16

683 43 2
                                    

Cuaca pagi ini sedang cerah-cerahnya. Tapi gundukan di atas kasur berukuran queen size itu belum juga bangkit. Padahal pukul tujuh akan segera tiba.

Hybrid-nya yang manis telah bangun sedari subuh. Ia beranjak dari ranjang si Pria pucat secara diam-diam.

Jimin sekarang sedang memindahkan baju-bajunya dari lemari Yoongi ke rak plastik yang Bibi Ahn ambilkan untuknya. Lemari plastik tersebut bebas debu, karena gudang keluarga Min selalu dibersihkan tiap bulannya.

Dengan dibantu Bibi Ahn mengatur susunan kategori baju, Jimin jadi semakin cepat merampungkan pekerjaannya.

"Hwaa! Bibi Ahn, cebental lagi celecai!! Untung bacu Chimin cedikit, cadi membelethkanna cebental. Hihi," aksen anak-anaknya keluar karena ia terlalu senang. Bibi Ahn tersenyum kecil seraya mengusak pucuk kepala Kucing Pirang tersebut.

"Karena Bibi telah mengajarkan Chim, Chim jadi tau cara menyusun baju. Terimakasih banyak Bibi Ahn tersayang!"

Bibi Ahn tertawa kecil lalu menjawab perkataan Jimin dengan sopan. "Ah, sebentar lagi Bibi harus memasak sarapan, Chim. Chimin bisa menyelesaikannya sendiri kah?"

Jawaban dari Jimin hanya mengangguk riang disertai eye smile yang membuatnya tampak begitu manis.

Akhirnya Bibi Ahn mengusak kepala Jimin lagi, lalu pergi meninggalkannya disertai bungkukan sembilan puluh derajatnya.

Jimin menghela nafasnya, ia melirik Yun-yun oppa yang sedang tertidur pulas. Jimin lantas mencebikkan ranum sewarna peach miliknya, 'Chim harus berusaha jadi perempuan yang bisa diandalkan, agar Yun-yun oppa lebih menyayangi Chim! Semangat semangat!'

Jimin dengan perasaan menggebu-gebu memindahkan semua pakaiannya. Laci pertama digunakan untuk menyimpan aksesorisnya, seperti bando, ikat rambut, sisir, bedak bayi, dan lainnya. Sedangkan laci ke dua digunakan untuk menyimpan segala pakaian dalam, laci ketiga untuk atasan, laci keempat untuk bawahan, dan laci terakhir untuk ... entahlah. Hybrid itu mengosongkannya. Mungkin tak ada barang penting lagi.

Jimin dengan raut bahagianya bersorak dalam hati. Ini pertama kalinya Jimin bisa menyelesaikan pekerjaan sampai beres dan tanpa kesalahan.

Hybrid pirang itu melirik ke ranjang Yoongi. Ia beranjak dari tempatnya untuk membangunkan Yoongi, "Oppaa~ Ayo bangun!"

Tak ada respon. Jimin menghela nafas kuat, lalu membuka semua gorden, membuat sinar matahari masuk ke kamar Yoongi yang luas.

Selanjutnya ia menyingkap selimut Yoongi, lalu memukul-mukul roti sobek milik Yoongi. Sangking seriusnya memukul perut Yoongi, Jimin tak sadar jika Yoongi tengah mengintip dengan satu mata. Yoongi menutup matanya kembali, lalu menarik Jimin kepelukannya.

"Kyaa!1!1 Oppa bau!!" Seru Jimin ngelantur. Yoongi lalu tertawa, ia memeluk Jimin lebih erat lalu mencium pucuk kepala Jimin yang harum, "kalo oppa bau, Chim harus bau juga."

"Tidaakk, Chim sudah bersusah payah mandi, dan oppa seenaknya saja memeluk Chim hingga bau! Chim akan menghajar oppa," marah Jimin. Yoongi memeluk Jimin kuat-kuat, lalu tertawa, "Hee, Chim tak bisa menghajar oppa," sedih Jimin. Pelukan Yoongi yang terlalu kuat membuat Jimin kesulitan bergerak.

Yoongi melonggarkan pelukannya. Lalu mencium pipi Jimin. Bagus Yoon, Hybrid pirang itu blushing. "Chim harum. Kalo gitu oppa mau mandi biar harum kaya Chim."

Jimin mengangguk. Yoongi beranjak dari ranjangnya, lalu Jimin merapikan ranjang tersebut.

Setelah itu ia keluar dengan laci bajunya. Mendorong laci tersebut masuk ke kamar baru.

Mata Jimin berbinar senang. Ia tengah sibuk memerhatikan lekat-lekat kamar barunya.

Ruangan bernuansa putih itu tampak manis sekali. Seperti calon pemiliknya, tentu saja.

Tak mau membuat Yoongi menunggu, ia bergegas turun. Pergi ke ruang makan.

Tangan halusnya mengambil mangkuk dan gelas. Ia meraih susu bubuk di counter, dan menuangkan bubuk itu ke mangkuk, "Dua sendok cukup."

Lalu menuangkan air hangat ke mangkuk, tiga sendok oat tak lupa ia tambah ke mangkuk. Setelahnya ia aduk.

Gelas yang menganggur sejak tadi, ia curahkan air hangat. Sarapan pagi untuk Yun-yun oppa telah jadi.

Senyuman hybrid itu terbit, pipinya tiba-tiba di poppo oleh Yoongi, "Untuk oppa kan? Gomawo, Chim. Manis sekali deh, kamu ini."

Telinga Jimin merah sudah. Alih-alih ia duduk membelakangi Yoongi, supaya wajahnya saat ini tersembunyikan.

Kekehan kecil Jimin dapat dari Yoongi. Tiba-tiba Yoongi mengusap pucuk kepala si hybrid. 'Chim ingin mati saja'

Selesai sudah sarapan Yoongi. Ia mengelap mulutnya, lalu menggendong ranselnya. Selanjutnya, ia melangkah keluar mansion, menuju parkiran.

Jimin masih setia mengikuti Yoongi. Sebelum Yoongi masuk ke mobilnya, ia memeluk oppanya, lalu membalas poppo yang Yoongi berikan tadi. Lelaki pucat itu tak bergeming di buatnya. Dasar kucing nakal.

Dengan tanpa akhlaknya ia kabur, meninggalkan Yoongi yang tengah tergugu.

TBC

see u
:*
Still,

MichiruPark
17-4/20

Little Love For MeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz