4

1.2K 114 25
                                    

Semilir angin malam membawa sedikit kesejukan di dalam kamar hotel yang pintu balkonnya sengaja dibiarkan terbuka. Tampak beberapa berkas kerja yang berserakan di lantai. Secangkir kopi yang ada diatas nakas tampak berkurang separuh isinya. Malam ini adalah malam terakhir tin ada di Singapura. Seulas senyuman terukir di bibir sexy nya. Sementara tangannya sibuk men-scrol layar handphonenya. Satu per satu gambar bergeser merubah lengkung senyum itu menjadi tawa.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" my baby

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

" my baby... " gumam tin saat melihat gambar- gambar yang dikirimkan mark kepadanya.
Ting.

"Shia pete, kenapa P'mark membiarkannya membawa mobilnya sendiri?!! " ucap tin kesal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Shia pete, kenapa P'mark membiarkannya membawa mobilnya sendiri?!! " ucap tin kesal.

Segera saja dia menghubungi seseorang.
"Hello krab tin" suara orang mengantuk terdengar di ujung  sambungan.
" baby.. Kamu bandel ternyata hn?? " kata tin
"Eengh.. Jangan panggil aku baby  tin.. Ada apa malam-malam telpon? Aku melakukan kesalahan apa?" jawab pete dengan suara mode mengantuk nya yang terdengar seksi ditelinga tin.
"Kulihat kau pergi ke kampus dengan mobilmu sendiri baby, hn? " tanya tin masih dengan senyum gaje nya.
"Oo.. Aku harus menemui profesor cham di tempat dia melakukan seminar, di luar bangkok, dan P'mark sedang sibuk di kantor katanya " jawab pete.
"Baiklah, apakah kau sudah tidur? Maaf jika aku membangunkan mu" kata tin.
"Krab" jawab pete
"Pete,.. Baby..?? "
"..."
"Baiklah, tidurlah kembali, esok aku kan menjemputmu baby, selamat malam, mimpi Indah my baby" ucap tin ketika tidak mendapatkan jawaban dari orang yang ada diujung sambungan.
"Krab tin"
Bip.
Sambungan terputus.
Tin bangkit dari posisinya dan melangkah menuju kamar mandi, seraya melepaskan kemeja kerja plus dasinya. Malam ini hatinya sangat senang, entah mengapa setelah mendengar suara pete di telepon tadi tin seperti mendapatkan energi baru bahkan mungkin sedikit bergairah.
Saat butiran air  hangat membasahi tubuhnya tin baru menyadari jika tiba-tiba saja ada yang tengah bangkit. Sedikit mengerutkan keningnya tin tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia menyukai dada besar dan montok, pinggang ramping dan bibir seksi wanita. Semua itu selalu membuatnya terangsang seketika.  Namun malam ini entah mengapa hanya karena mendengar suara mengantuk pete dia langsung trun on.
Apa yang terjadi padanya?apakah dia sudah mulai jatuh Cinta pada pria manis yang akan dijodohkan dengannya?
Sejujurnya tin sedikit merasa kesepian selama beberapa hari ini tidak bertemu dengan pete. Ada sedikit rasa rindu tidak melihat wajah manyun pete yang mengemaskan, terutama saat dia sedang merajuk. Rindu melihat wajah pete yang bersemu merah saat malu, saat marah dan berkeringat. Rindu pada bibir tipis berwarna pink pucat yang mungkin sangat manis jika dikecup. Damn?!!
Segera saja tin mengakhiri acara mandinya, sebelum dia kewalahan dan harus bermain 'solo' malam ini. Kemudian melangkah keluar hanya dengan melingkarkan handuk diarea privasinya. Tin langsung menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, memeluk bantal dan membiarkan rasa bahagia dan lelah membawanya kedalam mimpi.  Berharap bertemu pete di sana.
.
Putti meletakkan berkas laporan yang baru saja ditanda tangani nya. Perlahan pria yang telah memasuki usia 50 tahunnan tersebut memandang sebuah foto keluarga yang terletak di atas meja kerjanya tersebut. Yang menjadi fokus perhatiannya adalah putra semata wayangnya,pete. Sebuah senyuman terukir diwajah tampan yang mulai menua tersebut.
Ya, kini pangeran kecilnya telah menjelma menjadi seorang pria yang tampan dan cantik dalam sekali waktu. Sebentar lagi pete lah yang akan menggantikannya memimpin perusahaan. Kegamangan dan keraguan tentu saja masih menggelayuti pikirannya namun mungkin sudah saatnya dia bermain dibalik layar, sedang pete memainkan perannya di dunia yang telah digelutinya selama bertahun-tahun, dunia bisnis. Kemampuan putranya itu memang boleh diacungi jempol, beberapa masalah proyek berhasil diselesaikanya walaupun pete msih semester lima beberapa tahun lalu. Mungkin pete tidak pernah terlibat secara langsung tapi Putti kadang kala melemparkan masalah tersebut pada putranya, sebagai bahan latihan. Dan hasilnya sangat memuaskan. Dia berharap pete dapat menjadi penerusnya kelak.
Tok. Tok. Tok
"Maaf tuan diluar tuan mick ingin bertemu dengan anda " kata sekretaris pribadinya.
"Persilahkan saja dia masuk." jawab Putti .
"Apa kabar ai Putti?" sapa mick begitu memasuki ruang mewah CEO Thivat. Corp.tersebut.
"Aaa... Mick, baik, mari silahkan duduk, tumben ada apa ini, tiba-tiba saja aku harus menyambut kedatangan tamu Agung tuan mick. " kelakar Putti pada sahabatnya itu.
"Jangan seperti itu, hm.. Jika hari ini kau tidak sibuk aku ingin mengajakmu makan siang di luar. " ajak mick
"Hei, ada apa gerangan sampai kau harus meluangkan waktu berbicara sendiri? Masalah bisnis? Atau..? "
"Bukan ini tentang anak-anak kita putt.. Ya.. Kau tahu mereka.. "
"Hahaha.. Ya.. Ya... Oke, kita makan di restoran dulu kita biasa makan di sana saja, sekalian bernostalgia, bagaimana? " tanya Putti pada mick
"Cocok, ayo kita pergi" jawab mick senang.
Lalu kedua bapak yang merupakan CEO perusahaan terbesar di Thailand berangkulan keluar menuju sebuah restoran di dekat kampus mereka dulu kuliah bersama. Sudah bukan rahasia umum jika kedua pengusaha sukses itu bersahabat. Wajar jika mereka terlihat akrab satu dengan yang lain.
.
"Jangan cemberut seperti itu baby. " ucap tin sambil tersenyum tipis, melirik kearah pria cantik yang ada disebelahnya.
"Jangan memanggil ku baby, aku bukan baby tin krab" kata pete setengah merajuk.
Dia kesal karena pagi ini tidak bisa mengendarai mobilnya ke kampus, padahal dia sudah menyusun rencana untuk jalan-jalan sore ini. Sebelum pukul delapan tin sudah berada di rumah nya, menjemputnya seperti biasa.
