18 : Ji -Confess

4.3K 654 158
                                    

She's nothing I've ever wanted in a girl. And absolutely everything I need.
'
'
'

"Hahhh, berapa banyak yang kau minum Ji." Pria berkaos hitam polos tipis itu menyingkirkan helaian rambut yang menutupi dahi Ji yan dengan hati-hati.

Setelah membaringkan Ji yan di ranjang, ia membantu melepaskan sepatu yang dikenakan Ji yan agar tidurnya nyaman. Jungkook juga menyeka peluh diwajah dan mengusap kerutan dahinya. Sepertinya gadis itu bermimpi tentang sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Oh ya, berkali-kali kudengar ia menyebut namamu dengan tawa frustasi."

What does that mean, boy?

Entah Keta berbohong atau memang benar, tapi Jungkook tidak bisa berhenti memikirkannya. Siapa yang Ji yan temui? Kenapa bisa sampai seperti ini? Lalu mengapa ia menyebutkan nama Jungkook? Dengan tawa frustasi seperti yang Keta bilang?

Think Jungkook, think!

"Ji, sebenarnya ada apa?" Punggung tangannya mengusap pelan wajah Ji yan. Ia meraih pergelangan tangannya dan sedikit menarik kemeja yang digunakan Ji yan keatas. Ada bekas luka yang memudar.

'Cup!'

Jungkook tersenyum, "Syukurlah, sepertinya sudah mulai hilang."

Lama kelamaan, Jungkook juga terlelap tanpa melepas genggaman tangannya. Ia sedikit lega setidaknya sebenci-bencinya ia pada Taehyung, ia harus bersyukur karena nyatanya memang Taehyung tidak berniat buruk. Ia tau itu, hanya saja ia benci mengakuinya.

[]

Kepalaku pusing, perasaan yang beberapa kali kurasakan ketika mabuk atau-- ahh iya, semalam aku mabuk bersama Taehyung. Tapi setelah minum 2 gelas, aku tidak ingat apa-apa lagi. Dasar bodoh kau Ji!

Serius, mataku terasa sangat berat. Aku coba untuk membuka mata perlahan dan mengerjapkannya. Lucu, hal pertama yang kulihat adalah wajah Jungkook. Iya, pria itu masih terlelap disampingku.

With soft skin and red lips.

Aku membencinya, tidak. Aku tidak bisa membencinya. Bagaimana bisa? Lihatlah, wajahnya yang begitu polos tetapi tetap menawan saat tidur seperti ini. Bibirnya- kenapa merah sekali ya? Juga deru nafasnya yang teratur, bahkan semua suaranya. Saat ia bicara, saat ia marah, saat ia kesal, saat ia merajuk, saat ia mabuk, saat--

All of them, i like-

"Hmm? Kau sudah bangun?" Ia membuka matanya sebentar, lalu kembali terpejam kemudian.

Ya, dan saat ia baru bangun tidur. Bisa dibilang, yang terakhir adalah favoritku.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, mencoba bangun tapi tertahan. Jungkook menggenggamku erat. Bukan, bukan baru saja. Tapi sepertinya sudah sejak tadi. Bahkan sebelum aku bangun, atau sejak kapan- entahlah. Hanya saja aku baru menyadarinya.

Oh ya, bagaimana bisa aku disini? Apakah Taehyung yang memberitahunya? Aneh. Kupikir Taehyung akan membiarkanku ditempatnya untuk sementara waktu. Atau dengan sengaja menjauhiku dari Jungkook. Tapi sepertinya tidak.

No, he's not! You should know better than that Ji.

Kalau dipikir-pikir pun, yang membenci hanya Jungkook sepertinya. Kemarin bahkan Taehyung menawarinya tumpangan, lalu kemungkinan semalam juga ia memberitahu Jungkook. Ah, entahlah.

Karena Jungkook terlelap kembali, aku mencoba untuk melepas genggamannya. Setelah bangkit sepenuhnya, hampir saja aku terjatuh. Kepalaku masih pusing. Sebaiknya aku membuat sup.

Hopeless.  'J.J.K'Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt