8 : Ji -Nabbed

5.6K 836 206
                                    

I'm here, you're safe now.
'
'
'

Mungkin mereka sedang makan malam, sudah dari puluhan menit lalu mereka menyudahi perdebatannya diluar sana. Sekarang sedikit hening. Perutku tidak merasa lapar, aku kuat untuk hal semacam itu. Ditambah lagi tadi menyempatkan makan saat berbelanja. Cukup membantu, setidaknya lambungku tidak kosong.

Ini sudah hampir satu jam dan Jungkook belum lagi menghubungiku. Mungkin macet? Ini kan akhir pekan. Aku membuka-buka isi ponsel berwana hitam milik-- ku mungkin? Tidak ada apa-apa. Sepertinya masih baru. Isi kontaknya juga hanya ada J yang berarti Jungkook. Bahkan nomornya juga tidak tertera. Hanya ada angka 1. Ah aku penasaran, kucoba menekan angka satu dengan lama.

Benar saja, tertera kontak J. Ia mengaturnya demikian. Buru-buru hendak kumatikan namun Jungkook menjawabnya. Aku menjauh dari pintu, takut-takut ibu mendengar. "Jika kau mengunci pintumu dari dalam, cepat buka. Pakailah pakaian sependek mungkin. Ikuti saja perkataanku. Sebentar lagi aku sampai."

Tut tut tut-

Panggilannya sudah terputus. Bahkan aku belum sempat memahami apa yang ia katakan. Pakaian sependek mungkin? aku tidak punya waktu untuk berfikir. Aku harus percaya padanya. Aku tidak ingin terus disini. Aku mulai mencarinya di lemari. Tidak menemukan yang lain, selain kaos tanpa lengan yang biasa kupakai untuk lapisan dan celana pendek yang juga untuk lapisan.

Sometimes, home can be another person.

Apakah tidak apa-apa? Aku menatap cermin yang menyatu dengan lemari. Satu-satunya cermin dikamar ini. Kulihat pantulan diriku, lengan yang terbuka dengan hiasan memar dan bekas ikatan tadi. Pahaku juga, lutut bekas jatuh, pergelangan tangan yang masih mengeluarkan darah, astaga aku lupa membersihkannya. Ya ampun! banyak sekali. Aku baru menyadarinya.

Menyedihkan sekali.

---

Tok tok tok!

Ji yan refleks menoleh ke arah pintu. Ia pikir itu Jungkook, sebelum sebuah suara menciutkan harapannya. "Kau tidak bunuh diri didalam kan?" itu suara ibu. "Tidak." Kali ini tidak. Karena ada satu harapan yang benar-benar ia ingin. Ada satu tujuan baru yang ia temukan. Jungkook.

Ibunya tidak lagi menyahut. Sampai sebuah ketukan yang 3 kali lebih keras terdengar. Bukan dari pintu kamar Ji yan, sepertinya dari pintu lain. Ketukannya terdengar lagi, diikuti cacian Ibu yang memekakkan. "Siapa sih hah! Aku tidak ada janji temu! Mengganggu saja!" Ji yan sedikit bernafas lega. Ia mengecek ponselnya, ada satu pesan masuk,

J : Hi(:

Apa-apaan ini? Ji yan tertawa melihatnya. Seperti pesan dari pacar saja.

Dia suamimu kan Ji?

Tapi fokus Ji yan teralih kembali. Keributan diluar menarik perhatiannya. Tak lama gagang pintunya bergerak. Seperti dibuka paksa. Jungkook yang pertama kali ia lihat dibalik pintu. Tersenyum sebentar namun lengannya ditarik-tarik oleh ibu.

What's going on?

Ji yan diam saja saat Jungkook membawanya keluar. Berkali-kali Ibunya berteriak untuk melepaskan Ji yan dan bertanya-tanya siapa Jungkook. Ji yan celingukan mencari ayahnya berada. Juga bertanya-tanya bagaimana Ibunya memberikan kunci kamarnya pada Jungkook.

Brak!

Ji yan kira itu suara tubuhnya, tapi tidak. Ternyata Jungkook membanting paksa Ibunya sampai terjatuh. Tak lama ayahnya datang tergesa-gesa. Matanya melotot marah. Ji yan meremas lengan Jungkook lalu menyembunyikan wajahnya di sela lengan Jungkook, tanpa sadar, teringat kejadian tadi sore. "Siapa kau brengsek!" Ayah Ji yan sudah mengepalkan tangan, siap meninju Jungkook.

Hopeless.  'J.J.K'Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz