DUA BELAS

3.4K 786 25
                                    

Kim Taehyung,  beberapa kali mempererat pelukannya pada boneka beruang besar yang dia bawa sembari tersenyum-senyum sendiri.  Langkah kakinya terasa ringan menyusuri koridor rumah sakit,  padahal pagi tadi dia dilanda sakit kepala hebat serta perut mual. 

Oh,  ya,  salahkan kebodohannya yang nekad minum. Taehyung sampai saat ini masih berusaha mengingat potongan kejadian yang samar-samar terjadi kemarin malam.  Dia ingat, dia pergi ke bar setelah mengunjungi makam Sarang,  menangis sesunggukan di depan makam perempuan yang dia cinta.  Dia ingat saat menelepon Namjoon,  celotehannya yang tidak jelas membuat pipi Taehyung memanas karena malu.  Juga saat Namjoon menjemputnya,  kata-kata Namjoon, dia yang ditarik ke mobil.  Setelah itu...,  Taehyung tidak ingat lagi.

Uh,  malu sekali dia nanti kalau berhadapan dengan Namjoon. Bagaimanapun,  sudah lama dia tidak menangis di depan lelaki itu.  Dulu pernah,  beberapa kali,  Taehyung itu termasuk lelaki yang cengeng,  dan dia selalu iri pada Namjoon yang selalu kuat menahan perasaannya. 

Taehyung mempercepat langkahnya ketika tinggal satu belokan lagi untuk sampai ke kamar Haneul, sesuai janjinya pada anak itu,  Taehyung membawa boneka beruang besar juga setoples cokelat hasil buatannya sendiri.  Tangannya sedikit kesusahan saat mendorong pintu ruang rawat Haneul, senyumnya merekah melihat anak perempuannya sedang membaca buku cerita, sendirian.

Di mana Namjoon?  Atau Yoongi?  Kenapa dia membiarkan anakku sendirian?

"Haneul-ah.."

Haneul mengalihkan pandangnya dari buku pada sosok Taehyung yang berdiri di depan pintu.  "Paman Taehyung." Lesung pipi itu tercetak sempurna bersama senyuman Haneul yang membuat dada Taehyung membuncah dengan kebahagiaan. 

Taehyung menarik kursi yang berada di samping nakas putih, meletakan plastik putih berisi cokelat di atas nakas itu lalu menatap Haneul. Mata bulat sempurna yang berbinar, ah hanya dengan melihat binar di mata itu saja membuat Taehyung diliputi kebahagiaan. "Lihat, paman bawakan apa untukmu." Taehyung menyodorkan boneka beruang besar berwarna cokelat susu pada Haneul yang menerimanya dengan pekikan kegembiraan.

"Nah,  kalau Haneul kesepian dan butuh teman bicara,  Haneul bisa menekan perut boneka beruang ini,  seperti ini." Taehyung memberikan contoh.

"Halo Haneul-ah,  aku akan menjadi temanmu bermain.." terdengar suara dari boneka beruang itu. Suara yang Taehyung rekam sendiri. 

"Haneul bisa bercerita apa saja pada boneka ini,  boneka ini akan mendengarkan.  Supaya Haneul tidak merasa kesepian lagi." kata Taehyunh kemudian.

"Terimakasih, Paman." Haneul memeluk boneka itu erat, memang sih, mungkin tidak sebanding dengan boneka buatan Namjoon yang tempo hari Haneul ceritakan, tapi tidak apa-apa. Taehyung memiliki keahlian lain yang  bisa dia perlihatkan pada anaknya.

Taehyung mengambil kantong plastik dari atas nakas, mengeluarkan toples cokelat dengan pita merah muda yang diikatnya sendiri sebagai pemanis. "Lihat,  apa yang paman bawa untuk Haneul." Taehyung menggoyang-goyangkan toples cokelatnya dengan jenaka lalu memberikannya pada Haneul.

"Woahhh..." mata anak itu kembali berbinar,  "Terimakasih,  Paman."

"Itu Paman sendiri yang membuat cokelatnya." kata Taehyung dengan bangga,  lalu membukakan toples cokelat agar Haneul bisa mengambil isinya.  "Paman buat khusus untuk Haneul." tangannya bergerak mengusap rambut anaknya, beberapa helai rambutnya tertinggal di tangan Taehyung.  Taehyunh cepat-cepat memasukan tangannya ke dalam saku celana,  tidak ingin Haneul sadar bahwa rambutnya sedikit demi sedikit menipis. "Enak?"

Haneul mengangguk girang,  "Enak,  Paman.  Paman pandai memasak,  ya?  Kalau ayah selalu mencoba memasak pasti makanannya selalu gosong." kata Haneul sambil mengunyah cokelat keempatnya. 

"Jadi Haneul selalu makan makanan gosong?  Pasti tidak enak,  ya?" tanya Taehyung,  sepertinya setelah ini dia harus menggantikan Namjoon memasak untuk Haneul.  Sepertinya Namjoon tidak berubah,  dari dulu memang dia tidak bisa mengerjakan apapun dengan tidak ceroboh. 

"Tidak enak,sih. Tapi Haneul tidak mau ayah sedih kalau masakannya tidak dihabiskan.  Jadi langsung Haneul telan saja.  Hehe.. Jangan bilang-bilang ayah ya,  Paman." kata Haneul setengah berbisik seolah tidak ingin ada yang tahu rahasianya yang satu ini.

Taehyung hanya tersenyum menanggapi, dia terlalu menyayangimu, Hyung. "Mau Paman bacakan cerita?" tanya Taehyung sambil mengambil buku cerita yang tergeletak di samping Haneul. 

Haneul mengangguk,  lalu menutup toples cokelatnya.  Taehyung mengambilnya dan meletakannya kembali ke nakas.  Haneul berbaring lagi di ranjangnya, merasakan kantuk yang diam-diam menyergap. 

"Paman akan bacakan sebuah cerita,  tentang seorang puteri cantik yang berasal dari langit." kata Taehyung siap memulai ceritanya,  tangannya mengusap rambut Haneul pelan-pelan.

"Pada zaman dahulu kala,  disebuah kerajaan yang berada di langit ada seorang puteri yang sangat cantik dan baik hati.... "

***

"Kau bukan Tuhan,  Hyung!"

Taehyung menghentikan di lorong ketika mendengar suara penuh amarah itu.  Dia baru saja keluar dari kamar Haneul,  anak itu sudah jatuj tertidur bahkan sebelum selesai mendengar cerita Taehyung.  Memandangi wajah anaknya ketika tertidur selama berjam-jam tidak membuatnya merasa lelah,  satu-satunya alasan dia keluar dari sana adalah dia harus pergi ke kamar mandi.  Namun yang dia dapati adalah suara Namjoon yang berteriak penuh kemarahan, pada seseorang. 

Min Yoongi.

"Aku tahu! Tapi cepat atau lambat kita memang harus menghadapi ini Namjoon!" suara Yoongi tak kalah timggi. 

"Kau bilang dia hanya perlu dirawat sebulan,  kau bilang pengobatannya mungkin akan berhasil.  Kau bilang anakku bisa sembuh,  kau bohong!  Ini.." Namjoon mengacungkan amplop cokelat tepat ke hadapan wajah Yoongi.  "Mereka bilang pengobatan ini tidak membuahkan hasil,  mereka bilang tidak ada harapan untuk Haneul bertahan!" Namjoon melempar amplop itu sembarangan,  meninju tembok di belakangnya agar dia tidak kelepasan memukul pemuda pucat di hadapannya yang menatapnya penuh iba.

"Kankernya menyebar dengan cepat,  Namjoon.  Ini juga diluar dugaanku." Yoongi meremas bahu Namjoon.  Dia amat sangat tahu apa yang tengah dirasakan lelaki itu. Dia sudah pernah merasakannya lebih dulu.

"Aku belum siap kehilangan Haneul,  Hyung." lirih,  Namjoon bergumam.  Tubuhnya bergetar, lalu tangisnya pecah. 

Taehyung terpaku di tempatnya,  melihat semua itu.  Mendengar tangisan Namjoon yang memilukan.Lelaki yang selalu kelihatan kuat itu bahkan menangis seperti ini untuk Haneul,  untuk anak dari seorang Kim Taehyung. 

Taehyung menggigit bibirnya,  mundur beberapa langkah sebelum berbalik dan berlari tergesa. Tidak,  ayah tidak mau kehilanganmu,  Haneul-ah.

Send My Letter to Heaven ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang