11 : Ji -Jack

5.2K 736 236
                                    

CRIP, CRIP, CREEPY.
'
'
'

Entah pada pukul berapa aku jatuh tertidur. Meski belum sadar sepenuhnya, aku ingat dengan jelas bahwa setelah meneriakiku -untuk pertama kalinya, Jungkook membanting pintu apartemen dan pergi entah kemana. Meninggalkanku yang masih terpaku di tempat.

"Lalu kau meminumnya begitu saja hah?!"

Aku ingin tersenyum mengingatnya. Kalau dipikir-pikir, iya ya? Kenapa aku meminumnya begitu saja? Oh iya, aku meminumnya karena kupikir itu adalah semacam obat untuk sakit kepala awalnya. Tapi ternyata, obat antidepresan?

Kalau begitu Jungkook--

Cklekk

Pasti Jungkook. Suara langkah kakinya terdengar, tak lama ia sudah muncul didepan ranjang. Masih berjalan kearahku. Sebelah tangannya menentang sebuah paper bag dan tangannya yang lain ia masukkan kedalam saku mantel tebalnya. Seperti biasa, dengan topi hitam yang sering ia gunakan.

Sebenarnya aku benar-benar baru bangun. Meski sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Tapi aku sama sekali belum mandi ataupun ganti baju. Jadi keadaanku sekarang pasti sangat kacau. Entah kenapa ada rasa aneh saat ia sudah berdiri tepat disampingku. Perasaan yang seolah mengatakan bahwa seharusnya aku menutup wajahku. Atau memalingkan pandangan, tidak menatapnya. Tapi yang kulakukan justru sebaliknya.

I don't wanna look-

Jungkook menyodorkan paper bag yang ia bawa, tanpa sepatah katapun. Matanya menatap lurus kearahku. Meski ragu, tapi aku tetap menerimanya. Aku mengintip isi didalamnya. Makanan. Ia menyuruhku makan?

"Ahjus-"

"Makanlah."

Aku hanya mengangguk. Mengambil isi makanan didalam paper itu, membukanya, mengambil sumpit kayu lalu menyumpit daging teriyaki didalamnya. Entah ini efek dari obat itu atau aku yang terlalu lemah, tapi sumpit yang kupegang jatuh dan membuat bajuku kotor. Jungkook yang tengah menggantungkan mantelnya seketika menatapku. Lalu berjalan mengambil tisu diatas nakas, wajahnya terlihat khawatir, kali ini benar-benar khawatir.

This time.

Ia berlutut dihadapanku, tangannya bergerak membersihkan tumpahan tadi di baju putih yang ku kenakan. Ia juga mengambil sumpit yang jatuh dan mengambil alih makanan yang kupegang.

Jungkook menyuapiku perlahan, dengan sangat hati-hati seolah takut aku tersedak. Tanpa sepatah katapun. Ia masih bungkam sedari tadi. Entah apa yang dipikirkannya, aku tidak tahu. Tapi yang jelas ia terlihat kacau. Lebih kacau dari sebelumnya. "Kau juga makanlah, ahjussi." Jungkook mendongak, menatapku sekilas lalu beralih lagi menyumpit daging. Ia sedikit menggeleng.

"Kau marah padaku, ya?"

Yes, he is

Ia menggeleng lagi.

"Lalu kenapa? Kalau kau marah, pukul aku saja tidak apa-apa." Kali ini Jungkook menghembuskan nafasnya gusar, kembali menatapku yang tengah memberinya tatapan bersalah. "Tidak Ji, hanya- banyak yang aku fikirkan."

Aku tersenyum, "Kau bisa cerita padaku, suami." Jungkook menaikan sebelah alisnya, tidak percaya apa yang barusan di dengar. "Suami? Kau menggodaku ya, hm?" Mendengarnya, membuatku terkekeh. Tidak kusangka perubahan ekspresinya bisa berbanding terbalik seperti ini. Lalu ia kembali berbicara, "Aku punya balkon, mau lihat? Kau belum pernah kesana kan?"

Tanpa sadar aku menggeleng kecil, padahal tentu saja aku tahu. Hanya saja, aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiran Jungkook ketika mengatakannya. Setahuku, balkonnya biasa saja. Karena aku juga jarang sekali membuka pintu arah balkon. Sering dibiarkan terkunci, apalagi jika malam.

Hopeless.  'J.J.K'Where stories live. Discover now