11

1.1K 79 8
                                    

Pete melangkah pasti dalam lorong yang membawanya menuju ruang utama direksi. Beberapa pegawai tampak membungkuk dan  memberi wai padanya. Hari ini adalah rapat direksi perusahaan ayahnya. Akan ada pembahasan beberapa proyek besar yang akan menjadi agenda beberapa bulan mendatang. Penampilan pria manis tersebut benar-benar membuat semua orang terpesona. Dengan stelan jas kantor berwarna hitam tampil maskulin sekaligus cantik dalam sekali waktu.

Sejak pete menikah, putti memang telah melimpahkan tampuk kekuasaan perusahaan pada pete,walupun masih belum sepenuhnya. Jangan ragukan tampangnya yang lembut,ramah dan terkesan lemah, jika sudah terkait dengan masalah perusahaan pete bisa dikatakan sejajar dengan para seniornya dalam hal managerial perusahaan. Darah pengusaha telah mengalir di dalam tubuhnya. Pete cenderung berhati- hati dan perhitungan dalam mengambil keputusan. Berbeda dengan suaminya,tin yang kadang lebih mengandalkan emosinya. Tin sudah melarangnya bekerja, tapi bunny nya itu tetap ngotot ingin bekerja,toh harta kekayaan keluarga tin juga tidak akan habis tujuh turunan. Maka dengan berat hati dia mengizinkan pete menghadiri rapat direksi pagi ini.

Pete menyimak semua penjelasan yang dipaparkan masing-masing ketua bidang. Sedikit memberikan komentar dan meminta banyak masukan dari para tetua dan menjadikannya bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat.

Setelah selesai pete mengikuti langkah paa nya ke ruang kerja bertuliskan CEO. Kemudian mereka duduk di sofa yang ada di sana di temani minuman dan camilan kecil.

"Jika kau tidak ingin bekerja paa bisa mengalihkan ini pada sekertaris Im. Paa dengar tin tidak menginginkamu bekerja." kata putti pada putranya yang kini berdiri di depan jendela yang menghadirkan pemandangan kota bangkok di siang hari.

"Tidak paa, aku yang ingin bekerja. Aku tidak mau bergantung pada tin terus menerus. Aku merasa seperti parasit paa.." jawab pete tanpa memandang ayahnya.

Putti hanya bisa menghela nafas panjang. Ini adalah dalah satu sifat keras yang diturunkan nath pada putra mereka. Jika sudah punya keinginan akan sulit dialihkan. Putti berdoa semoga menantunya tahan banting dengan semua sifat keras pete.

"Dengar paa pete,wajar jika tin melarangmu bekerja..dia punya segalanya..dan kau...kau 'istrinya'. Kewajiban tin adalah memenuhi kebutuhanmu,jadi jangan menganggap dirimu parasit." jawab putti sabar.

"Tapi..paa.."

"Sudahlah..hari ini kau pulang saja,besok kau bisa mulai bekerja. Datanglah ke rumah,mae merindukan rengekanmu" kata putti sambil tersenyum.

"Krab paa..."

Pete meninggalkan kantor paa nya menuju AMG hitam miliknya. Dengan riang dia melarikan mobilnya menuju rumah lamanya. Dia sendiri sudah sangat rindu dengan ibunya,setelah hampir sebulan pernikahannya. Tin selalu sibuk akhir-akhir ini. Rencana bulan madu harus ditunda karena suami tampannya itu sedang berkonsentrsi pada proyek nya dengan perusahaan ayah ae. Jadi pete sedikit kesepian di rumah besarnya hanya bersama dengan para maid dan memilih bekerja. Tiga puluh menit perjalanan,sampailah dia di depan pintu mansion orang tuanya. Perlahan kaki jenjang dan ramping itu melangkah langsung ke dapur saat tahu mobil ibunya di garansi.

Tampak wanita yang telah melahirkannya itu sedang berkutat di depan pantry. Entah mengolah apa,tapi bau harum yang menggaur membuat pete lapar.

"Maee..." rengek pete di bahu ibunya yang sedikit terlonjak ketika merasakan sesuatu menempel di bahunya.

" akh! Kau mengejutkan mae saja..ehmm...kau memakai parfum na?" kata nath tanpa membalikkan badan dan menyelesaikan masakannya.

"Aku ke kantor paa tadi..besok mulai bekerja.." jelas pete gembira.

"Bekerja?" tanya nath seraya mematikan api dan membalikan badan. Menatap wajah ceria putranya yang berbanding terbalik dengan ekspresinya,tidak suka.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now