Chapter~21🍁✔

28.9K 1.1K 16
                                    

Enjoy my story

****

Bagai berharap pada kehangatan lilin ditengah badai. Berharap matahari pada mendungnya langit. Dan mengharapkan bagaskara pada dinginnya hati.

Aku hanya bisa mengharapkan pada kenyataan yang semu. Mengharapkan sang matahari dapat mencairkan bekunya hatimu.

Jika aku bersikap egois, bisa saja aku pergi meninggalkanmu. Membiarkan hatimu dikuasai oleh ego. Namun, aku tak sebodoh itu. Rasa ini mendorong ku untuk menemuimu. Menatap kembali tatapan itu. Menghadapi gejolak dalam hati ini. Dengan memantapkan diri, hatiku berkata bahwa aku pasti bisa.

"Brian, ini jadwal yang udah gue buat. Sesuai sama jadwal lo. Kita bisa latihan mulai nanti." jelasku pada Brian. Hatiku sedikit kecewa saat dia tak memandangku sama sekali. Tatapannya menyiratkan kekecewaan. Aku sangat tak nyaman dengan situasi saat ini.

"Cafe ocean. Jam 3." ucapnya setelah menerima jadwal yang aku buat. Dia tak menatapku sama sekali, apakah aku seburuk itu dihadapannya??

"Brian-"

"Sorry. Gue lagi sibuk."

Baiklah. Aku sudah menyiapkan hati dalam hal ini. Setelah mengucapkan itu Brian meninggalkanku sendiri disini. Hatiku ingin pergi mengejarnya, namun ragaku seakan kaku untuk digerakkan. Aku hanya diam mematung layaknya orang bodoh. Menatap punggung itu, yang semakin lama semakin menjauh.

"Woi!" tiba-tiba ada yang menepuk bahuku. Aku sedikit tersentak, lalu aku menoleh dan mendapati Tasya disebelahku, dibelakangnya ada Laura dan Loli.

"Kenapa lo diem aja kayak patung?" tanya Tasya.

"Gpp. I'm fine." jawabku dengan sedikit kebohongan. Tasya tampak meneliti setiap inci wajahku. Lalu ia menghembuskan nafas kasar.

"Lo gak pinter bohong Gaby. Gue tau lo sekarang lagi bohong kan??" tanya Tasya dengan sedikit kekesalan terhadap sikapku.

"Gue gak bohong. Beneran sumpah." ucapku bersungguh-sungguh berharap agar mereka percaya.

"Ck. Ayo ikut gue!" ucap Laura sambil menarik tanganku. Aku hanya bisa pasrah saat ditarik, karena aku yakin Laura tidak akan berbuat yang macam-macam terhadapku.

"Kalian juga ikut. Gak usah manja!" kesal Laura karena Tasya dan Loli hanya diam ditempat saat melihat aku ditarik oleh Laura. Aku terkekeh singkat saat melihat wajah kesal laura. Laura terlihat cuek, jutek dan berkesan kasar. Namun dibalik sikapnya yang seperti itu, dia adalah orang yang paling peka diantara kita berempat.

"Iya-iya. Gak usah pake ngegas juga!"

"Tau lah. Masih pagi juga!"

Gerutu Tasya dan Loli yang masih bisa kudengar. Laura memutar bola matanya malas.

Entah kenapa dengan kehadiran mereka aku merasa sedikit terhibur. Terhibur dengan gerutuan mereka, perselisihan mereka dan humor receh yang keluar dari mulut mereka.

****

"Kenapa lo bawa gue kesini? Lo gak nyuruh gue lompat kan?" tanyaku dengan was-was.

"Ck. Kalo gue mau, gue bisa jorokin lo sekarang juga!" kesal Laura. Aku menghembuskan nafas lega. Lalu ku langkahkan kakiku kearah sofa yang terletak di rooftop.

"Kenapa lo bawa gue kesini?" tanyaku penasaran.

"Sebelumnya gue pengen tanya. Lo nganggep kita apa?" tanya Laura serius. Apa maksud pertanyaan Laura?? Sudah jelas bukan kalau mereka adalah sahabatku. Ah- tidak mereka sudah ku anggap sebagai keluargaku.

"Kalian orang terpenting dalam hidup gue setelah keluarga gue. Kalian berarti dalan hidup gue-- kenapa tiba-tiba lo tanya kayak gitu ke gue??"tanyaku dengan serius.

"Kalau lo nganggep kita penting, lo gak seharusnya bohong sama kita. Kalau lo nganggep kita keluarga lo, lo bisa cerita sama kita. Gak harus lo pendem sendiri, Gaby!" jelas Tasya.

"Kalau lo ada masalah, lo bisa cerita sama kita." timpal Loli.

Aku berfikir sebentar--

"Apa salah kalau kita nolongin Friska?" tanyaku akhirnya.

Mereka kompak menghembuskan nafas kasar. Apakah mereka sudah bosan dengan pertanyaanku?.

"Pasti masalah Brian lagi kan, right?" tanya Laura.

Aku mengangguk lesu. Tatapanku jatuh kebawah, tak berani menatap mereka.

"Liat kita Gaby-" ucap Loli, lalu mengangkat wajahku dengan pelan.

"Lo suka sama Brian?" tanya Laura. Sontak aku menolehkan wajahku menghadap Laura. Aish-- kenapa pertanyaan itu yang ditanyakan??.

"E-enggak" jawabku gugup. Sial. Kenapa aku jadi gugup seperti ini??.

"Lo gak pernah mikirin masalah cowok sampe se-setres ini. Lo kelihatan bingung banget. Lo jujur sama kita. Lo suka sama Brian?" tanya Tasya, dengan sedikit nada penekanan.

Aku jadi bingung harus menjawab apa!

"Gue gak tau. Gue cuma agak aneh sama perasaan ini. Disatu sisi gue kecewa, gue pengen pergi. Namun disisi lain gue juga harus profesional. Sebentar lagi gue sama Brian bakal lomba. Jujur, gue bingung harus ngapain." jelasku mengeluarkan semua keluh kesahku.

"Lo ikutin kata hati lo. Gini aja-- setidaknya kalo lo merasa gak nyaman sama keadaan ini. Lo harus bersikap profesional. Anggep aja sekarang lo lagi memperjuangkan nama sekolah. Nah, setelah selesai lomba ini lo bisa jauhin Brian."jelas Laura.

Benar kata Laura, aku harus bersikap profesional. Aku tidak boleh mementingkan egoku dalam masalah ini. Tapi, apakah aku sanggup??

"Tapi, apa gue bisa??" tanyaku.

"Lo harus yakinin diri lo sendiri. Lo pasti mampu, Gaby. Kita akan tepat berada dibelakang lo saat lo terjatuh dan gak kuat lagi!"ucap Tasya menyemangati.

"Lo gak boleh nyerah. You can do it!! Fighting!" ucap Loli menyemangati.

Benar kata mereka. Aku harus bisa. Setidaknya aku berjuang untuk mengharumkan nama sekolah. Aku harus menyingkirkan rasa egoku.

"Yes i can do!" ucapku.

***

Maaf ya pendek😩😩
Ini aja aku sempet-sempetin buat ngetikk.. Jangan kecewa yaa.. Jangan sedih juga.. Aku janji bakal up lebih cepet.. Kalian maunya kapan aku up nya??
Ayo dong aku butuh comment kalian..
Tolong comment yaa..

See you next part

Briela(FakeNerd)-END✔Where stories live. Discover now