18 ‖ Peringatan (B)

40.2K 2.3K 159
                                    

Ps : lagi suka nge-post post poto agatha.. wkwk.. (Cek mulmed)

***

"AGATHA."

Mendengar panggilan itu, sontak, Agatha pun melepaskan jambakannya di rambut Keyra.

"Di.. Dinda." ucap Agatha gelagapan.

"Kakak.. Kakak bisa jelasin." ucap Agatha berjalan menghampiri Dinda yang masih berdiam diri di ambang pintu.

Setelah berada di hadapan Dinda, Agatha pun langsung mengambil tangan Dinda dan menggenggamnya dengan erat.

"Kakak bisa jelasin dek, jangan--"

Mendengar suara Agatha yang gelagapan, Dinda pun lantas terbahak lalu menepis kasar tangan Agatha.

"Hh... Gak Ibu, gak anak. Kerjaan nya ngerecokin rumah tangga orang." sungut Dinda pedas.

"Maksud kamu apa sih Dek?." elak Agatha.

Dinda pun semakin berang mendengar elakan yang terlontar dari mulut Kakak tirinya tersebut.

Jari telunjuk nya, kini telah mengacung sempurna tepat dihadapan muka Agatha.

"Jangan belaga' sok suci deh Lo. Gara-gara Lo dan ibu sialan lo itu. Nyokap gue meninggal." desis Dinda murka.

Agatha pun menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali.

"Enggak aku--"

"GARA-GARA KELAKUAN BEJAT IBU LO, NYOKAP GUE MENINGGAL. DIA MENINGGAL KARENA IBU LO. IBU LO ITU PEMBAWA SIAL DALAM KELUARGA GUE." teriak Dinda dengan mata yang berkabut emosi.

Sementara Keyra, dia hanya menyimak. Tidak berani untuk ikut campur dalam urusan keduanya.

Satu fakta yang kini ia dapat; Dinda-- teman dekatnya --adik dari Agatha, lebih tepatnya adik tiri, seperti yang ia dengar barusan.

"Dan sekarang, lo mau ngikutin jejak ibu lo? hah?!." ucap Dinda pelan namun tajam.

"Aku--"

"PERGI LO." teriak Dinda sembari mengarahkan jari telunjuknya keluar pintu masuk.

Buru-buru, Agatha pun langsung keluar dari rumah yang ia sebut-sebut milik calon suaminya itu.

Mungkin ia tidak ingin adiknya tambah membenci dirinya karena hal ini.

"Din.." panggil Keyra pelan.

Dinda pun mengalihkan pandangannya kearah Keyra.

"Ya." jawab Dinda sembari tersenyum lembut kearah Keyra.

"Dia.. Kakak lo?." tanya Keyra hati-hati.

"Hm." gumam Dinda pelan yang masih bisa di dengar oleh Keyra.

"Bukannya lo itu anak tunggal ya?." tanya Keyra lagi.

"Kepo banget sih lo, Wleee." ejek Dinda sembari menjulurkan lidahnya lalu duduk di sofa yang tepat mengarah ke pintu keluar.

Suasana sempat hening beberapa saat. Sampai-sampai, suara Dinda menginterupsi diantara keheningan yang tercipta.

"Kenapa gak lo lawan?." tanya Dinda pelan.

"Maksudnya?."

"Kenapa gak lo lawan perempuan ular itu." ulang Dinda tanpa menatap kearah Keyra.

"Gue--"

"Gue ngerti, lo gak mau memperburuk suasana, tapi, kalo lo berada di situasi kek gini. Lo berhak ngelawan." ucap Dinda lagi-- Memotong perkataan Keyra barusan.

Marrying With A Lecturer (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora