DELAPAN

4K 871 53
                                    

Ada hening yang panjang dan dalam di antara kedua lelaki yang tengah duduk bersisian di salah satu bangku yang terletak di tengah taman rumah sakit. 

Sengaja,  Namjoon memilih tempat itu.  Takut-takut mereka tidak bisa mengendalikan emosi masing-masing yang berujung perkelahian dan menimbulkan keributan di sana.  Setidaknya,  Namjoon tidak ingin Haneul terbangun hanya karena keributan mereka berdua.

"Kemana kau selama delapan tahun ini?" akhirnya Namjoon membuka suara.  Jujur saja,  sejak hari di mana Taehyung tidak muncul di pernikahannya sendiri,  dia sudah tidak pernah sudi mendengar kabar tentanh Taehyung,  ke mana dia melarikan diri,  bagaimana hidupnya setelah itu.

Taehyung membasahi bibirnya yang terasa kering terlebih dahulu sebelum menjawab,  "Amerika."

Namjoon mendengus, rasanya gampang sekali bagi Taehyung untuk menjawab pertanyaan itu. Amerika,  negara yang jauh.  Namjoon ingat,  Taehyung pernah bilang kalau suatu saat dia ingin tinggal di negeri Paman Sam itu.  "Cita-citamu tercapai rupanya. Sayangnya,  kau mengorbankan banyak hal untuk itu." mendadak darah Namjoon terasa mendidih lagi,  dikepalkannya tangannya kuat-kuat.

"Itu tidak semudah yang kau pikirkan,  Hyung."   jawab Taehyung.

"Ya, tentu saja. Aku mungkin akan membunuhmu sekarang juga kalau kau menjawab bahwa kau hidup bahagia di sana tanpa memikirkan mereka yang kau tinggalkan di sini."

"Tapi aku tidak menyesal, sudah membiarkanmu menikah dengan Sarang, Hyung." Taehyung berkata sembari menatap Namjoon, lalu pandangannya mengikuti pergerakan Namjoon yang berdiri tiba-tiba dari bangkunya, menatapnya dengan pandangan tajam sembari mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

"Kau bilan tidak menyesal?" tanya Namjoon tidak percaya, agaknya Taehyung memang berniat untuk mati di tangan Namjoon kalinya. "Kau lari dari tanggung jawab, meninggalkan Sarang yang sedang mengandung anakmu, dan kau tidak menyesal?! bahkan kau tidak datang ke pemakaman Sarang, kau juga tidak menyesal?!" Ini bukan masalah Namjoon membenci Taehyung karena sudah melimpahkan semua tanggung jawab padanya, tapi ini masalah Kim Taehyung yang terlihat seperti seorang yang sudah tidak punya hati.

"Aku ada di sana,Hyung." Jawab Taehyung, meski matanya terlihat bergerak gelisah. Bibir itu terlihat gemetar setiap kali berbicara, namun Taehyung tetap menatap Namjoon, "Aku ada di sana saat kau menggantikan aku di altar." sambungnya, "Aku ada di sana saat Sarang dimakamkan."

Namjoon menarik kerah baju Taehyung, membuat lelaki itu berdiri dari kursinya. "Lalu kenapa kau tidak menampakan dirimu?! kenapa kau pergi meninggalkan Sarang?!"

"Karena aku tidak mau Sarang menikah dengan orang yang tidak dicintainya!" Kali ini Taehyung balas berteriak, mengeluarkan seluruh rasa sakit yang ditahannya sejak lama, "Apa menurutmu aku terlalu bodoh untuk melihat bahwa kau dan Sarang saling mencintai? apa kau pikir aku akan seegois itu untuk mengikat Sarang dalam pernikahan yang tidak pernah dia inginkan? Aku mencintainya, Hyung. Aku mencintai Sarang," akunya, "Tapi aku tidak mau gadis yang aku cintai menikah denganku karena terpaksa. Karena itu aku pergi! karena itu aku meninggalkannya untukmu!"

Detik berikutnya, tubuh Taehyung sudah tersungkur ke tanah karena pukulan Namjoon yang mendarat di wajahnya, lagi. Napas keduanya naik turun, namun dari mata kedua lelaki itu terlihat luka yang sama, terlihat kehancuran yang sama.

"Kau bodoh." ucap Namjoon lirih, "Kau seolah tahu semuanya, kau seolah menyangka apa yang kau lakukan itu sebuah pengorbanan, kau tidak tahu apa-apa Kim Taehyung." Namjoon menengadahkan kepalanya ke atas, tertawa lirih sambil menghapus air matanya, "Kau bilang Sarang mencintaiku? kau salah, Taehyung. Sarang tidak pernah mencintaiku, SARANG MENCINTAIMU! DIA MENCINTAIMU, BRENGSEK!"

Setelahnya, Taehyung hanya mengingat Namjoon yang melayangkan pukulan ke wajahnya lagi.

***

"Apa ini?" Namjoon menyambar buku catatan kecil berwarna tosca dari tangan Sarang yang tengah menulis di buku itu sambil memakai earphone.

"Oppa!" Sarang menjerit,  melepaska. Earphonenya begitu saja,  mengejar Namjoon yang berlarian di sekeliling kamar Sarang sambil mengangkat buku catatan milik gadis itu.  "Kembalikan!" rengek Sarang.

"Tunggu,  aku ingin lihat kau menulis apa." goda Namjoon,  dia sebenarnya sudah lama penasaran dengan buku kecil yang sering di bawa Sarang ke mana-mana itu.  Namjoon melihat isinya sembari berjinjit agar Sarang tidak bisa merebut bukunya kembali,  syukurlah Namjoon punya tinggi badan yang melampaui gadis itu. 

"Oppa!" bahkan,  ketika Sarang meloncat-loncat menggapai buku yang masih Namjoon pegang.  Usahanya itu berbuah sia-sia.

Namjoon mengerutkan kening,  lalu menyemburkab tawanya.  "Apa ini?  Kau menyukai Taehyung?" tanya Namjoon, meski dia tidak terlalu terkejut dengan hal itu.  Namjoon sudah lama memperhatikan dan membuat analisis sendiri bahwa Sarang menaruh perasaan lebih pada Taehyung.

Sarang akhirnya merebut bukunya kembali,  gadis itu mengerucutkan bibir.  Melempar tubuhnya ke ranjang,  menutup wajahnya dengan bantal guna menyembunyikan wajahnya yang merah padam karena malu.

Namjoon masih tertawa saat dia mendudukan diri di tepian ranjang Sarang.  Menarik bantal dari wajah gadis itu dengan mudahnya,  "Kenapa harus malu?"

Sarang memukul badan Namjoon dengan gulingnya, ini sangat tidak bagus.  Ini lebih memalukan dari pada ketika dulu Sarang minta dibelikan pembalut oleh Namjoon saat dia lupa membawanya ke sekolah. Sarang sudah berusaha mati-matian menyembunyikan perasaan itu,  tapi akhirnya ketahuan juga oleh Namjoon yang menyebalkan itu.

"Pantas saja,  aku lihat kau senang sekali dapat buket bunga matahari darinya.  Ah,  setangkai bunga matahariku jadi terasa tidak berharga." Namjoon mengusap dadanya sendiri pura-pura terluka. 

Sarang berdecak,  "Berhenti menggodaku,  kau menyebalkan,  Namjoon."

Namjoon menghela napas,  "Hei,  tidak apa-apa kalau kau punya perasaan padanya. Katakan saja terus terang."

Sarang bangun,  ia menatap Namjoon dengan tatapan  horor,  "Kau gila? Aku tidak segila itu untuk merusak persahabatan kita." Sarang menjeda, tatapannya beralih pada langit-langit kamarnnya, kesedihan terlihat di wajah gadis itu. "Lagi pula,  dia hanya menganggap aku sebagai sahabatnya. Tidak lebih."

Namjoon menatap Sarang iba, namun diam-diam dia mengulas senyum melihat gadis itu gelisah karena perasaannya sendiri. Lucu rasanya,  melihat Sarang seperti itu.  Namjoon jadi membayangkan bagaimana kalau Sarang dan Taehyung bersama,  atau mungkin nanti dia harus membantu mereka berdua.

Namjoon menepuk-nepuk kepala gadis itu sebelum bangun dari tempat duduk kemudian berjalan menuju pintu, saat teriakan Sarang terdengar di belakangnya.

"Kalau kau kembali ke bar itu lagi, jangan harap aku akan menganggapmu sebagai kakak ku lagi, Kim Namjoon."

***

"Kau masih ingin mengatakan kau tidak menyesal sudah meninggalkannya?" Namjoon melempar pandang ke belakang, pada sosok Taehyung yang duduk di bangku dengan wajah babak belur akibat pukulan Namjoon.

Taehyung menundukan wajahnya dalam, Namjoon tahu lelaki itu tengah menangis dalam diamnya. Namjoon tidak tahu, apakah sekarang dia masih harus menyalahkan Taehyung, atau menyalahkan waktu yang membuat semua kesalahpahaman ini berujung kehancuran mereka bertiga.

"Hyung, aku ingin bertemu Haneul."

Send My Letter to Heaven ✔Where stories live. Discover now