Tuhan hanya tersenyum
melihat surat-surat hinaan
terhadapnya,
dalam sembunyi,
puisi itu
telah menjadi kata caci maki,
"Ah! mengapa itu, mengapa ini?".Mereka membalas
surat-surat Tuhan
sebelum sempat membukanya.
Bukalah,
pada barisan paling bawah
telah tertulis
"Yang benar,
Akulah (Tuhan) yang mencintai."
YOU ARE READING
Titisan Akhir Kopi ( TAMAT )
PoetrySiapa saja yang dapat mengerti kemanisan yang tersembunyi disebalik pahitnya kopi.