EMPAT BELAS

3.4K 807 58
                                    

Hari menjelang sore ketika Taehyung mengantarkan pria berjas rapi dengan tas kantor yang diapit di ketiaknya keluar dari villa. Pria itu seorang yang dibayar Taehyung untuk mengurus surat-suratnya dan Haneul, Taehyung meletakan berkas suratnya ke atas meja kaca. Surat-suratnya sudah lengkap,  lebih cepat dari yang dia kira.  Lalu besok ia akan membawa Haneul pergi jadi dari Korea.  Lebih cepat lebih baik,  Haneul harus segera mendapat perawatan yang lebih baik,  dan hidup bahagia,  bersamanya.

Taehyung lalu beranjak ke kamar Haneul,  sejak selesai makan siang tadi Haneul tidak keluar kamar.  Ketika Taehyung membuka pintu,  Haneul sedang tidur sambil memeluk boneka dari Taehyung.  Ada sepercik rasa bahagia yang muncul di hati Taehyung ketika mendapati pemandangan itu. 

Pelan-pelan Taehyung mendekat,  mengambil boneka yang tengah Haneul peluk.  Kemudian membuka restleting yang berada di bagian belakang boneka beruangnya.  Mengeluarkan kaset kecil dari sana,  lalu menggantinya dengan yang baru.  Oh,  sejak beberapa hari ini itu menjadi kebiasaan Taehyung.  Menggambil dan mengganti kaset dari dalam boneka beruang Haneul.  Lalu mendengarkan cerita-cerita yang Haneul ceritakan pada boneka itu. 

Taehyung kembali meletakkan boneka beruang itu dalam pelukan Haneul,  keningnya sedikit mengerut karena merasakan badan Haneul yang terasa panas.  Beberapa hari ini Haneul memang sering demam,  namun bocah perempuan itu tidak mengeluh, tidak terlalu rewel.  Hanya sering menanyakan keberadaan ayahnya yang akan dijawab Taehyung dengan kebohongan yang sama. 

Taehyung keluar dari kamar Haneul,  dengan tutupan perlahan pada pintu kamarnya lalu duduk di sofa.  Mengambil walkman lama.  Astaga, tahun berapa sekarang,  kenapa Taehyung jadi merasa kuno karena memiliki benda seperti itu?  Tapi itu salah satu hadiah ulang tahun dari Sarang,  jadi dia menjaganya baik-baik.

"Nah,coba kita dengar cerita Haneul hari ini." Gumam Taehyung sambil menyumpal telinganya dengan earphone dan menekan tombol play.

"Haneul rindu ayah."

Taehyung tertegun pada kalimat pertama.

"Kenapa ayah tidak datang-datang?  Ayah sudah tidak sayang pada Haneul ya?  Apa karena Haneul sering merepotkan ayah,  ya?  Maaf ayah,  maaf."

Taehyung melepaskan earphonenya kasar,  tangannya gemetar karena marah. Entah apa yang membuatnya merasa begitu marah.  Apa karena Namjoon mendapat semua yang dia inginkan?  Apa karena Taehyung terlalu lelah mendengar Haneul memanggil Namjoon dengan sebutan yang seharusnya disematkan pada Taehyung?

"Ayah..."

Taehyung terkesiap,  mendengar suara lirih itu.

"Ayah.."

Itu suara Haneul.

Taehyung tergesa masuk ke dalam kamar Haneul,  matanya membulat kaget melihat Haneul merintih di tempat tidur dan terus meracau.  Taehyung mendekati anaknya,  mata Haneul terpejam namun bibirnya terus mengucap kata-kata yang sama. 
"Ayah.."

Taehyung duduk di pinggir tempat tidur,  tangannya reflek menyentuh kening Haneul yang berkeringat.  Panas,  benar-benar panas.  Namun tubuh anak itu seperti menggigil,  bibirnya terlihat membiru.  Taehyung panik bukan main,  "Haneul-ah.." Taehyung mengguncang bahu Haneul sedikit keras.

Mata anak itu terbuka perlahan, "A.. Ayah.."

Taehyung menggigit bibirnya kuat,  mengusap rambut dan wajahnya kasar.  Haneul sakit,  apa yang harus dia lakukan?  Hal pertama yang dia lakukan,  secara spontan adalah memgeluarkan ponselnya. Menghubungi seseorang,  Kim Namjoon.  Tentu saja,  lihat anaknya meracau memanggilnya terus bahkan disaat sakitnya.

Send My Letter to Heaven ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang