ll Tak harus tentangmu

97 25 0
                                    

Malam ini tak secerah biasanya. Kumpulan mendung tega menutup senyuman sang bulan. Bintangpun tak memunculkan batang sinarnya. Bertanda buliran hujan akan segera membasahi bumi.

Aku duduk di kursi dekat jendela. Memutar kembali rekaman yang ku dapat seharian ini. Mulai dari kena marahan guru, hingga marathon mengerjakan tugas dadakan. Aku rasa memang butuh istirahat sekarang. Kepalaku mulai penat. Tapi entah kenapa, hatiku merasa tenang.

Kini, tanganku membuka tirai biru jendela. Dari sini aku bisa melihat lampu kota yang menyala seperti taburan bintang. Kendaraan masih berlalu lalang memadati gelapnya malam di jalanan.

Merasa ada yang kurang, aku mulai membuka jendela. Dan kini sepoi angin yang berlalu, menyapu lembut wajahku.

Aku mendengar ketukan pintu. Dan itu pintu kamarku. Aku segera beranjak untuk membukanya.

"Killa."

Aku tak kunjung menjawab, air mataku sudah siap meluncur saat ini juga. Suara itu, aku merindukannya. Wajah penuh guratan lelah itu, aku ingin terus menatapnya. Dan orang itu, aku rindu pelukannya.

"Mama." Langkahku berlari untuk segera menarik mama dalam pelukku. Sungguh aku sangat merindukannya. Kini sang malam memberikanku kejutan yang sangat indah.

Mama memelukku erat sekali. Rasa hangat itu semakin menjalar di seluruh tubuhku. Aku merasa malaikat tak bersayap yang meninggalkanku beberapa minggu lalu, kini telah kembali menemaniku di setiap waktu.

"Sayang, Mama kangen sekali sama kamu. Kamu apa kabar? Apa kakakmu itu selalu menjagamu?"

Aku mengangguk dan mulai melepas pelukanku. "Aku juga rindu sama mama. Mama kenapa sih lama banget di sana? Bang Candra bahkan selalu menemaniku tidur kalau aku takut sendiri."

Aku melihat Mama malah terkekeh mendengar jawabanku. Sebelum beliau menjawab, "Mama kan kerja sayang. Sama papa juga. Emang kamu takut kenapa, hm?"

Takut selalu kebayang dirinya Ma! Dirinya yang tak mengenaliku sama sekali.

Aku menggeleng pelan. "Oh iya,  papa mana?" kini aku bertanya keberadaan papaku yang sedari tadi aku belum lihat.

"Pangeran datang!"
Aku segera melihat ke arah pintu ketika terdengar seruan menggelegar itu.

"Udah punya anak dua, kok masih jadi pangeran terus sih!" cibirku sembari menghela napas jengah.

Papa mulai mendekatiku dan memberiku bingkisan kecil yang sangat cantik. "Papa kangen sekali sama my princes." ujar papaku sembari mendekapku.

Inilah yang membuatku menangis ketika mereka meninggalkanku. Aku tidak mendapat pelukan manja dari mereka. Aku tak seceria ini tanpa mereka.

"Hm, ini apa Pa?" tanyaku melihat bingkisan kecil itu.

"Buka nanti saja! Sekarang Mama sama Papa turun dulu ya? Mau bersihin badan dulu."

Aku mengangguk. Wajar saja, mereka baru saja sampai di rumah. Perjalanan Eropa-Indonesia seperti perasaanku padanya. Tidak pernah menjadi dekat dalam hitungan waktu.

Senyumku mengembang begitu saja. Teringat waktu itu, ketika aku sedang duduk di luar kelas untuk melanjutkan ceritaku. Tatapan Kak Aska masih terbayang jelas di benakku. Mata lentik yang tajam dan meneduhkan itu masih membuat dadaku bergemuruh ketika mengingatnya.

Mungkin, di sana dia masih menganggapku sebuah angin yang berlalu begitu saja. Tapi, kenapa aku begitu yakin kalau suatu saat tidak ada asa yang tak tergapai. Antara aku dan dia.

Aku memilih menghempaskan tubuhku di atas ranjang. Tak sengaja, tanganku menyentuh bingkisan kecil dari papa yang belum aku buka. Aku segera duduk kembali dan mulai penasaran dengan isinya.

Netraku menatap sebuah gelang cantik. Namun aku kembali aku berpikir, apakah gelang ini mempunyai pasangan? Di lihat dari desainnya, ada separuh bentuk hati yang menempel di sisi kiri. Tapi siapa yang memiliki separuh hati bagian kanan? Aku tidak mau pusing, mungkin memang seperti itu.

Kini aku melihat sebuah kertas diselipkan pada kotak bingkisan. Perlahan, aku membukanya.
_________________________________
Dear My Princes

Papa tahu, kamu bertanya-tanya dalam hati tentang gelang itu. Tapi, papa tidak ingin putri papa menjadi dora. Jadi papa akan memberitahu sebenarnya.

Tadi, waktu papa mau beli gelang itu tiba-tiba ada tante-tante yang mau beli itu juga, kami sampai berebut. Nah, berhubung papa gak mau istri tercinta papa cemburu, jadi gelang couplenya dibagi dua. Karena papa udah suka banget sama gelang itu.

Semoga my princes suka. Jangan lupa dipakai.
_________________________________

Aku terkikik geli membaca surat itu. Bukannya itu akan lebih membuat Mama cemburu. Karena akhirnya papa berbagi gelang couple sama tante tadi. Mungkin mama mengerti, kalau Papa sedang ingin sekali membelikan gelang cantik ini untukku.

Aku kembali membuka diary bersampul biru.

________________________________
9 November 2019

Malam ini bintang tak menemani
Berganti dengan dua malaikat yang kembali menghapus sepi
Aku sungguh merindu
________________________________

Tawaku meluncur tiba-tiba ketika membaca ulang tulisan yang baru aku tulis. Biasanya isi diary ini tentang kerapuhanku. Tapi, kini diary itu berhasil membuatku tersenyuma ketika membacanya.

"Dek"

Aku menoleh dan melihat Bang Candra sedang bersedekap di ambang pintu.

"Masuk Bang!" perintahku.
Bang Candra kemudian melangkahkan kakinya menuju tempat tidurku. Aku terpelonjak, ketika Bang Candra melompat menaiki kasur.

"Bang! Bisa pelan dikit gak sih?" kesalku yang diacuhkan olehnya.

Kemudian, ak melirik Bang Candra yang membuka ponselnya. Aku masih diam sebelum Bang Candra melempar ponselnya padaku yang lagi-lagi membuatku memelototinya.

"Minta id linenya Lea yang baru dong. Kangen nih!" ujarnya. Setelah itu, Bang Candra menyembunyikan wajahnya dengan posisi tengkurap.

Aku tersenyum, rupanya kakakku ini sedang kasmaran sama sahabatku. "Nih Bang sudah. Cepat keluar sana! Chatting nya tanpa batas bisa dimulai."

Bang Candra langsung menampol kepalaku. "Enak aja! Cukup cara halus dulu baru gercep." Ujarnya lalu melenggang pergi.

"Bang!"

Kakakku menoleh, "Apa?"

Aku langsung mengatupkan bibirku rapat. Sekarang pipiku memanas. "Bang, Killa mungkin udah bener-bener suka sama dia. Killa sedang jatuh cinta kedua kalinya." seruku.

Setelah itu, aku mendorong Bang Candra keluar. Sepertinya, Bang Candra masih mencerna perkataanku barusan. Mungkin dia menganggapku sedang tidak waras. Biarkan!
Setelah itu, aku menutup pintu kamar dan menguncinya.

Aku berada dibalik pintu dengan dada naik turun. Aku sedang jatuh cinta. Sebelum aku terlelap aku menatap langit-langit kamar yang berdesain seperti angkasa. Dan semuanya berhasil menarikku dalam mimpi.

_________________________
Aku mulai membuka pintu

Membiarkan masa lalu berdiam di belakang sana.
Aku ingin membuka cerita baru
Agar cerita lama tak mendusta.
Lelah sudah aku rasa
Ketika mencoba tuk melupa.
Aku ingin menggenggam masa
Yang belum pernah aku lalui sebelumnya
Ketika aku mulai melangkah maju
Kamu yang pertama tertuju pandanganku
Meski sempat menyelipkan luka
Aku mencoba tuk mempertahankannya.
Semoga hati yang rapuh oleh harapan segera membaik.

Dengan begitu, aku tak lagi takut untuk berharap kepadamu.

_____________________

PROSPECT HEART (End)Where stories live. Discover now