Aku telah selusuri
Lorong yang penuh berembun
air mata,
Aku telah melintasi
Taman bunga yang subur
Tawa senyumnya.Di penghujung jalan,
Yang aku temui hanyalah kekosongon,
Sebuah rasa yang lebih sayu
Dari rasa kecewa.
Sebuah rasa yang lebih lagi
Dari rasa bahagia.
Di sana yang aku lihat
Hanyalah Tuhanku.Sebuah rasa yang tak dapat
Untuk aku ungkap sebagai rasa.
Tak berhuruf, tak bernama,
Tak berkalam, tak bersuara,
Tak terhurai puisiku di sana.
Hanya hening lagi bening
Tanpa hening dan bening,
Bisu tanpa bisu.Ah, segala yang ku tulis ini,
Sikit pun tidak pernah serupa.
YOU ARE READING
Titisan Akhir Kopi ( TAMAT )
PoetrySiapa saja yang dapat mengerti kemanisan yang tersembunyi disebalik pahitnya kopi.