49. Missing Something

503 73 38
                                    

(OST

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(OST. The Scientist - Coldplay. Cover by. Chase)

•••

Missing Something

•••

Ketika Adit memutuskan mundur, dia sudah mempertimbangkan masak-masak semuanya. Termasuk risiko yang akan dia pikul. Semua orang sudah tahu hubungan dia dengan Gesna, meski mereka tidak tahu bagaimana berakhir hubungan itu. Adit tidak peduli dibicarakan macam-macam. Dia sudah dilingkupi mitos-mitos miring sedari dulu. Selama ini, mereka juga hanya berani membicarakannya di belakang. Namun, Adit keberatan kalau Gesna dituduh macam-macam. Seperti tuduhan berselingkuh atau kado keperawanan. Jenius-jenius sekali murid di sekolah ini. Entah apa dasar hipotesis mereka.

Benar kata Bara, dirinya ini orang yang sulit. Sulit untuk membuka hati. Sulit untuk jatuh cinta dan sulit untuk berpaling. Sebodoh ini memang. Dia juga tidak mengerti bagaimana dia bisa jatuh cinta tanpa terencana. Dia tidak pernah terpikir untuk jatuh cinta hingga dia tahu setiap rasa nyeri yang dia terima itu akibat perasaannya.

Kalau dia tidak jatuh cinta, dia tidak mungkin emosi melihat Gesna dirangkul cowok lain. Kalau dia tidak jatuh cinta, dia tidak mungkin keberatan Gesna mengabaikannya. Adit sadar dia jatuh terlalu dalam dari yang dia sangka. Tidak mengerti apa sebabnya, tidak ada dasar yang dapat dijadikan acuan jelas, semua mengalir saja tanpa Adit bisa cegah.

Padahal dia tahu, Gesna tidak membalas. Tetapi dia tetap menyelam lebih dalam, menyakiti diri sendiri, berkali-kali. Adit memutuskan mundur karena sadar, dia lupa untuk menyayangi diri sendiri. Bagaimana bisa menyayangi orang lain jika belum menyayangi diri sendiri?

"Hati kita itu cuma satu. Masa dibiarin sakit-sakitan terus?"

Itu kalimat yang Adit dengar dari pembicaraan orang lewat di koridor. Kalimat motivasi untuk Adit mengakhiri semua yang jelas-jelas tidak bisa digapai.

Seakan mengetes keteguhan hatinya, situasi-situasi yang ada kerap membenturkan Adit dengan hal-hal yang paling menghindarinya dan ingin dihindarinya. Iya, itu semua tentang Gesna.

"Adit, kamu kemarin bilang tetangganya Gesna, 'kan?" Bu Muslicha memanggil dia ketika melewati kantor guru. Wanita tersebut menarik lengannya agar menepi. "Saya lihat beberapa hari ini mata Gesna sembab. Dia kenapa? Apa penyakitnya kambuh? Kayaknya kalau lagi main basket dia baik-baik saja."

Adit terperanjat. Dia harus jawab apa? "Saya sudah jarang ketemu Gesna, Bu. Kan sekarang sibuk bimbel." Mulutnya berdecak pelan. "Mungkin Gesna sedih karena papa Guntur meninggal."

"Lho, karena papanya Guntur?" Bu Muslicha mengernyit tidak paham. "Mereka bersaudara?"

Pertanyaan menjebak. Lain kali, Adit akan berjalan memutar lebih jauh saja daripada melewati kantor guru. Dia menggeleng. "Enggak, Bu. Mereka dekat dari lama."

MATAHARI APIWhere stories live. Discover now