DELAPAN BELAS

5.3K 853 171
                                    

Ada yang mengatakan "Manusia hanya bisa berencana,  tapi Tuhanlah yang menentukan akhirnya." entah siapa yang mengatakan kalimat itu,  tapi yang pasti sekarang Namjoon dan Taehyung sudah sangat mengerti maksud dari kalimat itu dalam perspektif mereka saat ini. Tuhan,  telah menentukan akhirnya untuk mereka.

Rencana-rencana indah yang telah Namjoon bangun selama ini,  lelaki itu harus menanggalkan rencana nya tentang memberi pendidikan terbaik untuk Haneul hingga anak itu besar nanti,  memastikan kehidupan anaknya terjamin hingga nanti dan itu juga menjadi alasan utama Namjoon bekerja keras selama ini.Hanya untuk Haneul.

Ia harus membiarkan rencana nya untuk memberi Haneul kejutan sebuah rumah di tepian pantai Gangneung menguap,  dan hilang. Rencana yang sudah ia atur selama setahun belakangan itu harus berhenti kemarin malam. 

Taehyung,  bagi lelaki itu rencananya untuk melihat Haneul tumbuh dewasa menjadi gadis secantik ibunya tidak akan pernah menjadi nyata.  Angan-angannya jika suatu saat Haneul akan memanggilnya ayah mungkin hanya akan menjadi bunga tidur baginya. Pun senyum anak itu juga binar dalam mata bulatnya hanya akan Taehyung temui di alam mimpi.  Itupun jika anak itu bersedia untuk mampir dalam mimpinya kendati ia tahu Haneul mungkin akan lebih memilih sering mampir di mimpi Namjoon.

Bagi kedua lelaki itu,  rencana indah mereka tentang seorang anak perempuan bernama Kim Haneul harus berakhir kemarin,  tepatnya sejak Haneul mendengar jawaban Namjoon atas pertanyaan yang ia tanyakan,  sejak tangan mungilnya menggenggam kedua tangan besar dari dua lelaki yang berada di sampingnya hingga akhir,  sejak Haneul menutup mata, terlelap dalam tidur damai yang panjang.  Selamanya. 

Namjoon masih mengingatnya,  jelas saja.  Itu baru kemarin terjadi. Pertanyaan yang Haneul ajukan,  jawabannya yang menghantarkan Haneul pergi dalam damai dengan sebuah senyum terukir,  lega. 

"Apa ayah sudah bahagia?" tanyanya dengan suara paling lirih yang pernah Namjoon dengar,  lirih dan lemah. 

Namjoon tahu Haneul sudah terlalu lelah,  mungkin dia hanya bertahan hanya untuk sebuah jawaban ini.  Hanya untuk memastikan lelaki bernama Kim Namjoon yang seumur hidupnya dia kenal sebagai ayahnya hidup dengan baik setelah ini.  Namjoon melihat Taehyung membuang pandangannya pada tembok rumah sakit,  mungkin hatinya merasa sakit. Tapi hatinya juga sakit,  sakit melihat Haneul yang seperti ini.  Tidak,  dia tidak ingin egois.  Memaksakan Haneul bertahan dengan tubuhnya yang sudah terlampau lelah bukanlah pilihan yang Namjoon pilih.  Sebesar apapun keinginannya untuk Haneul bertahan,tidak bisa mengalahkan besarnya keinginan Namjoon untuk melihat Haneul bahagia,  pun dengan Taehyung.  Namjoon tahu itu.

Jadi,  dengan hati yang sesak.  Mata yang sudah memerah dan bibir yang bergetar,  Namjoon mengambil napas.Mendekatkan wajahnya pada Haneul.  Tangannya mengusap rambut anaknya pelan-pelan,  "Ayah sudah bahagia." jawabnya,  "Haneul tidak perlu khawatir lagi.  Haneul bisa pergi sekarang.  Ayah akan baik-baik saja." Namjoon tidak tahu seberapa kuatnya dia hingga bisa mengucapkan kata-kata seperti itu. Yang dia tahu, setelah itu Haneul tersenyum padanya. 

Haneul mengulurkan tangannya, Namjoon menggenggamnya erat.  Kemudian anak itu menoleh pada Taehyung yang masih memalingkan wajah menyembunyikan tangis.  Tubuhnya tersentak merasakan tangan dingin Haneul menyentuh tangannya,  menggenggamnya sama seperti yang ia lakukan pada Namjoon.  Haneul tidak mengatakan apapun,  namun Taehyung masih bisa melihat binar di mata bulat itu.  Sampai kemudian,  perlahan cahayanya meredup bersama mata Haneul yang terpejam dan genggamannya yang melemah. 

Namjoon merosot ke bawah,  menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan air mata yang sedari tadi ia tahan, memukuli dadanya sendiri yang terasa sakit dan sesak.  Taehyung terisak,  dikecupnya kening Haneul lama,  air matanya mengalir hingga ikut membasahi pipi Haneul.

"Ayah menyayangimu,  Haneul."

***

Ada banyak yang telah pergi dari kehidupan mereka sejak dulu.  Ada banyak waktu yang terlewat oleh mereka di masa lalu yang membawa penyesalan yang kembali berulang. 

