3 : Ji -Snack

7.4K 941 91
                                    

Stay away from people who make you feel like u're hard to find.
'
'
'

Berapa kali kulitmu mengelupas karena luka?

Hilang,

Lalu muncul luka yang baru—

Hilang,

Lalu muncul lagi, terus begitu hingga rasanya seperti mati rasa. Tidak peduli mau seperti apa jadinya. Terlalu menyakitkan,

"Dasar anak tidak beguna!"

I know, i'm sorry.

"Kenapa kau lahir sih, seharusnya mati saja. Tak usah merepotkan seperti ini."

Okay, let me die first or i'll die twice.

"Ikuti kata-kata ku atau kubuang kau!"

"Tapi bu—"

"Sialan, berhenti memanggilku ibu. Aku jijik mendengarnya."

I'm sorry, really—

Saat itu ibu menarik rambutku. Menamparku berkali-kali, menginjak--

Entah sudah berapa luka memar di tubuhku, berapa goresan, yang jelas seluruh jariku tidak cukup untuk menghitungnya. Takdir buruk juga sudah tidak bisa lagi di hitung, entah akan ada hal apalagi di depan sana yang menungguku.

—

"Ji yan? Hey kau kenapa?" Jungkook mengoyangkan tubuh Ji yan, panik melihatnya gemetar sambil memangku lutut. Tubuhnya gemetar hebat. Keringatnya bercucuran. Tatapan matanya juga terlihat penuh rasa gelisah.

"Ta—ta— kut, pi—piringnya pecah. N-nanti ibu—ibu pukul-"

Jungkook langsung memeluk Ji yan. "Ada aku, tenanglah. Semuanya akan baik-baik saja." Ia berusaha senatural mungkin untuk menenangkan Ji yan, ia sebenarnya tidak tau dengan jelas mengenai situasinya. Hanya saja ia merasa tindakannya tepat.

Ji yan merasa Jungkook adalah sebuah penggabungan antara solusi dan ancaman disatu waktu.

That boy got the evil in him.

Entah ia memang benar melindunginya atau tidak, tapi yang ia tau Jungkook juga yang menyelamatkannya. Tidak peduli seperti apa namun saat ini Jungkook meraih lengan Ji yan, dan ia terkejut. Alisnya bertautan. Tapi sedikit membingungkan ekspresinya, antara memang benar terkejut, atau takjub.

There's still light in him.

Ji yan melihat dengan jelas raut wajah Jungkook, lantas ia segera menarik tangannya kembali. Melipatnya, berusaha menyembunyikan. Hening. Tidak ada percakapan setelahnya. Ji yan memang sudah tidak perduli lagi dengan hidupnya. Ia memang sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti. Tapi tetap saja, ia belum siap.

Anyway, take care of ur self.

—

Setelah keheningan yang cukup lama. Jungkook memutuskan mengajak Ji yan berbelanja di minimarket. Karena memang bahan makanan juga sudah menipis. "Bisa tidak, kau tidak usah melewati sekolahku?" Pinta Ji Yan, saat mereka sudah dalam perjalanan. Nada suaranya seperti takut.

Ingatannya tentang teman disekolah yang selalu saja mencemooh dirinya terbesit tiba tiba dalam pikirannya. Sekarang ia sudah tak ingin kesana lagi. Toh masa depannya sudah hancur sejak ia dijual oleh ayahnya sendiri.

I hope you're proud of me, dad.

"Kalau begitu, kita akan ke pusat perbelanjaan saja sekalian. Mungkin akan sedikit membutuhkan waktu." Ji yan hanya mengangguk kecil, hampir tidak terlihat. Ji Yan tidak tau ini jenis mobil apa tapi, jarak kursi antara pengemudi dan sebelahnya begitu dekat. Tanpa sadar, ia tertidur. Dan kepalanya perlahan turun ke bahu Jungkook. Bersandar disana.

—

Setelah sampai, mereka berdua memasuki pusat perbelanjaan itu dengan canggung. Tapi Ji yan tidak mau seperti ini. Untuk bertahan, Ji yan harus menyingkirkan semua rasa malunya. Disekolah pun ia bersikap biasa, pura pura melupakan fakta bahwa tak ada satupun orang yang mau menjadi temannya.

Ia berlari ke toko aksesoris, menuju bagian topi topi lucu. Jungkook terpaksa mengikutinya. "Kau mau?" Tanya pria itu dengan tatapan, 'Kau kan sudah besar?' Ji yan hanya tersenyum riang, "Aku tidak pernah punya topi seperti ini." Ia dengan sengaja memajukan bibirnya, membuat Jungkook mau tidak mau mengiyakan.

Tapi ternyata Ji yan tidak mengambil satu, melainkan dua. "Satunya kau pakai ya." Ji yan memasangkan topi berbentuk panda itu di kepala Jungkook dan tersenyum sangat lebar. Ji yan berlarian melihat banyak snack yang ingin ia coba, lalu terhenti. Bertanya pada dirinya sendiri apakah boleh ia memakan ini? Apakah boleh ia memintanya pada Jungkook?

Sebenarnya ia kesini sekaligus menghindar, barang kali Jungkook akan mengamuk. Meski ternyata tidak, ia hanya memakai masker untuk menutupi wajahnya. Namun tetap terlihat lucu sekali dengan rambutnya yang seperti itu.

"Ambil saja, sebanyak yang kau mau

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ambil saja, sebanyak yang kau mau." Sepertinya Jungkook tau apa yang ada dalam pikiran Ji yan. Melihat dari gerak geriknya. Ji yan diam sebentar, lalu memeluk dirinya erat. Seperti merasa takut dan trauma disaat yang bersamaan. "Terakhir kali kucoba memakan snack seperti ini di kulkas, Ibu hampir membunuhku."

A man with charm. Is a very dangerous thing. Like Jeon Jungkook.
—

Ed's note

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ed's note

Kadang frustasi sendiri nulis ini.

Hopeless.  'J.J.K'Where stories live. Discover now