"Sore ini kita jalan-jalan na..?? Aku akan menjemputmu nanti. " ajak tin
"Aku masih ada kelas tin. Maaf tapi aku ada kelas hari ini. Baru saja aim memberikan informasi jika kelas profesor kim diganti hari ini. " jawab pete.
Sebenarnya pete merasa senang saat tin mengajaknya jalan-jalan. Memang sejak pulang dari Singapura sikap tin sedikit berubah, dia tidak lagi kaku dan ketus. Pete mengacuhkan saja sikap tin, karena pikirannya sekarang adalah tugas profesor kim yang masih belum diselesaikannya.
"Baiklah, ada yang mengganggu pikiran mu?" tanya tin.
" tidak ada, hanya tugasku belum sepenuhnya rampung, semalam aku ketiduran. Jadi aku harus ke perpustakaan lebih dulu dan mungkin pulang agak malam tin, kau tidak perlu menjemput ku na.. Aku tahu kau baru kembali dari Singapura, jadi pulanglah, aku akan pulang dengan P'no dan aim" papar pete hati-hati.
"Aku akan menunggu, jangan khawatir tentang aku, aku akan pulang dan tidak ke kantor hari ini. " jawab tin.
"Hn.. Aku pergi dulu na" ucap pete keluar dari mobil.
Namun sebelum pete mencapai knop pintu mobil tubuhnya ditarik kembali kedalam sebuah pelukan. Untuk sepersekian detik pete terkejut dan hanya diam saja saat tin memeluknya.
"Tin krab. "
"Sebentar saja pete, aku merindukanmu baby. Kau harum sekali" ucap tin seraya menggesekkan hidungnya di ceruk leher pete. Mengendusnya rakus dan mesra. Nafasnya sedikit terengah-engah karena menahan gairah seksual yang tiba-tiba menyerangnya.
"Tin... Apa yang kau lakukan? " tanya pete gugup.
Tin bisa mendengar nada panik di dalam suara pria yang sedang dipeluknya. Segera saja tin melepaskan pelukannya.
"Khodxhona pete.. A.. Aku.. Hanya merindukanmu. " ucap tin seraya mengusap lembut pipi pete yang sudah merona. Mengatur kembali nafasnya.
"T.. Tin.. "
"Menikahlah denganku.. Mm..mm..Maksudku ayo kita berpacaran. Mm.. Maksudku.. Maukah kau menjadi kekasihku pete? " tanya tin gugup.
Bagaimana tidak gugup, jika saat ini jantungnya sedang berpacu, berdetak sangat kencang seperti mau lepas dari dadanya.
"Tin.. Aku....aku.. Aku.. "
"Tidak apa, aku masih bisa menunggu, pergilah kau pasti sudah terlambat " kata  tin cepat.
"Oke krab, aku pergi na.. Pulang dan istirahatlah. Aku janji akan pulang dengan paman bim na.. " pinta pete.
Dia memilih pulang dijemput sopir pribadinya saat tahu tin tidak mempercayai teman-temannya.
"Baiklah, tapi besok kita pergi jalan-jalan berdua, besok kau libur jadi tidak ada alasan menolak tuan muda. "
"Krab"
Setelah pete tampak memasuki gedung fakultas ekonomi, baru tin menjalankan mobilnya menjauhi area kampus. Sejujurnya dia sangat lelah, tapi dia berusaha tetap menjemput pete, karena rasa rindu yang teramat pada pria cantik yang sekarang tengah merajai hatinya.
.
Tepat pukul tujuh malam pete melangkahkan kakinya memasuki mansion orang tuanya. Tampak di ruang keluarga ayah dan ibunya yang tampak sedang bercengkrama. Malam ini pertama kalinya pete bertemu papa nya sejak kunjungan bisnisnya di malaysia.
"Sweddie krab mae, pa" salam pete para kedua orang tuanya.
"Oh.. Tuan muda pete.. Em..nyonya muda tin mungkin.." seloroh Putti pada putranya
"Maee..pa mae..... " rengek pete sambil bergelayut manja di pinggang ibunya.
"Sudahlah, kau jangan terus menggodanya sayang, lihatlah wajahnya sudah sangat merah" timpal nathasa menanggapi godaan suaminya pada putra semata wayangnya.
"Sudah makan nak? Mae memasak makanan kesukaan mu.aaih.. Kenapa kau selalu manja hn? " tanya nat pada putranya yang masih saja bergelayut manja di bahunya.
"Pete, kau sudah tidak pantas bergelayut manja begitu pada ibumu, sudah saatnya kau bermanja-manja pada suamimu hn?? "Goda  Putti kembali.
" maee... "
"Bagaimana jika tin tiba-tiba melamarmu sayang? " tanya nath seraya mengusap kepala pete sayang.
"Mae... Pete belum ujian akhir." jawab pete.
"Aow.. Tentu saja setelah kau wisuda sayang.. Ayah tin sudah mengajukan lamaran pada ayah tadi siang. Dan..... Pa lihat kalian sudah tak terpisahkan lagi hn? " ujar putti
"Dan pa setuju? " tanya pete pada ayahnya.
"Tentu saja, kenapa?  Kau tidak menyukai tin? " tanya Putti
"Entahlah pa.. Pete tidak tahu. " jawab pete dengan wajah sendu.
" pete, dengarkan pa na.. Pa,mae ingin kau bahagia sayang, pa yakin kau akan bahagia bersama tin. Dia akan menjagamu dengan baik. Setelah kau lulus kuliah pa akan menyerahkan perusahaan padamu dan tin bisa menjadi patnermu. Pikirkan tentang itu. Pa hanya ingin kau hidup bahagia tanpa bayang masa lalu. Pa, mae tidak mau kehilangan kau lagi. " jelas Putti
"Pa... Em... Pete mau menikah dengan tin, tapi setelah pete selesai kuliah. " jawab pete.
"Benarkah? Pete bersedia menikah dengan tin? " tanya nath pada putranya seolah merasa tidak yakin.
"Mae krab.. "
"Jika kau sudah setuju, minggu depan kalian bisa bertunangan lebih dahulu, pa akan bicara dengan ayah tin. " kata Putti seraya menepuk pundak putra sebelum meninggalkan mereka menuju ruang kerjanya menyampaikan kabar gembira itu pada mick, calon besannya. 
"Paa.. " rengek pete. 
"Hey pangeran mae yang manis.. Kenapa? Bukankah lebih baik jika kalian bertunangan lebih dulu hn? Agar tin bisa selalu menjagamu sayang " tanya nath seraya mengusap wajah manis putranya yang tampak sedikit merajuk. 
"Tapi mae.. Apa tidak terlalu terburu-buru.. Apa tin akan mau menikah denganku? Tin menyukai wanita mae.. Dia memiliki banyak pacar diluar sana. Bagaimana dia tiba-tiba menikah denganku mae?"tanya pete cemas
"Mae rasa justru tin sangat menunggu jawaban mu tadi sayang.. Tidakkah kau menyadari jika tin memujamu? Hn? Mae bisa melihatnya dari caranya memandangmu. Dia mungkin sedikit keras dan dingin, tapi mae bisa melihat dia memperhatikan dirimu, menjagamu dan mae yakin dia mencintaimu. Percayalah semuanya akan baik-baik saja " ucap nath meyakinkan pete. 
"Krab"
"Ayo kita makan malam, mae yakin kau belum makan sejak sore na.. Na.." Bujuk nath menarik tangan putranya menuju ruang makan.

.

"Tin,daddy ingin bicara denganmu sebentar" kata mick pada putranya.

"Krab dad,ada apa?" tanya tin pada ayahnya.

Dia baru saja menyelesaikan beberapa berkas penting yang akan dibawanya untuk meeting dengan klien dari Indonesia besok pagi. Tin menyadari pentingnya isi pembicaraan karena ayahnya sangat jarang sekali membicarakan hal perusahaan di rumah. Walaupun itu sangat penting.

"Daddy sudah bicara dengan ayah pete tadi siang dan ....kami...sepakat akan menunangkan kalian minggu depan. Bagaimana menurutmu?Ayah rasa ini adalah hal yang harus ayah konfirmasikan kepadamu terlebih dahulu." ucap mick  pada putra semata wayang nya
"Semua tergantung pada jawaban pete dad,aku tidak ingin dia merasa terpaksa dengan hubungan ini. Secara di masa lalu ada seseorang yang pernah memiliki hatinya. Dan aku tidak tahu apakah pete masih memikirkannya atau tidak?Aku tidak ingin menyakitinya."kata tin.

"Kau mencintainya?" Tanya mick.

"Krab" jawab tin.

"Berjuanglah nak,dad yakin pete bisa menerimamu dan kalian akan bahagia bersama." ucap mick seraya menepuk pundak putra semata wayangnya itu.

"Entahlah, aku hanya ingin membahagiakannya, membuatnya tersenyum "
"Tapi yang ada kau selalu membuatnya merajuk."
"Ya, dia tampak sangat menggemaskan jika merajuk dad." ujar tin sambil tersenyum.
'Baiklah, temui Putti setelah meeting selesai. Dia ingin bicara denganmu. Bersikaplah baik di depan calon mertua na.. " ucap mick sebelum meninggalkan kamar tin.
"Krab" jawab  tin tanpa melihat kepergian ayahnya.
Tin memandang sebuah foto pete yang sengaja dia cetak sepulangnya dari Singapura.

"Baby

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baby.. Tahukah kau jika aku sangat mencintaimu? Apakah kau mau menikah denganku? " ucap tin pada gambar di depannya.
Perlahan tin bangkit dari sofa di dalam kamar bernuansa abu-abu itu dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang king size nya. Membiarkan berkas kerjanya terserak diatas meja. Mengusap perlahan permukaan seprei yang sekarang disadarinya sangat luaaas dan dingin.
"Apa yang akan paman Putti bicarakan besok? " monolog tin.
Setelah beberapa kali menghela nafas akhirnya tin menyerah pada rasa lelahnya yang menyeretnya ke alam mimpi.
.
Brak!!
Suara meja di gebrak. Pracay sangat murka mendengar penuturan istrinya tentang keinginan putranya kembali ke Thailand.
"Dia tidak akan melanjutkan kuliahnya di bangkok. Aku ingin dia menyelesaikan pendidikan di sini! Apa kau tidak mengerti?!! " ucap pracay pada istrinya.
"Tapi ae ingin kuliah di sana.. "
"Dan membiarkannya berpacaran lagi dengan banci kaleng murahan itu?! "
"Pete bukan banci, Cukup! Kau tidak akan bisa menekannya lagi! Aku akan membawa ae pulang ke Thailand! "Tandas aom kesal.
Selama ini dia sudah sangat bersabar dengan perlakuan suaminya terhadap putra mereka. Aom bisa merasakan betapa putranya itu sangat ingin menemui pujaan hatinya. Jarak dan waktu membuatnya tersiksa. Belum lagi pengawasan pracay pada ae yang aom rasakan terlalu berlebihan.
"Bawa saja dia pulang, di sana dia hanya akan mendapati mayat banci murahan itu! Ingat, aku tidak akan main-main dengan ucapanku aom. Kejadian tiga tahun yang lalu adalah peringatan. Kendalikan anakmu itu, atau dia akan menyesal karena telah menentangku?! " ucap pracay dingin, sebelum meninggalkan istrinya yang shock mendengar penuturannya.
Aom menyadari watak keras suaminya, dan masih teringat jelas dalam ingatannya, kecelakaan mobil yang menimpa putra sahabatnya nath. Sekelebat bayangan mengerikan itu kembali melintas di benaknya.
Sementara di balik pintu, sesosok tubuh telah roboh ke lantai. Pandangan matanya kosong, hatinya hancur, seluruh tenaganya seolah lenyap. Semua terasa gelap. Harapannya untuk bertemu dengan pujaan hatinya telah sirna. Yang tersisa hanya ketakutan akan kehilangan orang yang selama ini dicintainya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Hayo.. Masih ngikutin?
Nuhun sudah baca, maaf typo masih nyebar.
Ditunggu komentarnya, masukkan dan kritikna.
Karakter tokoh murni kreasi autor. Pada fan dan shiper mohon maaf na.
Happy reading na..
Pye.. Pye..

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now