Galaksi |39| Si Antagonis (II)

14.6K 630 41
                                    

Ana memainkan kalung emas berbandul bulan bintang yang ada di tangannya.

Gadis itu berkali-kali menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis itu berkali-kali menghela napas. Tadi, setelah sampai di rumah, Ana langsung mencari kalung ini di kamarnya. Satu pemikiran yang ada di otaknya saat ini, menjual kalung ini.

Ana mendesah panjang. Gadis itu tidak tahu lagi bagaimana bisa mendapatkan uang sebanyam itu dalam waktu 3 hari. Ana sudah yakin akan menjual kalung ini, namun tentu saja itu belum cukup.

Ana memainkan bandul kalungnya. Gadis itu tersenyum kecil, jujur saja kalung ini sangat berarti untuknya. Ana sudah menyimpan kalung ini hampir 7 tahun.

Tentu Ana masih ingat siapa yang memberikan kalung penuh kenangan ini padanya. Kai. Tentu saja, memangnya siapa anak laki-laki kurang waras yang rela menjual Sony playstation 2 slim 90006 seharga 1,625 juta hanya untuk membelikan Ana sebuah kalung.

Saat dipikir-pikir, itu merupakan hal gila yang Ana temukan dari bocah berumur 10 tahun seperti Kai. Kai bahkan harus belajar keras dan giat agar bisa mendapat juara 1 di kelas, lalu bisa meminta kepada Papa nya playstation keren itu. Tapi dengan santainya Kai menjualnya dan uangnya ia gunakan untuk membeli kalung ini untuk Ana, lalu sisanya ia tabung kembali.

Ana masih ingat jika dulu Kai mengatakan, ia tidak mau membelanjakan Ana dengan uang papanya, Kai ingin berusaha untuk mendapatkan hal yang Ana inginkan dengan kerjakerasnya sendiri. Heh, memangnya playstation yang ia dapatkan itu dari neneknya?

Ana berjengkit kaget saat tiba-tiba ponselnya memutarkan lagu Mikrokosmos milik boyband korea BTS. Ana meraih ponselnya dan mengernyit saat mendapatkan panggilan masuk dari Naura.

"Hallo Nau? Kenapa?" Ana bertanya sembari menyimpan kalungnya pada slimbag putih gading miliknya, gadis itu berdiri dari duduknya dan berjalan keluar rumah.

"Nggak papa sih. Emang kalo gue nelpon mesti pake alasan dulu?"

Ana tersenyum kecil mendengar jawaban Naura di sebrang. Tangan kiri Ana memegangi ponsel di telinganya, sementara tangan kanan Ana mengunci pintu rumahnya.

"Nggak juga. Cuma tumben lo nelpon" Ana memyimpan kembali kunci rumahnya di dalam tas kemudian berlalu pergi.

"Hello? Anastasia Andromeda! Lo nggak salah ngomong, tumben kata lo? Yang ada cuma gue kali yang nelpon lo terus tiap hari. Bahkan mungkin cuma gue aja yang selama ini nelpon lo"

Ana terkekeh kecil. "Lebay lo. Enggak juga kok, banyak yang nelpon gue"

"Siapa?"

"Ya itu, kadal ragunan, Naura, Redina, anaknya om Wahyu, anaknya tante Ayu, terus tetangga sebrang kompleks gue, abis—"

"EH BEGO! ITU SEMUA GUE ANJIR!"

Ana tergelak pelan mendengar teriakan Naura di sebrang telepon. Ana melangkah santai menyusuri jalan perumahannya.

Galaksi [COMPLETED]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang