ll Mengharapkanmu

66 19 0
                                    

Aku berjalan santai ditaman belakang rumah. Mengingat kembali setiap pertemuanku dengan Kak Aska. Rasa yang seperti mimpi itu kini bisa ku ingat sebagai sebuah peristiwa.

Tanganku beranjak menggapai bunga-bunga yang sudah bermekaran. Aku tersenyum melihat mereka berwarna-warni menghiasi taman ini.

"Killa,"

"Hm." Aku hanya bergumam menjawab sapaan Bang Candra.

"Gimana perasaan kamu sama si kakak kelas itu?"

Aku menghela napas pelan, "Tetap sama. Tetap menyukai dan sepertinya gak akan pernah berhenti."

Bang Candra mendekat dan merangkul pundakku. "Hei! Gak lelah kaya gitu terus?"

Aku mengernyit bingung. Lantas aku menatap Bang Candra yang masih menunggu jawabanku. "Maksud Abang?"

"Bukannya aku mau ikut campur sama perasaan kamu. Tapi sepertinya, lebih baik kamu berhenti sama orang yang hanya sebatas mimpi. Banyak nge-halu ya kamu? Sampai-sampai gak bisa nglepasin dia. Padahal jelas-jelas loh, dia gak lihat gimana perasaan kamu."

Aku hanya mencibir, "Lah terus Abang sendiri gimana? Masih gitu-gitu terus sama sahabat Killa?" Aku ingin tertawa melihat wajah masam Bang Candra.

"Ekhm. Aku sama Lea udah lebih dari serius kali." Jawabnya percaya diri.

"Sayangnya, Killa gak sebodoh yang Bang Candra pikir. Bahkan Lea lebih duluan deket sama Killa daripada sama Abang. Jadi jangan sok-sok an udah seriusin dia deh. Kalo nembak aja kagak berani."

Aku melipat tangan didepan dada dan menatap nyalang ke arah Bang Candra. Setelahnya aku terkikik geli melihat kakakku itu menggaruk tengkuknya dan menyengir lebar.

"Iya deh yang ngerasa pinter." Ujarnya sambil mengacak rambutku.

"Eh btw, maksud Abang tadi apa? Kok tiba-tiba ngomong kaya' gitu?" Tanyaku setelah teringat perkataan Bang Candra tadi.

"Hm, maksud Abang. Ya kamu berhenti aja berharap sama dia yang gak pasti. Abang gak mau aja kamu nanti sakit hati, melow-melow tiap hari, nangis sana-sini, dan ujung-ujungnya Abang yang bingung sendiri." Jawabnya dramatis.

Aku mengerucutkan bibirku sebal. Bagaimana mungkin aku seperti itu. Memang aku sudah sering kali merasakan apa yang Bang Candra katakan. Tapi tidak sampai nangis sana-sini juga. Mungkin aku hanya diam dikamar, menangis dalam sepi, seperti orang yang sedang meratapi nasib. Dan seperti...
Saat aku mulai rindu, ingin bertemu, ingin memeluk, namun dia yang dituju tidak bisa ku sentuh. SAD!

"Enak aja kalo ngomong. Killa gak pernah ya segitunya. Abang gak tau sih!" Protesku yang mendapat balasan senyum olehnya.

Bang Candra membelai kepalaku. Belaian yang sejak kecil aku sukai. Ketika aku sedang sedih, ataupun merasa tidak tenang maka Bang Candra akan membelai kepalaku dan berkata, 'Gak usah sedih, Bang Candra selalu menemani Killa'
Saat Bang Candra mengatakan itu, aku masih sangat kecil. Dan sekarang aku merindukannya meskipun sekarangpun semua itu masih ada.

Aku langsung memeluk kakakku. Menyandarkan kepalaku didada bidangnya. Aku beruntung mempunyai Kakak yang selalu perhatian seperti dia.

"Bang, jangan bilang kaya' gitu lagi. Killa jadi sedih. Padahal sekarang Killa lagi dapet mode on loh! Killa gak bakal berhenti berjuang buat seseorang yang Killa rasa pantas untuk Killa dapetin. Kan kalo Bang Candra bilang Killa harus berhenti, Killa jadi merasa gadis lemah yang berhenti sebelum perjuangannya dititik penghabisan." Ucapku yang masih berada dalam dekapan Bang Candra.

PROSPECT HEART (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang