dari semua itu, hanya Joceline yang dikenalnya. Sebatas kenal saja, itu pun dikenalkan Guntur. Mengabaikan tatapan heran yang lain, Gesna melenggang ke dalam.

"Mamah, Gesna datang," serunya dengan kedua tangan terangkat ke arah dapur.

Di sana, ada Mamah dan Pelangi. Mamah yang bercelemek tampak sedang sibuk menyiapkan sesuatu dan Pelangi ikut membantu Mamah. "Wah, apa nih yang bisa Gesna bantu?"

Pelangi tertawa mengejek. "Kak Gesna nongolnya waktu kita udah mau selesai, Mah. Pasti sengaja."

"Kenapa buka rahasia sih, Ngi? Ah, jujur banget lo." Gesna tergelak sambil memperhatikan tangan Mamah yang cekatan mengisi tahu. "Bikin apa, nih, Mah?"

"Tahu isi," ujar Mamah. "Buat teman-temannya Abang yang lagi kerja kelompok. Kamu enggak ikutan itu kerja kelompok?"

"Beda, Mah. Abang kelas IPA, Kak Gesna itu IPS," sahut Pelangi yang mulai memasukkan tahu ke penggorengan.

"Siapa tahu pelajarannya sama?" Mamah menaikkan alisnya yang tipis. Tangannya masih mengisi tahu yang tersayat dengan adonan sayur. "IPS belajar matematika juga, kan?"

Gesna menaikkan telapak tangan untuk menolak ide baik dari Mamah. "Enggak usah, Mah. Lihat rumus-rumusnya aja, Gesna udah alergi."

Mamah tertawa kecil dan paham. "Sama. Mamah juga dulu, waktu masih muda, enggak suka hitung-hitungan. Lieur, mumet Mamah rasa." Ketika semua tahu yang ada sudah terisi, Mamah lantas menyuci tangan. Wanita itu dapat menebak tujuan Gesna datang ke rumah hanya dari pakaian yang Gesna kenakan. "Ada latihan basket, sore ini?"

"Iya, Mah." Gesna membantu menata tahu yang telah diangkat Pelangi di piring ceper, juga mencuci cabe rawit sebagai pelengkap. "Bulan depan ada turnamen. Gesna datang mau nebeng sama Guntur aja ke sekolah."

"Eh, tapi ... kamu kok kurusan?" Mamah membalik badan Gesna, tampak memperhatikan perubahan di tubuhnya. "Udah makan siang belum? Mau Mamah gorengin ayam?"

Ditanya seperti itu, Gesna hanya meringis. Dia sudah makan waktu istirahat kedua di sekolah. Makan sepiring siomai. Setelah sampai rumah, entah kenapa nafsu makannya lenyap tanpa sisa. "Ah, Mamah perhatian bener, jadi cinta..." seloroh Gesna sambil menaruh kepala di bahu Mamah dengan manja. Dia langsung tertawa saat Mamah mencubit pinggangnya.

"Mamah gorengin ayam, ya?"

"Enggak usah, Mah. Tahu goreng ini aja udah cukup. Ada buat Gesna, 'kan?" Gesna mengambil sebuah tahu yang sudah matang dan menggigit ujungnya.

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now