TUJUH BELAS

3.7K 790 62
                                    

Sudah berapa lama ya Namjoon tidak ke sana?  Ada perasaan rindu yang menjelma lewat potongan memori yang muncul dalam pikirannya ketika ia duduk di pasir putih pinggiran pantai sembari mengamati Haneul yang berlarian dengan gembira mengejar ombak yang ingin menyentuh kaki kecilnya. 

Banyak kenangan mereka di sana,  kenangan bahagia yang sampai sekarang masih membekas di sudut pikirannya juga pasti untuk Taehyung.  Karena lelaki itu sejak tadi juga hanya diam sambil menatap Haneul,  raut wajahnya yang sendu mengisyaratkan banyak hal sedang dipikirkannya.

"Aku minta maaf." tiba-tiba saja Namjoon berucap membuat Taehyung menoleh padanya seketika. 

"Hyung sedang mengejekku, ya?" Taehyung terdengar jengkel. Namun melihat wajah Namjoon yang tidak menampakan wajah menahan tawa atau semacamnya membuat Taehyung menatap Namjoon bingung. "Hyung tidak punya salah apa-apa, kenapa minta maaf?" Taehyung bertanya lagi.

Namjoon yang semula memandang ke depan, mengalihkan pandangannya pada Taehyung. "Maaf, aku tidak tahu tentang orang tuamu." jawab Namjoon.

Wajah Taehyung menegang, lelaki itu menelan salivanya kasar. Dia tidak menduga Namjoon akan mengatakan hal ini.  Saat itu sudah lama berlalu,  bahkan dia yakin betul mungkin dulu Namjoon tidak mengetahui perihal masalah keluarganya yang hancur berantakan karena sebuah pengkhianatan yang ternyata sudah bertahun-tahun dilakukan oleh ayahnya terhadap mereka. "Tidak apa,  Hyung juga tidak perlu tahu tentang itu." Taehyung tidak ingin mengungkitnya lagi.

"Perlu,  seharusnya aku tahu." Namjoon menjawab,  "Kita sahabat,  kau ada di saat aku membutuhkan kalian.  Aku?  Bahkan tidak tahu kalau disaat yang bersamaan kau juga tengah terluka. Maaf,  Tae." sungguh, Namjoon merasa sangat buruk karena baru mengetahui apa yang menimpa keluarga Taehyung dulu. 

Tidak sengaja,  dia bertemu kenalan lama semasa berkuliah dulu.  Pembicaraan santai yang berlanjut pada sebuah fakta tentang perceraian keluarga Taehyung akibat ayahnya yang berselingkuh sejak lama.  Marah, tentu saja.  Harusnya Taehyung memberi tahu nya saat itu,  harusnya Taehyung membagi lukanya pada dia.  Bukankah mereka bersahabat?  Namjoon merasa benar-benar jahat pada Taehyung.

"Waktu itu Hyung juga sedang ada masalah.  Aku tidak mau menambah beban." jawab Taehyung,  baginya dia masih bisa menahan rasa sakit itu sendirian. Kalau diingat-ingat,  justru karena itulah Taehyung melakukan kesalahan besar pada Sarang. 

"Aku benar-benar merasa jahat sekarang." gumam Namjoon lagi, lalu menghela napas.  Lelaki itu menoleh pada Taehyung yang mendengus seperti mengejek.

"Kasihan sekali Haneul,  punya dua ayah yang jahat seperti kita."

"Iya,  kau benar.  Kasihan Haneul,  karena itu Tuhan sepertinya sayang pada Haneul dan ingin mengambil Haneul dari kita." padahal Taehyung berniat ingin mencairkan suasana,  tapi Namjoon malah menanggapinya dengan serius.  Membawa-bawa Tuhan yang ingin mengambil Haneul,  seperti lelaki itu ingin menyalahkan Tuhan untuk semua ini.

"Kau sekarang menyalahkan Tuhan,  Hyung?" Taehyung melontarkan pertanyaan.  "Dari pada menyalahkan Tuhan,  aku selalu merasa ini semua, apa yang Haneul alami terjadi karena dosa-dosaku di masa lalu.  Yang patut di salahkan itu diri kita sendiri,  bukan Tuhan."

Namjoon melirik Taehyung sekilas,  lalu mengulas senyum tipis membuat kening Taehyung mengerut. "Kau sepertinya jadi sedikit dewasa sekarang." Namjoon mengusap belakang kepala Taehyung sebentar,  sebelum menghela napas cukup keras."Kau benar,  aku justru harus berterima kasih pada Tuhan karena sudah menjadikan aku ayah dari anak yang luar biasa itu,kan?" Namjoon menunjuk Haneul yang tengah bermain pasir.

"Hyung harusnya juga berterima kasih padaku." sahut Taehyung,  "Karena aku dan Sarang,  Haneul ada di dunia ini." Taehyung memperlihatkan senyum kotaknya sambil menurun naikan alisnya.

Send My Letter to Heaven ✔Where stories live. Discover now