ll Serangkaian keinginan

62 20 0
                                    

Aku menyukai sepi. Karena dengan sepi, aku lebih leluasa berimajinasi. Membayangkan segala manis tanpa ada yang berani menepis.

Seandainya kamu tahu, kamu adalah orang pertama yang mampu membuatku berani setelah cinta lama berhasil membuat hati ini seakan mati.

Dalam diamku disuasana sunyi ini, aku menulis serangkai kalimat indah untukmu. Yang mungkin bisa mencurahkan segenap perasaanku untukmu.

Mampukah aku menghapus segala egoku, ketika kamu sudah mulai nyata dalam hariku.

Setelah pertemuan yang tidak terduga kemarin, kamu berhasil membuatku uring-uringan semalaman. Benih-benih harapan semakin tumbuh dalam benakku. Kamu adalah laki-laki yang jarang aku temui.

Aku masih teringat, setelah kamu memberiku sapu tangan kemarin, aku merasa kecanggunganmu tidak biasa. Kamu begitu pemalu, tidak sepertiku yang banyak tingkah. Kamu begitu sopan dan lemah lembut, tidak sepertiku yang penuh kekasaran. Bagaimana aku bisa mengharapkanmu, sedangkan kita saja sudah berbeda. Kamu bintang paling tinggi sedangkan aku dibawahmu.

Ku pakaikan headset putih dalam telingaku. Mendengar lagu halu yang kuharap bisa membuatku sadar. Tapi sayangnya, aku semakin berimajinasi. Seolah-olah tidak ada hal yang paling indah selain dirimu.

Pertemuanku denganmu begitu sederhana. Sebatas melihat mata indah yang tersisa oleh helm fullface itu. Lalu, setiap hari aku semakin penasaran dengan dirimu. Aku mulai mencari tahu. Setelah aku tahu siapa namamu, rasa ini semakin besar. Tapi dulu aku begitu takut, karena menyukaimu adalah bahaya besar yang semakin aku selam. Namun, karena asa yang besar, aku tidak ingin lagi-lagi hati ini mati. Aku mulai berjuang dan berjuang, sampai akhirnya aku menginjak tumpuan. Dimana aku dan kamu saling bertegur sapa.

Aku hanyut dalam pesona mata lentik itu. Aku tergelayut oleh senyuman dan suara itu. Bisakah kamu aku miliki?

Mataku terpejam. Otakku masih memutar dua pertemuan pertama kita. Apa aku juga akan mendapat rekaman pertemuan indah selanjutnya?
Aku harap iya.

Mengapa aku begitu membutuhkanmu. Jelas kamu bukan siapa-siapa. Rasanya aku ingin berlari dan selalu bersamamu. Tanpa ada rasa yang lain kecuali rasaku dan rasamu. Aku ingin sekali, tangan ini terpaut oleh tangan besarmu itu. Aku ingin sekali, senyuman itu leluasa aku nikmati. Dan satu hal yang membuatku candu, adalah matamu. Aku ingin mata itu menatapku dan bukan orang lain.

Sepertinya aku melupakan satu hal.

Siapa gadis disampingmu beberapa hari yang lalu? Mudah sekali kamu bertautan tangan dengannya. Apa dia adalah perempuan yang berarti selain ibumu?

Killa! Lagi-lagi kamu sendiri yang merusak imajinasi.

Aku mengerang frustasi. Apa lebih baik aku melupakan hal lain diantara kita. Karena bagiku, hanya kamu yang bisa membuat imajinasi ini seakan nyata, tapi sekitarmu juga sebuah luka.

Pukul tiga dini hari ini, aku mengakhiri segala halusinasi. Esok adalah hari dimana aku akan bertemu denganmu lagi. Depan kelasku menjadi tempat menunggu kedatanganmu. Meskipun hanya sekedar bertemu, semoga esok kamu masih mau bertegur sapa denganku seperti kemarin. Berangkat pagi-pagi adalah alasan supaya mata indahmu itu berhasil aku potret dalam retina.

Kini aku mulai memejamkan mata kembali. Setelah mimpi dan imajinasi ku akhiri, saatnya aku mengistirahatkan diri.

-------

"Dek, kamu pagi-pagi mau kemana?"

Aku mengernyit bingung, bukannya hari ini aku sekolah?

"Ya sekolahlah Bang."

Bang Candra menggelengkan kepala sembari terkekeh. "La! Coba lihat kalender."

Aku segera membuka ponselku. Yang benar saja? Hari ini hari Minggu?

"HAH! Hari minggu?"

Kini Bang Candra tertawa keras mendengar ucapkan melantur itu.

"Makanya, jangan suka ngayal malam-malam. Jadi linglung kan?"

Dengan langkah gontai, aku berbalik menuju kamar. Aku menghempas badan mungilku dikasur. Kemudian, ku pijat kepala ini pelan.

Apa yang aku pikirkan semalam? Bertemu denganmu?
Dan sekarang aku harus menelan kenyataan bahwa hari ini adalah hari Minggu.

Dulu, sebelum aku mengenal rasa ini hari Minggu adalah hari favorit ku. Namun, kini hari Minggu adalah hari merindu ketika wajahmu tak bisa ku lihat.

Aku segera mengganti seragamku dengan baju santai. Aku melihat notif yang baru saja masuk.

Bagaskara.P

Aku sangat senang melihat nama yang tertera. Bukankah itu nama akun instagram mu.

Sekarang tidak ada lagi yang asing diantara kita. Aku hanya bisa menunggu untuk hal berikutnya meskipun hal itu belum tentu aku dapati. Aku mengetahuimu sejak dulu. Dan sekarang, namaku sudah diketahui olehmu.
Dulu, aku berpikir, hanya aku yang mengenali dirimu. Sedangkan kamu tidak. Tapi dunia memiliki cara lain untuk membuatku bahagia.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Terima kasih untuk waktu yang mengizinkanku mengenalnya
Terima kasih untuk harapan yang menjadikanku orang yang bertujuan

Karena waktu dan harapan
Adalah dua hal yang saling bertautan
Banyak harapan disetiap waktu
Dan banyak waktu yang dihabiskan untuk mewujudkan harapan

Lantas apakah mereka masih ingin kau sia-siakan
Bahkan jika mereka sudah pergi
Mustahil untuk mereka kembali
Ataupun untuk berputar kekiri

PROSPECT HEART (End)Where stories live. Discover now