16

950 77 28
                                    

Kilatan lampu Blitz mengiringi langkah sepasang kekasih yang kini tengah memasuki sebuah ballroom hotel bintang lima di kota Bangkok. Tampak dua pria dengan tinggi badan yang hampir sejajar bergandengan mesra tanpa memperdulikan tatapan mata yang tengah memperhatikan penampilan mereka. Pria dengan tubuh lebih tegap dan kekar tampak melingkarkan tangannya di pinggang pria yang memiliki wajah lebih manis dan kulit lebih putih. Beberapa kali mereka memberikan wai pada orang yang mereka jumpai sebelum memasuki ruangan ballroom.

Sebuah acara makan malam yang diadakan oleh salah satu klien perusahaan tin. Ini pertama kalinya tin mengajak Pete makan diluar dalam suatu acara formal perusahaan setelah Pete hamil. Sebenarnya,pete merasa tidak nyaman. Perasaan was-was selalu menggelayuti pikirannya. Berkat bujukan dari Mae dan paa nya, disinilah Pete sekarang,merangkul lengan kanan suaminya. Jujur saja dia tidak merasa percaya diri dengan penampilannya sekarang. Dipungkiri atau tidak,pete mencemaskan opini yang akan diterimanya jika orang melihat kondisinya sekarang. Orang akan berpikir jika dirinya adalah pria yang aneh karena bisa memiliki keturunan. Pete bisa saja beralasan tidak enak badan pada suaminya,dan Pete yakin jika suaminya pasti akan membiarkan nya istirahat di rumah. Namun saat melihat antusiasme tin untuk datang pada acara malam ini,pete terpaksa menyanggupi permintaan suaminya itu. Setelah melewati berbagai penguatan berakhirlah Pete di sini sekarang. Kilatan lampu Blitz dari kamera wartawan yang hadir meliput acara,membuat Pete sangat tidak nyaman.

Tin menggenggam erat tangan dingin Pete. Dia menyadari jika saat ini istrinya itu sedang resah. Sebenarnya tin tidak ingin datang ke acara ini. Namun paa nya berpikir bahwa Pete butuh juga bersosialisasi,secara dia adalah putra satu-satunya Putti dan yang mengadakan pesta malam ini adalah kolega bisnis putti sejak lama,bahkan saat Putti mulai merintis usahanya. Jujur saja tin juga cemas,setelah munculnya pesan yang diterima Pete beberapa hari terakhir.

Setelah bersalaman dengan Khun sam dan istrinya,tin membawa Pete menuju tempat duduk yang telah ditunjukkan oleh sekertaris pribadi Khun sam.

"Sayang... jangan cemas Begitu. Tenanglah aku bersamamu na.." kata tin lembut. Dia menggenggam tangan Pete yang dirasanya sangat dingin.

Pete hanya tersenyum, mengusap lembut lengan kanan tin. Dia berusaha menikmati acara malam hari ini dengan memperhatikan suasana hotel yang menurut nya sangat mewah. Kelewat mewah untuk sebuah acara makan malam. Mungkin saja ada acara spesial yang akan disampaikan Khun sam pada saat ini. Pandangan Pete berhenti saat menemukan Gun dan Mark sedang mencari tempat duduk. Pete meminta tin agar mengajak mereka untuk duduk satu meja dengan nya. Segera saja tin berdiri dan menghampiri mereka untuk bergabung dengan Pete.

"Auw..kau tampak mempesona Pete" ucap Gun saat duduk di samping kiri Pete yang malam ini mengenakan stelan jas putih yang sengaja tidak dikancingkan bagian depan perutnya,karena memang tidak cukup. Dibalik jas Pete menggunakan kemeja sutra berwarna biru muda,tampak manis.

"Ai gun,kau juga tampak tampan. Swedee P'mark."kata Pete pada Mark yang duduk di samping tin.

"Swedee Pete. Kau tampak manis dan.. mempesona. Auw..tin!"aduh Mark setelah tin mencubit pinggangnya keras.

"Jangan merayu istriku di depan istrimu sendiri Phi.. dasar playboy" ucap tin membuat Pete dan Gun tertawa.

"Dasar pencemburu! Aku hanya memuji kondisi istimewa istrimu Khun tin. Malam ini kau tampak wow...aku...aduh! Hei sakit!" Erang Mark saat merasakan kaki kirinya mendapatkan injakan yang cukup kuat.

" Tutup mulutmu Phi.. atau aku batalkan kontrak kerjasamamu dengan perusahaan Amerika itu"

"Lihatlah Pete,suamimu ini pencemburu sekali. Selalu saja mengancam. Aku akan minta bantuan Paman mick soal ini." Kata Mark dengan penuh keyakinan. Namun kata-kata tin setelah nya justru membuat dia nelangsa.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now