Galaksi |04| Nata

21.9K 1K 1
                                    

Pagi itu, udara dingin membungkus kota Bandung. Kabut-kabut putih masih menutupi pandangan orang-orang. Sementara pagi diluar yang sangat dingin dengan sedikit sinar matahari yang membungkusnya, Ana telah bergulat dengan berbagai macam alat-alat dapur.

Jari-jari gadis itu bergerak dengan lincah memotong mentimun muda, sosis, dan beberapa kubis untuk tambahan sayurnya. Pagi ini, Ana berencana membawa bekal ke sekolahnya, dan untuk bekal itu sendiri Ana rela bangun lebih pagi dan membuat bekal spesialnya itu dengan tangannya sendiri.

Peluh membanjiri wajahnya, dia hanya menghapusnya sekali lalu meneruskan pekerjaannya lagi. Dia berencana membawa bekal yang tidak terlalu merepotkan, Nasi goreng sosis dengan telur mata sapi.

Dengan antusiasme penuh, gadis berambut hitam legam itu mengaduk-aduk nasi yang telah di bumbui ke dalam wajan penggorengan. Tiga menit setelah ia yakin semua bumbunya menyatu dengan nasi yang ia buat, gadis itu memasukkan irisan sosis yang tadi sudah dia potong kecil-kecil.

Ana terus mengaduk nasinya penuh semangat sampai dering ponsel yang ia letakkan di meja makan mengalihkan perhatiannya. Ana mengecilkan sumbu api di kompornya lalu berjalan menggambil ponselnya yang berbunyi nyaring di ruang makan.

Tidak perlu berjalan terlalu jauh untuk mengambil ponsel miliknya, karena ruang makan dan dapur di rumahnya menjadi satu ruangan.

Ana menjawab panggilan telpon itu tepat pada dering ketiga. Sebelumnya dia sudah melihat siapa yang dengan usilnya menelepon dirinya pukul lima pagi.

"Hai An!" Seruan itu membuat Ana merotasikan bola matanya, dia hanya menjawab dengan gumaman dan kembali mengurus nasi gorengnya yang sudah hampir jadi.

"An, lo tahu nggak? Tadi malam gue mimpi kalo elo lagi masa nasi goreng. Dan kalo mimpi gue bener, apa lo berniat bawa bekal nasi goreng super lezat lo itu ke sekolah?"

Ana tertegun untuk beberapa saat, bagaimana bisa Naura tahu bahwa dia memang sedang memasak nasi goreng? Ya, yang tadi menelpon itu Naura. Dan dia menelpon Ana hanya untuk bertanya hal ini? Pada pukul lima pagi? Tuhan, ingatkan Ana kenapa dirinya mau bersahabat dengan orang seperti Naura dan Lia.

"Emangnya kenapa?" Ana akhirnya menjawab setelah beberapa saat hanya terdiam.

"Tebakan gue bener kan? Lo emang lagi buat nasi goreng saat ini? Dan lo bakal bawa itu ke sekolah 'kan? Gue bener kan?" Naura terus saja mengoceh di telpon. Ana sebenarnya sudah ingin bertanya tentang pengetahuan Naura yang menurutnya luar biasa sebelum sebuah siluet terlihat dari jendela dapurnya.

Gadis itu memutar bola matanya begitu tahu siluet siapa itu. Dirinya mematikan kompor dan berjalan ke arah ruang tamu dan membuka pintunya, sebelumnya Ana sudah terlebih dahulu memutuskan sambungan telepon tidak penting itu.

Ana melangkahkan kaki jenjangnya menuju ke samping rumahnya yang kini di penuhi oleh semak-semak dan rumput liar, juga bunga dandelion yang begitu banyak.

Ana menghembuskan napasnya lelah begitu melihat seorang gadis berseragam SMA tengah berjongkok tak jauh dari tempatnya berdiri, sedang mengamati dapur rumahnya.

"Lo nggah usah sembunyi lagi Nau, gue udah lihat" Suara tenang Ana membuat seorang gadis yang kini berjongkok di dekat jendela dapurnya terlonjak kaget.

Itu Naura. Gadis itu telah bersembunyi di samping rumahnya saat dia menelpon Ana tadi. Naura tersenyum dengan wajah tanpa dosanya. Gadis itu dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun merangkul Ana dan membawanya ke teras rumah.

"Lo tahu kan An? aroma nasi goreng lo itu begitu menggugah selera. Jadi gue bangun pagi-pagi terus jalan ke rumah lo karena aroma nasi goreng lo itu" Naura berceloteh ria, seakan tidak memperdulikan Ana yang sudah menggerutu dalam hati.

Dengan menggerutu dalam hati, Ana mengajak salah satu sahabat yang memang entah macam apa dirinya dibuat, hingga mau bertandang ke rumahnya pukul lima pagi. Ana akui, rumah Naura dan dirinya memang dekat. Hanya berjarak 2 gang. Tapi dia juga tidak harus sebegitunya kan? Datang sepagi itu?

Naura langsung saja mengambil tempat duduk di ruang makan rumah Ana, sementara si pemilik rumah asik menyajikan nasi gorengnya itu dalam tiga piring dengan porsi yang sama.

"Lo ngapain sih dateng pagi-pagi ke rumah gue? Ngerusak suasana aja!" Ana mendumel kesal. Entah kenapa moodnya yang tadi sangat bagus, langsung lenyap melihat sohibnya yang satu ini.

"Ye... Si eneng, nyolot banget sih. Lagian napa sih, sahabatnya dateng ke rumah kok malah nggak suka gitu?"

"Serah lo aja deh Ra, serah.... Capek gue ngurusin lo"

"Idih... Siapa yang minta di urusin sama lo? Orang nyokap bokap gye juga masih ada tuh wleee" Naura menjulurkan lidahnya seperti anak kecik untuk meledek Ana. Ana? Jangan tanya. Gadis itu sudah kesal bukan main.

"Loh, Naura? Kamu disini?" Suara lembut itu menginstrupsi perdebatan mereka berdua. Itu Rani, ibunya Ana.

"Ehehe... Pagi tante" Naura menya Rani dengan cengiran khas anak kecilnya.

"Tumben mampir kesini kamu Nau?" Rani mengambil tempat duduk di sebelah Ana, yang berarti dia langsung berhadapan dengan Naura. Karena meja makan mereka hanya muat diisi 4 orang saja.

"Ehe... Mau minta sarapan gratis dari Ana tante, lagian udah lama nggak maen kesini"

Ana yang mendengar penuturan sahabatnya itu hanya bisa mendengus sebal. Kadang Naura itu kelewat jujurnya. Dan juga, mungkin urat malu anak itu sudah putus.

Ana beranjak dari tempat duduknya dan kembali sibuk bersama nasi goreng yang masih bersisa di wajan. Dia memasukkan nasi goreng itu ke dalam bekal kotak makan, menambahkan sayuran, dan tak lupa telur juga kerupuknya.

Beres.

Ana tersenyum simpul dan memasukkan bekal makanan itu ke dalam tasnya. Sementara Naura dan Rani yang sudah sejak tadi memakan sarapan mereka, hanya bisa menatap Ana heran. Gadis itu menyiapkan bekal sementara dirinya tadi sudah menyiapkan satu porsi nasi goreng untuknya sendiri, dan bahkan nasi goreng itu sudah termakan separu. Jadi untuk aoa gadis itu membawa bekal?

"Bekal buat siapa An?" Pertanyan frontal Rani persis seperti apa yang dipikirkan Naura. Gadis itu, meski masih asik mengunyah nasi gorengnya, ia tetap mengamati Ana yang kini sudah sibuk memasukkan sebotol susu coklat dari kulkas ke dalam tasnya.

"Buat temen" Ana menhawab singkat dan masih sibuk menata bekalnya itu, tidak lupa dia menambahkan sekotak susu cokelat untuk pelengkap bekalnya.

Naura mengernyit bingung. 'Ana bawa bekal buat si Lia ya? Tumben baik banget' . Naura tersenyum dalam hati, dan memilih melanjutkan sarapannya. Memangnya untuk siapa lagi bekal itu jika bukan untuk Lia.

"Buat siapa?" Rani bertanya dengan sedikit ragu. Dia takut hal yang ada di pikiranya ini benar adanya.

"Nata" Jawabnya singkat.



.
.
.
.
.
.
.
.

Continue...

Hola hola....🙋🙋
Pa kabar epribadih.😂😂😂
Enh kambek lagi nih wkwk😂😂
Makin dikit dan gaje ya ceritanya? Maapin yak.

Oh iya, minta doa nya dong. Enh lagi PAS minggu ini, lanjut minggu depannya langsung try out, terus abis itu simulasi. Dan mungkin Enh bakal lama update lagi😭😭

Maaf ya...

Untuk chap berikutnya di usahain panjang.
See you..

👋

사사란 해❤
(Sarangheo)
Lith❤

©Copyright.
Galaksi
by: litlecherie
27/11/18

Galaksi [COMPLETED]√حيث تعيش القصص. اكتشف الآن