17

870 70 12
                                    

"Terimakasih Khun"

"Jangan bersikap seperti itu."

"Saya tidak pernah menyangka akan mendapatkan dukungan dari Anda"

"Jangan bicara seperti itu,kamu layak mendapatkannya,oke..aku harus pergi sekarang. Pulang dan istirahat."

"Krab"

Perlahan kedua orang dengan usia berbeda itu memisahkan diri. Yang lebih muda segera menyambar kunci mobil dan berkas yang telah diterimanya,berjalan menuju mobil yang terparkir di depan sebuah cafe.

.

Tin menatap laporan keuangan yang diterimanya dengan perasaan kesal. Ya.. sejak pagi mood CEO muda itu sedang memburuk. Hal ini dikarenakan jatah morning kiss-nya terpaksa 'delay' karena sang istri menginap di rumah ibu mertuanya,selama dua hari. Maka secara otomatis semua jatah kesejahteraan batin tin dan 'little tin pun raip. Tin tidak bisa menyusul istrinya ke sana karena sang istri lah yang melarangnya.

"Kenapa kau tidak menyusul ke sana saja tin. Aku sudah bosan melihat wajah muram mu sejak pagi." Kata kit yang sejak pagi memang ada jadwal meeting dengan tin.

"Aku tidak bisa" jawab tin cepat

"Apa yang tidak bisa?!! Kau tinggal mengemudikan mobilmu ke rumah mertuamu kan?" Ucap kit sambil tersenyum.

"Bukan begitu kit,tapi dia yang tidak ingin ku jemput,kau tahu seperti apa Pete jika sedang marah."

"Kau berulah apa lagi?? Aku heran padamu tin,apa salah nya mengalah pada istrimu. Kau tampak seperti pria paling brengsek di dunia, Kau sendiri tahu jika emosi nya sedang naik turun.hah.. ada-ada saja"

"Hei..aku tidak berbuat apa-apa?!!"

"Lalu... tidak mungkin Pete tiba-tiba pergi dari rumah tanpa sebab bukan?"

"Ya..aku hanya... tidak sengaja menghapus data yang ada di laptopnya. Sumpah aku tidak sengaja"

"Hah..datangi dia,ajak bicara. Bawakan dia hadiah. Berusaha lebih keras bung.. semua demi anakmu."kata kit seraya menyambar kunci mobil dan berkas di atas meja.

"Hum." gumam tin.

Sepeninggal kit,tin menghubungi istrinya. Pete sebenarnya tidak marah. Dia hanya merasa kesal karena beberapa data yang ada di laptopnya tidak bisa ditemukan. jadi setelah tin berangkat ke kantor,pete pergi ke rumah ibunya dan memutuskan menginap di sana,dua hari yang lalu.

Drrt..drrt.... drrt..

"Halo krab"

"Sayang.. bolehkah aku menyusul ke rumah Mae?"tanya tin dengan nada se-melas mungkin.

"Tidak perlu,sekarang jemput saja aku di kantor pha."

Dengan sedikit bingung tin menyambar kunci mobil dan ponselnya,berjalan keluar ruangan menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan pintu masuk gedung. Tidak biasanya Pete mendatangi kantor ayahnya. Sejak berbadan dua,tin sudah melarang Pete bekerja,baik di kantor maupun di rumah. Kondisi tubuh pete yang masih belum stabil mengharuskan istrinya untuk mengistirahatkan tubuhnya,total. Memasuki bulan keempat tin memang melihat kondisi tubuh pete mulai membaik. Lelaki kesayangannya itu sudah jarang duduk di kursi rodanya, walau masih tidak boleh menyentuh pekerjaan apapun di rumah.

Pete mulai menyukai kembali beberapa makanan yang dulu dibencinya di awal-awal masa kehamilan. Tentunya tin merasa sangat senang,efek dari itu adalah perubahan signifikan pada kenaikan berat badan Pete. Namun justru perubahan itu membuat Pete tampak semakin cantik,ya cantik. Tin tahu jika istrinya sangat cantik,imut dan menggemaskan,namun semenjak hamil aura kecantikannya semakin bertambah,meskipun Pete seorang pria. Pete tidak lagi mengidam makanan atau minuman seperti pada trisemester pertama kehamilannya,justru tin lah yang merasakan hal tersebut. Ai Im sampai geleng-geleng kepala jika sesi ngidam tin kumat di saat yang tidak tepat.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now