22|| Jebakan

36.6K 2.1K 286
                                    

"Ikut tante."

Bagas pun mengikuti kemana langkah kaki Lea membawanya. Hingga akhirnya, Lea pun berhenti di sebuah pintu yang sudah terbuka lebar dan menampilkan seorang wanita yang sudah tergeletak mengenaskan di lantai sana. Dengan pergelangan tangan yang sudah mengeluarkan banyak darah.

"Agatha." lirih Bagas dengan suara yang bergetar menahan tangis. Kakinya melangkah mendekati Agatha yang sudah terbaring mengenaskan.

Setelah berada tepat di sampingnya. Bagas pun mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk pipi Agatha.

Ya tuhan, apa yang terjadi dengan Agatha-nya. Kenapa bisa jadi seperti ini?.

Dengan gesit, Bagas pun langsung menggendong Agatha dan berlari terburu-buru kearah mobilnya yang sudah terparkir asal-asalan di depan rumah Agatha.

Melihat gerakan Bagas yang akan membawa putrinya ke rumah sakit. Lea pun buru-buru menyusul Bagas yang sudah kalang-kabut melihat kondisi putrinya.

"Bagas." panggil Lea dengan raut wajah secemas mungkin.

Bagas pun hanya menoleh tanpa menjawab panggilan dari Lea.

"Bawa Agatha ke Rumah Sakit Kasih Medika." ucap Lea yang langsung diangguki oleh Bagas.

Setelah itu, Lea pun langsung duduk dikursi belakang menemani Agatha yang sudah Bagas letakan terlebih dahulu. Usai membenarkan posisi duduknya sembari meletakan kepala Agatha di pangkuannya. Lea pun mengeluarkan ponselnya dan mengetikan sesuatu disana secara diam-diam.

Lea :
Siapkan segalanya. Kami dalam perjalanan menuju Rumah sakit.

***

Sudah tiga jam berlalu, namun, pintu ruangan itu masih saja tertutup rapat. Bagas pun mengacak rambutnya frustasi.

"Arghhh." teriak Bagas sembari menendang tempat sampah dihadapannya.

Melihat Bagas yang seperti itu, Lea pun langsung menghampirinya.

"Ada apa?." tanya Lea hati-hati.

Bagas pun mendongak dengan mata yang berkilat marah. Tangannya menunjuk kearah pintu yang didalamnya terdapat Agatha yang sedang ditangani dokter.

"Kalo sampai terjadi sesuatu dengan Agatha, Saya akan membunuh dokter itu." ucap Bagas marah.

"Sabar Gas, Agatha pasti--" ucapan Lea terpotong kala pintu ruangan tersebut terbuka menampilkan seorang dokter perempuan yang tak lain adalah adik dari Lea sendiri --Larissa--

"Gimana keadaannya Dok?." tanya Bagas tidak sabaran.

Dokter itu pun membuka maskernya lalu menatap Bagas dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Sepertinya--"

"Saya akan membunuh anda jika terjadi sesuatu dengan kekasih saya." ucap Bagas memotong perkataan Larissa.

"Berita ini memang akan membuat anda kecewa, tapi..."

Tanpa mendengarkan penjelasan dari Larissa terlebih dahulu. Bagas pun melengos masuk kedalam ruangan Agatha.

Disana, kekasihnya tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Bagas pun langsung menghampirinya lalu menggenggam tangan Agatha yang bebas infus.

"Jangan tinggalin aku. Aku bakalan turutin semua permintaan kamu sayang." ucap Bagas sendu.

"Bagas." panggil Lea sembari menepuk pundak Bagas pelan.

Bagas tidak menanggapinya sama sekali. Matanya hanya terfokus pada Agatha-nya.

"Bagas, kamu mau kan mengabulkan permintaan Agatha?." tanya Lea pelan.

Bagas pun mengalihkan pandangan nya lalu menatap Lea dengan tanda tanya.

Terdengar helaan nafas pasrah dari Lea sebelum menyampaikan apa maksudnya.

"Tante gak yakin kamu bakal nurutin mau Agatha. Tante cukup sadar diri, kalo sekarang kamu sudah mempunyai istri--"

"Apa Tante?." desak Bagas memotong perkataan lea.

Dalam hati, Lea pun bersorak kemenangan. Tinggal selangkah lagi. Ya, selangkah lagi.

"Agatha ingin menikah dengan kamu Bagas." ucap Lea pelan.

Bagas pun terdiam, jantungnya berdetak melebihi kapasitas. Bagaimana dengan Keyra? Anaknya?.

"Tante tau kamu gak bakalan--"

"Kasih Bagas waktu."

***

-21.00 malam

Bagas baru pulang dari Rumah Sakit usai menemani Agatha disana. Penampilan nya yang sekarang jauh dari kata sempurna, rambut yang acak-acakan, dua kancing bagian teratas bajunya yang sudah terbuka.

'Tok.. Tok.. Tok'

Bagas pun mengetuk pintu di hadapannya dengan pandangan kosong.

'Cklek'

"Kak Bagas." ucap Keyra sembari tersenyum kearahnya.

Bagas pun hanya bergumam menanggapi Keyra. Setelah itu, ia pun langsung masuk tanpa memperdulikan Keyra yang masih menatapnya dengan bingung.

"Kak Bagas kenapa sih?." tanya Keyra pada dirinya sendiri.

Ia pun menatap kearah Bagas yang berjalan dengan gontai kearah kamar mereka yang berada dilantai-2.

Buru-buru, ia pun langsung menutup pintu luar dan menguncinya rapat-rapat. Setelah itu, ia pun berjalan menyusul Bagas yang sudah berada di kamar mereka berdua.

'Cklek'

"Kak Bagas.. Kenapa?." tanya Keyra hati-hati.

Bagas yang sedang memejamkan matanya sembari menyandarkan tubuhnya pada kepala Ranjang pun langsung menatap balik kearah Keyra dengan pandangan yang sulit diartikan.

Keyra pun mengernyit bingung. Lalu menghampiri Bagas.

"Kakak sakit?." tanya Keyra sembari meletakan punggung tangannya di kening Bagas.

"Gak panas kok." gumam Keyra.

Bagas pun hanya diam tanpa menaggapi gumaman Keyra.

"Key." panggil Bagas pelan.

"Iya."

"Apapun yang aku putuskan nanti, kamu jangan sampai benci aku ya." ucap Bagas sendu.

Keyra diam sejenak memikirkan perkataan Bagas barusan sebelum menjawabnya dengan mantap.

"Iya."

***

Khusus untuk unek-unek kalian... Aku tampung disini 😔😔😔

Maaf lama semuanyaaa ... Aku buntu banget sama cerita ini...

Masih adakah yg baca dan nunggu?????

Keep voment guys !!!

Bye...

Marrying With A Lecturer (END)Where stories live. Discover now