1

3.7K 168 2
                                    

.
.

   PLAKK! Terdengar bunyi tamparan keras. Seorang lelaki tua menamparnya, meneriakinya habis-habisan agar ia pergi jauh dari depan tokonya. Hatinya hancur berkeping-keping. Tanpa ingin menambah sakit hati, ia memutuskan untuk pergi jauh.

   Hybrid kucing betina itu berjalan ke sembarang arah, ia tak peduli jika tersesat. Yang penting dirinya bisa pergi jauh dari desa kolot itu.

   "Hiks, bodoh. Kenapa Chimin tidur disana? Kau sudah tahu'kan Chim, takkan ada yang membiarkanmu hidup. Hiks, Chimin bodoh sekali," ucapnya merutuk diri sendiri.

   Di tengah jalannya, hybrid yang bernama Jimin mulai ketakutan sebab mata sewarna hazel yang ia miliki menangkap banyak orang di beberapa kilometer kedepan—tampak seperti perkotaan.

   Di samping kanan Jimin, terlihat tembok tinggi menjulang ke atas yang berhias untaian bunga Lily merah muda.

   Jimin pun memutuskan untuk beristirahat disana. Dirinya berbaring nyaman di lantai. Air mata perlahan menetes dan menganak sungai di pipi gembil sehalus sutranya, "Hiks, Chimin tidak mau hidup lagi. Chimin lelah dipukul. Sebaiknya ibu tidak melahirkan Chimin ke dunia ... Chimin mau tidur saja."

   Ia akhirnya tertidur pulas setelah megadukan keluh kesahnya yang berat oleh angin. Ia lelah diusir, ia lelah dimaki, ia lelah hidup di dunia. Di satu tempat pun tak ada yang ingin menerima kehadirannya.

.
.


  Waktu silih berganti, sang surya telah tenggelam ke arah barat, menandakan malam telah tiba. Udara dingin terasa menusuk kulit mulus Jimin yang menggigil namun ia memilih bertahan. Tidak ada orang yang mengusirnya disini.

"Nona, kenapa anda bisa berada di sini? Nona tidak boleh menginjakkan kaki di sini jika tidak ada izin. Maaf nona, nona harus pergi. Sekali lagi maaf ya, nona."

   Baru saja hybrid itu bersugesti jika tempat yang ditemukannya tak akan ada pengusik, namun security ini mengusirnya halus. Ia mau tinggal di mana lagi?

   Jimin mengerjapkan matanya sebentar. Lalu ia mengangguk, dirinya berdiri tanpa basa-basi. Hybrid itu melangkahkan kakinya ke pagar depan, dan saat itu mobil mewah yang ingin memasuki garasi hampir menabrak Jimin.

   Jimin sontak jatuh lalu menangis. Ia takut dan lelah, sebaiknya bunuh langsung saja dirinya jika tak ada yang mau menampung.

   Keluar seseorang pucat yang tampan dari mobil sedan mahal. Air mukanya bingung bercampur resah, "Astaga! Kau baik-baik saja'kan? Ayo bangun," ucapnya seraya menjulurkan tangan.

    Jimin berhenti menunduk. Ia langsung menerima uluran tangan lelaki pucat, "Terimakasih."

   Ia menghentikan acara menangisnya. Kedua kaki Jimin lanjut melangkah keluar mansion, hampir saja Jimin lupa kalau ia harus pergi.

   Tapi, suara bass milik lelaki itu menginterupsinya. Ia berbalik ke belakang, "Kenapa kau bisa ada disini?"

"Chimin tersasar."

"Apa kau punya keluarga?"

"Tidak. Chimin tidak punya teman. Mereka semua benci Chimin."

"Tinggallah bersamaku."

"Huh?"

TBC

Terimakasih sudah mampir di sini.
Michi senantiasa menerima kritik dan saran dari kamu. Sampai jumpa di lain waktu^^

3-9/19
Sato Michiru

Little Love For MeWhere stories live. Discover now