16 : Ji -Club

4.7K 608 177
                                    

It’s the storm – not you, not us– that’s bound to blow away.
'
'
'

Matahari tampak tersenyum, sinar hangatnya menyiram setiap sudut yang mampu dijangkaunya. Sore yang indah. Membuat Ji yan tiada hentinya mengukir senyum tanpa sadar. Apalagi dengan perasaannya yang tengah berbunga.

Feel like blooming.

Ya, untuk pertama kalinya Ji yan merasa sebahagia ini. Semua karena pagi tadi. Saat Jungkook mengkhawatirkannya dengan sangat, saat Jungkook merasa bersalah atas hal yang menurutnya tidak salah juga.

I wanna spend the rest of my sunsets with Jungko-

Memangnya apa yang salah dengan hubungan suami istri mereka? Bukankah itu wajar? Tapi karena Ji yan terluka sedikit, Jungkook sampai sebegitunya. Lagi, Ji yan tersenyum mengingatnya.

Authors laughing- lol

Hari ini ia memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada ayahnya. Awalnya ia takut, tapi mengingat Jungkook yang selalu peduli dan menjaganya rasa takut itu hilang. Ia harus meluruskan hal yang paling membuatnya penasaran.

"Ji, bagaimana kabarmu?" Ayah Ji yan menarik kursi dihadapan anaknya dan mendudukan diri. Entah kenapa auranya berubah drastis dengan yang biasa Ji yan kenal. Lebih sedikit seperti ayah sungguhan.

He's a good actor, if you wanna know.

Ji yan tersenyum, menjawab pertanyaan ayahnya singkat dan langsung menanyakan hal yang menjadi tujuannya meminta bertemu. Ia segera mengeluarkan sebuah foto yang rusak parah dengan perekat sana sini.

"Ayah, pria ini kau kan? Lalu satunya siapa? Kalian sedang apa? Apakah benar kalau foto ini adalah saksi kau menjualku?" Ji yan tidak mau berbasa-basi lagi. Hatinya terasa sakit kala menyebutkan perihal menjualnya.

Terlihat jelas bahwa ayah Ji yan terkejut. Ji yan juga menyadarinya, yang langsung membuat dirinya mau tidak mau semakin mempercayai bahwa dugaannya benar. Pria didalam foto itu adalah orang yang hendak membelinya.

Lama, bemenit-menit ayah Ji yan hanya memandangi foto itu. Lalu dering notif pesan masuk berbunyi. Bukan milik Ji yan, tapi ayahnya. Setelah menerima pesan masuk itu, ayah Ji yan tampak berfikir. Lalu ia menunduk, seperti merasa bersalah.

"Maaf Ji," Ia mengembalikan lagi foto itu kepada Ji yan. Dengan berkata demikian, sama saja ayah Ji yan mengakui bahwa dugaan Ji yan itu benar.

Don't 'sorry' me.

Mendengarnya langsung membuat hati Ji yan semakin sakit. Ia tahu memang orangtuanya tidak pernah menyayanginya. Ia juga seharusnya bersyukur untuk tetap diberi tempat tinggal meski harus membayar biaya hidup. Tapi ia sungguh tidak menyangka ayahnya akan setega itu menjualnya.

"Siapa dia? Orang yang hendak membeliku." Ji yan menahan dirinya mati-matian untuk tidak menangis.

"Aku tidak tahu namanya, ia menolak untuk menyebutkan. Tapi pernah kudengar, seseorang memanggilnya dengan sebutan Jack. Sekali lagi maaf Ji." Ayah Ji yan hanya menunduk, benar-benar seperti orang yang amat merasa bersalah.

Deg!

Kepala Ji yan terasa berputar, bahkan ia merasa jantungnya sempat berhenti beberapa detik. Apa yang barusan ia dengar? Jack? Maksudnya? Jungkook? Orang yang ia kira menyelamatkannya?  Suaminya?

Now feel like drowning.

Bahkan pernyataan ayahnya terasa jauh berkali-kali lipat lebih menyakitkan dibanding ia mengetahui fakta bahwa ia dijual. Entah sejak kapan tapi pipinya sudah basah. Pandangannya terasa buram karena terhalang air mata.

Hopeless.  'J.J.K'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang