ll Hari tanpamu

59 17 0
                                    

Aku berada di barisan paling depan. Menghadap kebarat tepat didepan kelas 12. Mataku menjelajah setiap barisan, dan disana aku menemukan sosoknya yang juga berada di barisan paling depan.

Pandanganku tak bisa beralih darinya. Dengan kemeja putih dan celana abu-abu yang melekat rapi di badannya, aku bisa melihat keindahan ciptaan tuhan yang tiada tara.

Tak henti-hentinya bibirku untuk tidak tertarik. Aku tersenyum menatapnya. Berharap akan ada kisah manis sebelum aku tidak melihatnya lagi.

Mata lentik itu bergerak melihat semua perangkat upacara. Tapi aku tidak bisa untuk berhenti menatapnya. Semakin lama aku melihatnya, semakin dalam pula perasaanku untuknya.

Aku tersentak, ketika mata itu bertemu denganku. Aku tak bisa menghilangkan rona merah yang kian merambat diwajahku. Aku segera mengalihkan pandangan. Tapi senyumnya yang manis itu menarikku untuk tetap melihatnya.

Ketika bendera merah putih perlahan dikibarkan, kami mengangkat tangan untuk gerakan hormat. Alunan lagu Indonesia Raya pun mengiringi setiap langkah menuju keatas.
Teringat lagu, aku memiliki satu lagu favorit yang mengantarkan imajinasiku setiap memikirkannya.

Upacara telah usai. Tidak seperti biasanya, upacara kali ini terlihat sangat khidmat. Barisan siswa yang telat maupun tidak memakai atribut lengkap, tidak sebanyak biasanya.

Aku masih berdiri dan enggan beranjak dari tempat ini. Perlahan siswa yang tadinya memenuhi lapangan, kini berhamburan untuk menuju kelas ataupun kantin.

"KILLA!" Suara itu membuatku terpelonjak. Aku segera menoleh dan menatap tajam pemiliknya.

"Bisa gak sih, gak usah ngagetin. Kebiasaan banget," ujarku dengan nada kesal.

Lea hanya menampilkan deretan giginya. Sedari tadi aku melihat keanehan dalam dirinya. Tapi, dari pada aku sibuk mengira-ngira, lebih baik aku menuju kelas sekarang.

"Bilang aja mau nunggu Kak Aska," ledeknya padaku.

Aku hanya mendengus, "Gak! Siapa bilang?"

Dia tertawa, dan mengapit lengan kiriku. "Ya udah jangan marah. Ke kantin yuk," ajaknya yang membuatku geleng-geleng kepala.

Aku pun melangkahkan kaki menuju kantin. Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah. Tapi juga tidak melihat sosoknya. Mungkin dia sudah kembali ke kelas. Selain berbakat, Kak Aska juga sosok yang rajin. Tidak membuatku kaget, jika dia selama ini mendapat peringkat paralel.

Mengingat Kak Aska yang seperti itu, kadang membuatku tidak percaya diri. Tapi bagaimanapun juga, rasaku akan tetap ada meskipun pada akhirnya tidak bisa bersama.

***

Entah mengapa aku merasa pelajaran hari ini membuatku bosan. Aku sering keluar kelas dengan izin ke kamar mandi. Padahal aku duduk di gazebo, sekedar menikmati semilir angin.

Aku menuju depan gerbang. Menunggu taksi yang sudah Bang candra pesankan untukku. Mungkin, dia sedang sibuk dan jadinya tidak bisa menjemputku. Kini aku merasa rindu dengan kakakku, sudah hampir seminggu ini, dia tidak menjahiliku, jarang mengantar dan menjemputku, tidak menemaniku setiap waktu. Dan semua itu karena tugasnya ditengah semester kuliah.

Deru motor yang ku dengar, seperti mendekat kearahku. Aku menoleh dan melihat siapa pemiliknya. Tapi aku belum bisa melihat wajahnya yang tertutup helm fullface. Dia memakai seragam yang sama denganku, tapi sepertinya dia bukan siswa yang sekolah di SMA ku.

"Hei," sapanya. Bisa kulihat dari matanya yang menyipit, dia sedang tersenyum.

"Siapa ya?" tanyaku padanya.

PROSPECT HEART (End)Where stories live. Discover now