8

1.3K 94 12
                                    

Pete merasa gelisah dalam duduknya. Pandangannya terhalang sepotong kain. Setiap kali dia ingin membuka kain penutup tersebut, tangan tin selalu mencegah nya. Pete bertanya-tanya dalam hati kemana tin akan membawanya pergi kali ini. Karena sejak acara wisuda berakhir,tunangannya itu langsung membawanya pergi dengan mata tertutup. Dia berjalan sambil berpegangan erat pada lengan pria tampan tersebut dan tin pun menggenggam tangan pete erat, seolah enggan melepaskannya. Terkadang tersenyum tipis melihat tingkah ketakutan tunangannya itu.

" tin krab.. Kita akan pergi kemana? " tanya pete menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri berusaha mencari dimana kekasihnya berdiri. Pete memang bisa mencium parfum tin tapi dia tidak bisa memprediksikan kedudukan tunangannya itu.

"Hn.. "

"Tiin.. Kau membuatku takut naa... "

"Tenang lah bunny, aku selalu bersamamu. Cukup pegang tanganku oke"

Pete hanya bisa menganggukkan kepalanya. Lamat-lamat dia mendengar suara orang berlalu lalang, tapi tidak bisa menebak di mana dia sekarang berada. Merasa lelah menebak-nebak dimana dia sekarang, pete menyandarkan kepalanya di bahu tin, memejamkan matanya yang mulai terasa berat dengan posisi kedua tangannya bergelayut manja di lengan kanan tin.

Tin hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan pete. Lihat lah siapa yang kini bergelayut manja di lengannya, padahal tadi pagi khun chai itu tadi pagi merajuk karena tin terlambat menjemputnya. Beberapa orang yang melihat pemandangan menggemaskan itu tersenyum ramah. Sepasang suami istri yang duduk di samping nya bahkan mengabadikan momen pasangan muda tersebut. Sedangkan dua orang yang duduk di depan kursi tin sesekali melihat ke arah tin dan pete duduk. Sementara di luar awan tebal menghalangi pandangan. Ya, saat ini tin dan pete berdua sedang dalam pesawat yang membawa mereka ke Belanda.

Tin sengaja memberi kejutan pada tunangannya itu, tepat setelah upacara wisuda berakhir. Setelah meminta izin pada calon mertuanya, tin membawa pete ke bandara dengan kondisi mata yang tertutup sepotong kain. Mereka akan datang ke belanda, selain untuk urusan bisnis juga untuk berlibur. Tin berfikir jika ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan cinta khun chai- nya itu. Dan mick memberikan kesempatan tersebut sebagai hadiah atas kerja keras tin selama ini. Siapa tahu saat mereka pulang dari belanda dia bisa mendapatkan bonus, seorang cucu. Sehingga akan sangat mudah bagi mick untuk menikahkan mereka berdua.

Penerbangan yang memakan waktu cukup panjang itu pun berakhir dengan mendaratnya pesawat di bandara internasional Schiphol. Tin langsung menghubungi orang kepercayaan pa nya di Belanda untuk menjemputnya dan pete di bandara. Mereka langsung menuju ke salah satu hotel ternama di Amsterdam. Sesampainya di sana tin langsung disambut oleh orang kepercayaan ayahnya yang sudah mempersiapkan penthouse yang sengaja menghadap ke laut sesuai dengan pesanan tin sebelum berangkat.

Tin membawa pete dalam rengkuhannya ala bridal menuju kamar mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Tin membawa pete dalam rengkuhannya ala bridal menuju kamar mereka. Membaringkan pete diranjang king size yang ada di dalam ruangan. Membelai lembut wajah lelap pete. Bagi tin, pete seperti bayi besar yang menggemaskan. Setelah melepaskan penutup mata, sepatu dan merapikan selimut pete, tin berjalan ke kamar mandi. Tubuhnya terasa lengket dan sedikit gerah. Dia butuh mandi dan menenangkan sesuatu di tubuhnya yang sudah bangkit sejak dia menggendong pete turun dari pesawat.

My Koon Chai (HIATUS)Where stories live. Discover now