9 ‖ Sama-sama aneh

54.3K 2.8K 53
                                    

Mulmed : foto Bagas (di liat ya gaysssssssss😉)

***

Keyra pov.

"Key, Kak Bagas laper." gue pun mendongakkan kepala gue untuk menatap Kak Bagas yang sekarang sudah berdiri dihadapan gue dengan raut muka yang cemberut.

"Di kulkas gak ada bahan-bahan buat masak Kak." ucap gue setelah itu melanjutkan kegiatan gue yang sempat tertunda, yaitu; memindahkan seluruh pakaian gue ke lemarinya Kak Bagas.

Kak Bagas pun menghela nafasnya dengan kasar, lalu menjatuhkan dirinya ke tempat tidur.

"Key." panggil Kak Bagas.

"Apa?."

"Besok bolos yuk." ajak Kak Bagas. Tumben-tumbenan dia mau ngajakin gue bolos, biasanya aja setiap kali gue ngajakin kek gitu, Kak Bagas malah nyeramahin gue seharian penuh.

"Katanya kita harus disiplin dan taat sama aturan." cibir gue mengikuti perkataan Kak Bagas beberapa hari yang lalu.

"Ya..."

"Ya.. apa Kak?." ulang gue.

"Ya... Jangan terlalu dipatuhin banget lah." jawab Kak Bagas asal.

Gue pun menyipitkan mata gue kearahnya Kak Bagas.

"Kak Bagas kok akhir-akhir ini aneh ya?." tanya gue heran.

"Aneh bagian mananya?." tanya Kak Bagas balik.

"Yaaaaa... Aneh aja gitu." jawab gue akhirnya.

"Tapi kamu mau kan bolos bareng saya?."

"Hayu-hayu aja sih Key mah, tapi.. Jangan besok ya Kak, lusa aja, soalnya besok kan Key mau ada kuis sama Bu Citra." ucap gue tanpa menatap kearahnya Kak Bagas, dan melanjutkan aktifitas gue yang sebelumnya-- menaruh baju-baju di lemarinya Kak Bagas yang sekarang juga jadi lemari punya gue.

Kak Bagas pun berjalan mendekat kearah gue.

"Yaudah deh, tapi janji ya?." ucap Kak Bagas sembari menyodorkan kedua kelingkingnya.

Gue pun mengerutkan kening gue bingung. Dua kelingking?, buat apa?, kalo buat pinky promise juga cukup satu kelingking aja kan?.

"Kok ada dua?." tanya gue sembari menatap wajah Kak Bagas dengan raut wajah yang bingung.

'Cup'

Kak Bagas pun mencium bibir gue sekilas, sebelum berujar;

"Biar janji Key sama Kak Bagas lebih kuat dan Key gak bisa buat ingkarin janji itu, karena Kak Bagas punya dua bukti dari buktinya janji Key ke Kakak." ucap Kak Bagas manis, tapi kok sulit dicerna ya sama otak gue?.

"Kok Key gak ngerti ya?." kata gue jujur.

Kak Bagas pun mengacak-acak rambut gue dengan gemas.

"Gapapa gak ngerti juga, yang penting sekarang kamu janji dulu." ucap Kak Bagas sembari menyodorkan kelingkingnya kembali.

"Iya, Key janji." jawab gue sembari menautkan jari kelingking gue ke jari kelingking nya Kak Bagas.

***

-Di Kampus

"Selamat pagi semua." sapa Kak Bagas saat ia memasuki kelas gue.

Semuanya berdiri lalu mengucap; "Selamat pagi Sir."

Setelah aksi sapa-sapaan itu, kelas jadi hening seketika, mungkin efek dosen killer yang masuk kali ya?. Biasanya kan kalo gue satu kelas sama si Kenzo, dia pasti orang yang paling berisik diantara yang laennya, yaaa walaupun dosen udah masuk kelas.

"Psttt, Key." panggil si Dinda pelan.

"Apaan?." jawab gue tanpa menoleh kearahnya si Dinda, yang notabenenya ada disamping gue.

"Lo ngasih jatah ya semalem ke Sir Bagas?." tanya si Dinda yang langsung buat gue membelalakan mata gue kaget. Emang ya, nih anak kalo ngomong suka gak di filter dulu.

"Apaan sih Dinda?!." ucap gue risih.

"Ya gapapa, cuman kok mukanya Sir Bagas kek lagi sumringah gitu ya?, lo enggak ngerasain apa Key?." cerocos si Dinda lagi.

Gue pun menghembuskan nafas gue dengan kasar, lalu menatap kembali Kak Bagas yang sedang menjelaskan materi di depan.

"Sir, Mutia gak ngerti sama yang bagian itu..." tunjuk si Mutia kearah papan tulis.

Kok gue mau muntah ya ngedengernya, suaranya itu kek dimanis-manisin gituhhh.

"Masa sih gak ngerti, padahal kan Sir Bagas udah ngejelasinnya beberapa kali." celetuk gue yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari si Mutia-- Ratu cabe di jurusan ekonomi.

"Yakan kalo gue masih gak ngerti, masalah gitu buat lo?." uca si Mutia songong.

"Masalah sih nggak, cuman yaaa.. gue prihatin aja sama otak lo yang kepalang bego." jawab gue sarkastik.

"KEYRA." ucap Kak Bagas dengan suara yang sedikit meninggi.

Gue pun hanya menanggapinya dengan kening yang berkerut bingung.

"JAGA BICARA KAMU." tekan Kak Bagas lagi, tapi dengan intonasi suara yang lebih tinggi.

Gatau kenapa, ngeliat Kak Bagas ngebelain si Mutia didepan gue rasa-rasanya kok gue kek marah sama kesel banget ya?.

"Males gue ngejaga bicara didepan cabe kriting kek si ituhhh" jawab gue habis itu melenggang pergi dari kelas.

Baru aja gue lima langkah ninggalin itu kelas, tapi kok... Perasaan gue kek ada yang ngeganjel gitu ya?, gak biasanya gue bisa senekat ini. Kata-kata yang gue lontarin barusan itu, bukan sepenuhnya dari mulut gue, gue ngerasa ada suatu dorongan yang buat gue berani ngelontarin itu kalimat. Apalagi kalimat itu tertuju buat si Mutia-- si cabe dan tukang bully di kampus ini.

'Aduh Key, lo itu kenapa sih?, huhhh siap-siap aja buat disidang di rumah' batin gue sembari memukul-mukul kepala gue pelan.

***

"Bisa kamu jelasin apa yang kamu lakuin saat kamu ada makul saya?." tanya Kak Bagas seperti orang yang sedang mengintrogasi. Tapiii emang bener lagi diintrogasi ini mah.

Gue pun meremas ujung baju tidur yang sekarang gue pake.

"Anu... Itu... Emm... Key--"

"JAWAB." bentak Kak Bagas.

Karena takut, gue pun menggigit-gigit bibir bawah gue dengan pelan.

"Itu.. Key juga gak tau Kak." ucap gue cepat sembari menutup kedua mata gue.

"Bisa-bisanya kamu bilang itu semua gak tau?!." tekan Kak Bagas.

Gue bangkit berdiri dari sofa yang ada di ruang kerjanya Kak Bagas di rumah.

Tapi pas gue mau ngelangkah, tiba-tiba aja tangan Kak Bagas mencekal lengan kiri gue.

"Ada apalagi sih Kak?." tanya gue yang lebih tepat disebut dengan rengekan.

Kak Bagas pun mengangkat sebelah alisnya dan menatap gue dengan pandangan yang... Geli???.

"Kakak kenapa?." tanya gue heran sembari menilik wajahnya Kak Bagas.

"Kamu aneh Key." ucap Kak Bagas setelah itu pergi meninggalkan di ruang kerjanya sendiri.

***

Sedikit tapi up... Wkwkwk...

Tadinya sih gue mau hiatus dulu sebentar dan jadi pembaca aja... Tapi ya... Gw kek pengen up aja gituhh.. hehehe

Jangan lupa buat Follow and Voment nya ya...

Babay...

Marrying With A Lecturer (END)Where stories live. Discover now