Ada banyak sekali hal yang ingin mereka ubah di masa lalu seandainya saja mereka bisa tapi mereka tahu waktu tidak akan pernah bisa mereka putar kembali dan penyesalan dari rasa kehilangan mereka hari ini hanya akan mengendap selamanya di hati. 

"Kau pasti bisa melewati ini semua."

Namjoon menoleh ketika Yoongi menepuk bahunya, lelaki itu memaksakan senyum tipis pada Yoongi.  Yang mengingatkan Yoongi pada dirinya dulu ketika harus merasakan hal yang sama seperti yang dialami Namjoon sekarang.

"Terima kasih, Hyung."

"Kau pasti tahu Namjoon,  aku ada di sini bukan hanya karena Haneul.  Tapi juga karena sekarang kau adalah temanku. Jadi,  kalau kau membutuhkan sesuatu tempatku selalu terbuka untukmu.  Kau bisa menghubungiku kapanpun kau mau.  Aku bisa menjadi teman minum mu."

Namjoon kembali tersenyum,  "Aku tahu. Terima kasih banyak, Hyung. Untuk semuanya,  terima kasih." Namjoon mengucapkannya begitu tulus. 

Yoongi mengangguk,  ia kembali menepuk-nepuk bahu Namjoon kemudian melirik sedikit pada Taehyung yang masih bersimpuh di samping makam Haneul.  "Kalau begitu aku pergi dulu.  Jaga dirimu."

Namjoon mengangguk,  "Kau juga, Hyung."

Setelahnya Yoongi pergi dari pemakaman,  keheningan kembali terjadi di sana.  Di antara kedua lelaki yang tengah menatap makam anak mereka yang sudah pergi dengan damai.  Namjoon mengambil satu langkah mendekat,  menatap punggung Taehyung yang terasa rapuh di matanya.

"Ini." Namjoon menyodorkan boneka beruang pada Taehyung.  Taehyung menatap boneka itu dan Namjoon bergantian. "Tertinggal di kamar rawat Haneul." Namjoon menjeda sebentar, "Ada sesuatu yang harus kau dengar." lalu Namjoon menyodorkan lagi ponselnya dan sebuah earphone.

Taehyung mengambil boneka itu,  boneka beruang yang sempat ia tinggalkan di villanya ketika itu.  Yang ketika Haneul merajuk ingin boneka itu kembali Taehyung langsung kembali ke sana untuk mengambil boneka itu untuk Haneul.  Taehyung menempelkan earphone ke telinganya,  menekan tombol play.  Dan untuk beberapa saat napasnya seperti berhenti, dia bisa mendengar suara Haneul. 

"Kemarin Haneul dengar ayah dan paman Taehyung bicara,  katanya paman Taehyung juga ayah Haneul."

Sungguh,  ini kali kedua dalam beberapa menit Taehyung seolah lupa bernapas. 

"Apa artinya Haneul punya dua ayah? Woahhhh!  Seru!  Nanti Haneul bisa cerita pada teman-teman kalau Haneul punya dua ayah ya,  Teddy?" Haneul menyebut nama bonekanya."Mereka pasti iri,  mereka hanya punya satu ayah. Sementara Haneul punya dua." terdengar suara gelak tawa Haneul.

Punggung Taehyung terguncang karena isakannya,  bukan tangis kesedihan.  Melainkan tangis kebahagiaan,  penuh rasa syukur yang meluap-luap dalam dadanya.

"Ayah Taehyung, Haneul suka. Hihi.." lalu Rekaman itu berhenti.  Taehyung melepas earphonenya dengan tangan gemetaran. 

"Keinginanmu terkabul,  Tae." kata Namjoon memecah keheningan. "Ini kan yang kau inginkan selama ini?  Mendengar Haneul memanggilmu ayah.  Dia memanggilmu ayah sebelum saat terakhirnya." Namjoon meremas bahu Taehyung.

Isakan itu berubah menjadi tangis,  Taehyung memeluk boneka itu lebih erat.  Membenamkan wajahnya pada boneka berbulu itu,  menghirup wangi Haneul yang tertinggal di sana. Wangi yang akan selalu dia rindukan hingga akhir hidupnya. "Haneul-ah.." isakannya terlalu lirih, tangisannya seperti sungai yang tidak bisa berhenti mengalir.  "Maafkan Ayah. Maafkan Ayah.."

Namjoon menengadah ke langit,  matahari mengintip dari awan yang berarak membuat hari ini sedikit tidak panas.  Diam-diam Namjoon mengucap syukur pada Tuhan,  telah diberikan kepercayaan menjaga seorang malaikat kecil yang merubah hidupnya. Menjadi bagian dari kisah hidup Namjoon, membawanya pada kehidupan yang lebih baik.  Namjoon masih tetap menganggap Haneul adalah anugerah yang dikirim langit untuknya,  dan akan selalu begitu. 

Berbahagialah di sana Haneul,  doa-doa ayah akan menjadi surat untuk kau baca di surga sana. 

Fin

P.s : side story akan di update secepatnya.

Love,
Moon

Send My Letter to Heaven ✔Where stories live. Discover now