1

1.6K 125 6
                                    

Pete POV
Sore ini hujan mengguyur Bangkok, setiap orang berusaha melindungi diri dari sentuhan sang pencipta melalui titik-titik air yang jatuh ke bumi, sehingga tubuh mereka tetap kering dan rapi sampai di kantor masing-masing. Aku selalu berfikir hujan adalah anugerah tuhan yang tidak terkira. Mae selalu melarangku main hujan padahal itu sangat menyenangkan. Saat titik-titik air itu menyentuh kulit, terasa menyejukkan, menentramkan hati. Tapi mae selalu bener, aku selalu demam setelah bermain hujan, jadi mae selalu melarang ku bermain di bawah hujan.
Dari dalam ruang kuliahku tampak pemandangan menyenangkan di bawah sana. Orang-orang berlarian mencari tempat berteduh.
Bel tanda perkuliahan selesai berbunyi. Ku bereskan semua buku dan laptopku, perlahan ku tinggalkan kelas.
Drtt.. Drtt.. Drtt..
"Hallo krab mae.. "
"...."
"Ok krab"
"..."
"Krab"
Bip.
Sambungnya terputus. Mae selalu mengkhawatirkan ku saat hujan begini. Sedikit aneh jika pemuda berusia 20 tahun seperti ku masih dikhawatirkan oleh ibunya, gara-gara hujan. Tapi itulah ibuku, walaupun sangat sibuk di rumah sakit tapi dia tidak pernah melupakan anaknya.
Kulangkahkan kakiku menuju halaman parkir, tampak hujan masih begitu deras. Hh.. Ini akan lama, awan yang berwarna putih itu pertanda hujan akan turun dalam waktu yang lama. Dan disinilah aku sekarang berdiri di teras fakultas ekonomi dengan mobil mercedes benz hitam ku tepat beberapa meter di depan ku. Lebih baik kutunggu saja hujan ini agak reda.
Sreeet..
Tiba-tiba aku merasa tangan kananku ditarik paksa oleh seseorang, masuk kedalam pelukan hangat sosok tubuh tinggi kekar yang tidak ku kenal.
"P'tin.. Tunggu aku.. Aku mencintaimu P'... " terdengar suara seorang perempuan di balik punggung ku, entah siapa.
"Aku tidak menyukaimu Ai Pom, aku sudah punya kekasih, pergilah.. " suara pria yang mendekap tubuhku erat.
Tingginya hampir sama dengan ku, suaranya tidak terlalu merdu namun terasa sangat maskulin di telinga ku. Tubuhnya kekar, lengan panjangnya memeluk tubuhku erat.
"Aaa.. Kau jahat P'.. Kau menyakiti hatiku, kamu jahat!" amuk sang gadis.
Sebuah pukulan yang cukup keras mengenai punggung ku.
"Argh.. " erangku saat pukulan itu memberikan rasa nyeri yang sangat.
"Hai Pom kau menyakiti kekasihku, pergi kau " teriak sang pria, melepaskan pelukannya, sekarang aku bisa melihat wajah tampannya.
Karena gadis tadi masih berusaha menyerang kami, maka pria itu menyeret tanganku menuju ke arah parkir mobil di depan ku tadi dibawah derasnya hujan menuju sebuah mobil ferrari warna hitam, tepat disebelah kanan mobilku.
Brak.
Pintu mobil tertutup dan kini aku berada di dalam mobil mewah itu. Dan tanpa babibu mobil itu meluncur di bawah derasnya hujan. Tidak ada suara yang keluar selama mobil berjalan, entah menuju ke arah mana.
"Dasar cewek gila, sudah ditolak malah semakin gila, damn?!! " umpatan kasar terdengar dari mulut pria yang memegang kemudi di samping ku.
Apa orang ini tidak mengangap keberadaan ku?
"Maaf, kita akan pergi ke mana?" tanya ku takut-takut.
"Ke kantor "
"Kantor? Kantor mana? Bisakah kita kembali ke kampus? Mobilku tertinggal disana tuan.. " pintaku.
Sejujurnya aku tidak pernah bepergian sejauh ini, aku juga tidak pernah pergi sendirian ke tempat asing, bersama orang asing pula.
Aku hanya datang ke kantor papa dan ke rumah sakit mae untuk mengantarkan berkas saat liburan, itu pun aku harus merengek dibolehkan pergi.
"Sebaiknya anda selesaikan masalah anda dengan kekasih anda tadi, kasihan dia tampak sangat tertekan. " ucapku takut. Bagaimanapun dia lebih besar dari ku.
"Kau bisa diam tidak, jika kau tidak bisa diam lebih baik kau turun saja di sini! " teriak pria itu.
"Maafkan aku,, aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu tuan.. Tapi.. "
"Cukup!! Kau juga sama cerewetnya dengan jalang itu! Turun sekarang juga dari mobilku! Jalang tidak berguna!! " umpatnya di depan wajah ku.
Mobil mewah itu pun berhenti di depan sebuah kantor besar, entah kantor apa itu.
Setelah aku menutup pintu, mobil mewah itu meninggalkan ku dalam derasnya hujan. Segera saja aku mencari tempat berteduh. Sial bagiku saat ingin menelpon baru kusadari jika batre IPhone ku habis. Kulangkahkan kakiku menuju tempat ke dalam lobby gedung untuk meminta tolong sambungan telepon. Dengan tampang hampir basah kuyup aku mendekati resepsionis di lobby gedung.
"Sawedde krab P',bolehkah saya meminjam telpon sebentar untuk menghubungi keluarga saya agar datang menjemput P', tolonglah saya P' "pinta ku pada resepsionis itu
Dan untungnya dia mengizinkanku meminjam telpon. Segera saja kuhubungi paman bim agar bisa menjemput ku di sini. Setelah mengucapkan terima kasih, aku bermaksud menunggu di luar gedung namun sebuah suara menyapa telingaku
"Pete..? "
"Krab..? "
"Pete sedang apa kau di sini nak? " suara seorang pria paruh baya yang sangat ku kenal, dia paman Mick.
"Sawadde krab paman, em.. Saya.. Tersesat.. " jawabku sekenanya.
"Sawedde krab, ya tuhan, tubuhmu basah kuyup, ayo ikut paman ganti bajumu, nanti kau bisa sakit nak, ya tuhan.. Jika natasha tau dia kan marah.. " kata paman mick menarik tanganku ke arah lift.
"Paman, tapi aku meminta paman bim menjemputku.. " jelasku.
"Biar ku telpon balik supirmu, nanti paman yang akan mengantarmu pulang" ucap paman mick.
"Ok krab" jawabku pasrah.
Segera saja aku dibawa paman mick ke kantornya. Sesampainya disana dia langsung memerintahkan sekertarisnya untuk membawakan kemeja dan celana baru, tak lupa makanan dan minuman hangat.
Paman mick adalah teman kuliah mae dan papa. Aku mengenalnya saat ikut acara reuni mereka beberapa puluh tahun yang lalu.
Setelah berganti pakaian aku hanya duduk di ruang kerja paman mick. Mengamati ruangan mewah tempat paman mick bekerja. Mungkin kantor papa juga sama seperti ini. Besar dan mewah. Sebuah foto keluarga tergantung di sudut ruangan, mungkin itu istri dan putra paman mick. Perlahan kudekati foto berpigura hitam berukuran emas tersebut.
Ceklek
"Dad, bisakah kau tidak menarik kartu kreditnya, aku tidak bisa melakukan ke.. Gia... Sedang apa kau di ruangan ayahku?! " hardik pria yang tadi menurunkanku di luar gedung.
" Kau mencoba merayu ayahku ya? " tanyanya masih dengan nada tinggi.
Dalam hati aku bertanya apa orang ini tidak pernah bisa berkata-kata sopan dan lembut pada orang lain. Bisanya hanya berteriak tidak jelas. Wajah tampannya berbanding terbalik dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya.
" saya.. Em... Paman.. Mic.. "
"Keluar sekarang juga dari ruangan ayah ku jalang! Kau pria murahan, jagan harap aku akan mengasihanimu dengan wajah memelasmu itu! Keluar! " teriaknya keras.
Aku sangat ingin menonjok muka sombong tidak tau sopan santun itu, tapi gelenyar rasa sakit di kepalaku menghentikan tindakanku. Hatiku terasa sangat sakit, seumur hidupku baru kali ini aku dibentak oleh orang yang tidak ku kenal. Persetan dengan kenyataan apakah dia pitra paman mick atau tidak aku merasa sakit hati. Karena aku tidak kunjung beranjak dari tempatku berdiri maka dengan sangat kasr tangan kekar itu menyeret tubuhku keluar ruangan dan menghempaskan tubuhku ke lantai. Sontak saja semua orang melihat, seorang perempuan muda yang kutahu sekertaris paman mick mencoba menolongku namun pria kurang ajar itu mencegahnya.
"Tuan muda, mohon tahan emosi anda, pemuda ini adalah tamu tuan besar " papar sekertaris cantik itu mencoba membelaku.
"Kau tidak perlu tertipu wajah memelasnya, dia itu hanya pria perayu, lihat saja wajah cantiknya, dia hanya bermaksud merayu ayahku, mendapatkan hartanya, pergi kau dari sini! " teriak pria muda yang ada di depan ku kalap. Wajahnya merah padam menahan amarah.
"Cukup tuan, aku datang ke sini juga karena kau yang membawaku paksa ke sini. Aku tidak butuh uang ayahmu. Permisi " ucap ku seraya bangkit dari tempatku terjatuh tadi dan melangkah ke arah lift menuju lantai pertama gedung mewah sialan ini.
"Tuang muda pete.. Tunggulah sebentar tuan mick pasti mencari anda nantinya. " kata sekertaris im yang mengekori langkahku sampai lobby gedung.
"Terimakasih P'Im, aku kan pulang naik taksi saja." jawabku singkat.
"Sangat sulit menentukan taksi dalam. Keadaan hujan deras seperti ini tuan muda, tunggu lah sebentar lagi, saya kan menghubungi tuan mick" pinta P'im padaku.
Tanpa menghiraukannya kulangkahkan kakiku menuju teras gedung, dan benar saja curahan hujan langsung menyambutku,kemeja dan celanaku kembali basah. Namun aku sudah tidak perduli, hatiku sangat sakit, aki tidak pernah dihina seperti ini. Sebuah mobil mercedes benz hitam menghampiri ku, tampak paman bim keluar membawa sebuah payung.
Seluas senyum sempat terlukis di bibirku, sebelum sebuah himpitan berat menimpa seluruh kepala ku, rasa sakit yang tiba-tiba datang, menjemput paksa kesadaranku. Sekilas tampak raut wajah paman bim yang terlihat cemas,berlari kearahku, debelum semua menjadi gelap. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku lagi.
.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk"
"Maaf tuan, jika saya mengganggu anda, ada hal penting yang ingin saya sampaikan.. "
"Katakan saja im, rapat sudah selesai
Apakah ada berkas yang harus aku tanda tangani? Bagaimana pete, dia sudah merasa nyaman? Tolong katakan padanya agar menungguku sebentar lagi.. "
"Maaf tuan, tuan muda pete sudah meninggalkan ruangan anda sejak tadi"
"Apa maksudmu? Dalam kondisi hujan deras seperti ini? " tanya mick pada sekretarisnya.
"Tuan muda tin datang dan mengamuk, kemudian mengusir tuan muda pete keluar ruangan anda tuan," jawab sang sekertaris takut-takut.
"APA?! Di mana pete sekarang?! " tany mick geram.
Sudah ribuan kali putra tunggalnya itu membuat masalah. Namun kali ini tin sudah keterlaluan, pete adalah anak yang baik, cenderung kalem dan lembut untuk ukuran pria. Mick tahu kenapa natasha sangat menjaga putranya.
"Tuan muda pete dilarikan ke rumah sakit tuan, setelah tadi pingsan di depan gedung " jelas sekertaris im.
Seketika itu mick kehilangan kendali dalam tubuhnya. Dia merasa bersalah pada kedua sahabat karibnya natasha dan putti jika mereka tahu kondisi putra tunggal mereka saat ini.
" kita ke rumah sakit sekarang! Panggil tin keruanganku sekarang juga! " perintah mick.
Sejak dia dan araya berpisah, putranya itu semakin sulit dikendalikan. Lagaknya sudah seperti pangeran Thailand yang berkuasa atas segala hal. Selama ini mick memang terlalu sibuk dengan urusan bisnis nya. Kehidupan yang serba berkecukupan menjadikan tin tumbuh menjadi pemuda tampan yang arogan, keras kepala dan menang sendiri. Sebenarnya mick bukan tidak menyadari kesalahannya dalam mendidik tin. Dia merasa gagal menjadi seorang ayah.
.
Prang...
"Ae.. Apa yang terjadi nak? " tanya seorang wanita paruh baya yang tampak cemas mendatangi putranya yang terduduk sambil memegangi dada sebelah kirinya dengan wajah mengkerut menahan sakit.
"Entahlah mae.. Dadaku rasanya sangat sesak dan sakit mae.. " keluh ae.
"Tenanglah, mae ambilkan air sebentar, jangan turun dulu na. " perintah sang ibu.
Setelah segelas air berhasil melegakan pernafasannya, entah mengapa ae tiba-tiba memeluk erat tubuh ibunya.
"Tenanglah, semua akan baik-baik aja, katakan apa yang kau rasakan, hn?" tanya ibu ae hati-hati.
Agak sedikit aneh jika melihat putranua yang tadi tengah membaca buku di ruang keluarga itu tiba-tiba memeluknya erat dengan keringat dingin membasahi tubuhnya.
"Aku bermimpi pete jatuh mae..jatuh ke dalam jurang di tepi hutan, aku berusaha meraih tangannya namun aku tidak bisa meraihnya.. Dan tanpa sengaja tanganku menyenggol gelas di atas meja, mae.." papar ae masih dalam posisi memeluk tubuh ibunya.
"Kau terlalu merindukaannya hn.., mae yakin pete baik-baik saja.. Kau ingin menelpon aunty nat? " tanya dang ibu.
Aom bisa memahami perasaan putra bungsunya itu. Ae dan pete sudah seperti saudara kembar. Sejak kecil mereka selalu bersama, hanya baru beberapa tahun ini mereka hidup terpisah, ae melanjutkan studinya di luar negeri dan pete kuliah di bangkok. Aom sangat memahami alasan sahabatnya, nat, tidak mengijinkan putra tunggalnya kuliah di luar negeri. Kondisi istimewa pete dan kecintaan sang mama yang tidak bisa jauh dari putranya membuat nat dan Putti sangat protektif pada pete.
Aom bukan tidak tahu jika putranya sangat tersiksa berpisah dari belahan jiwanya. Sejak tahu bahwa putranya ini menyukai pria, dia bersyukur jika Cinta pertama putranya ini adalah putra sahabatnya sendiri, natsha yakni pete dan bukan orang lain.
Perjalanan Cinta putranya itu bukan tanpa hambatan. Suaminya,ayah ae menentang keras jalinan asmara putra bungsunya itu. Jika Putti bisa memahami perbedaan putranya, prachai tidak bisa. Dia langsung mencegah hubungan itu dengan cara mengirim ae kuliah di luar negeri. Dan akibat dari itu ae harus di larikan ke rumah sakit saat pertama tiba di sini,setelah mencoba bunuh diri. Sekarang keadaan kian membaik,terlebih lagi ae akan pindah kuliah di bangkok bulan depan.
"Mai.. Mungkin itu hanya mimpi yang buruk mae.. Mimpi itu sangat menakutkan mae.. Mae benar aku sangat merindukan pete.. Sangat.. " ucap ae dipundak ibunya.
"Bersabarlah sayang, bulan depan kau akan melihatnya setiap hari, hn? Mandilah, kita makan malam bersama, mae kan membuat makanan kesukaanmu " hiburan aom. Pada putranya
"Krab mae" jawab ae seraya melepaskan pelukannya dan menuju ke kamarnya di lantai atas.
.
"Hallo krab..? Apa?? Bagaimana bisa?"
"..."
"Tenanglah, aku akan segera ke sana, dia akan baik-baik saja, tenanglah "
"Tuan setelah ini rapat dewan direksi bersama tuan mick"
"Batalkan semua meeting malam ini, tunda sampai besuk "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Garing banget mungkin, masih abu-abu alurnya.
Mohon kritik sarannya, ditunggu vote na. Happy reading.
Story ini murni karyaku, kesamaan nama adalah bagian dari inspirasi
Nuhun

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now