Telah jauh aku berjalan,
Meniti onak-onak jalan
Yang penuh papan tanda penipuan.
Di setiap jalan yang ku lalui,
Dipenuhi lopak-lopak.Wahai lopak,
Mengapa manusia sering membencimu,
Sedangkan kau adalah air yang jernih,
Rindu Tuhan yang berguguran.Marilah kasih,
Daku pimpin tanganmu,
Usah menoleh ke belakang,
Terus berjalan ke penghujung jalan.
Disana aku ingin kau lihat
Wajahmu yang sedang tersenyum
Di sebalik cerminan lopak
Yang gugur dari matamu sendiri.
YOU ARE READING
Titisan Akhir Kopi ( TAMAT )
PoetrySiapa saja yang dapat mengerti kemanisan yang tersembunyi disebalik pahitnya kopi.