11

776 53 9
                                    

Mine Jimin - (YM) GS
#Chapter11
.
.
Si Rambut pirang kuhempaskan ke kasurku. Kesadarannya telah lenyap dimakan kantuk, ini adalah kesempatan besar!

Aku membuka bajuku, lalu membuka celana, dalamanpun aku lepaskan, aku meletakkan kain-kain tadi ke keranjang kotor dan meraih bathrobe.

Akupun beranjak ke kamar mandi, melepas bathrobe lantas menyalakan shower. Guyuran air dingin dari shower membuatku rileks. Tanpa sabunan aku merampungkan mandiku, selanjutnya aku menyikat gigi asal-asalan lalu selesai.

Aku meraih selembar handuk, mengeringkan badanku, memakai baju dan menghempaskan diri di samping hybrid pirang itu. Kesempatan seperti ini takkan ku sia-siakan.

Bertelanjang diri saat Jimin tertidur itu membuatku lebih lega. Aku melepas baju-baju kotorku langsung di depan pintu kamar mandi tanpa harus di lihat gadis polos seperti Jimin. Sungguh kesempatan emas.

.
.

Jimin terbangun dari tidurnya sebelum ayam berkokok. Dirinya melihat wajah tampan Yoongi yang sedang terlelap nyenyak.

Mata si Hybrid membesar saat tau lengan kekar Yoongi memeluk erat pinggang rampingnya. Di tambah lagi pipinya memanas gara-gara melihat perut kotak-kotak milik Yun-yun oppanya. Hmm, baru saja bangun, gadis kucing itu telah disuguhkan pemandangan epic. Apa yang akan kalian lalukan jika menjadi Jimin ya?🌚 #plakk

Jimin memutuskan untuk beranjak dari kasur dan memandang langit malam bertabur bintang yang indah. Sesuatu terjadi, asap biru bertebaran dan berkumpul tepat di depan jendela kamar Yoongi.

Perlahan-lahan asap itu berubah menjadi pria dewasa yang tampan. Wajahnya menunjukkan sendu kerinduan yang teramat pada si hybrid pirang.

"H-hah? Papa?" Ucap Jimin tak percaya, kedua telapak tangan menutupi bibirnya yang terbuka. Air mata si Hybrid telah menganak sungai di pipinya, suara tangisannya lenyap. Ia hanya bisa tersedu-sedu sambil menangis.

"Chiminie, bagaimana kabarmu, nak? Papa sungguh rindu padamu," ucapnya tak berdaya.
Jimin mencoba untuk menggapai lelaki itu, tapi ia tak merasakan kenyataan tubuhnya(?)

"Papa tak bisa membelai pipimu lagi, Chim. Papa tak hidup," jelasnya. Jimin akhirnya bersuara lirih, "Hiks, papa... Chiminie rindu sekali. Hiks, ap -hiks- apa maksud papa tentang 'tak hidup lagi'? Papa sudah mati? Lalu kenapa asap biru papa ada di depan Chimin?"

"Oh, ku kira kau tak cukup pintar untuk mengerti kalimatku," ia menyeringai. Jimin berhenti tersedu, bola mata si Pirang langsung berkilat kuning, ia bersikap was-was didepan pria yang menyamar sebagai ayahnya.

Sang pria perlahan-lahan mendekati si Pirang dengan seringaian yang semakin lama semakin melebar. Jimin sungguh ketakutan, setiap langkahnya menggigil, "Berhenti di sana, oren!"
Seru Jimin.

Hybrid jantan tua itu menerjang Jimin. Jimin mendesis nyaring, lalu gigi taringnya perlahan muncul, matanya berkilat hijau. Dengan cepat Jimin menghindar, ia mencakar lengan si hybrid dewasa itu.

Darah merembes dari bulu-bulu oren Kang Seulgi. Mereka berpindah dimensi, sekelilingnya berwarna merah jambu. Di tengah-tengah tempat itu terdapat wanita cantik jelita sedang duduk di singgasana super megah.

"Ternyata idemu berhasil, tak seperti biasanya," ia berucap dengan senyuman kecil yang sangat manis. Matanya tertuju pada Seulgi yang tengah mengusap-usap lengannya.

Jimin mengerjap agak lama, ia bingung dengan peristiwa yang menimpanya sekarang. Si pirang tak sadar jika sedari tadi ia di perhatikan oleh Kang Seulgi dan Kang Irene. Mereka memandang Jimin hangat sambil tersenyum kecil.

"Hei, Chim. Bagaimana kabarmu?" Pertanyaan Irene membuyarkan lamunan Jimin, "C-chimin baik, Aunty Ririn."

Irene tak menyangka kalau anak kakak pertamanya masih ingat pada dirinya, bahkan panggilan untuk Irene masih sama. Irene bangkit dari kursi kebesarannya, ia lalu memeluk erat si Pirang.

"Maafkan suami aunty yang telah menjemputmu dengan cara kasar ya, Chim?" Jimin mengangguk, "Cadi, hyblid olen itu cuami aunty?" Sekarang gantian, Irene yang mengangguk.

"Aunty, apa benar papa dan mama sudah meninggal?" Irene mengelus punggung halus si Pirang manis itu lembut. Ia pun berbisik membenarkan.

Jimin tidak menangis, ia hanya diam saja menerima kenyataan pahit ini. Ternyata kenyataannya tak seperti pikiranku, inner Jimin.

Maaf, Chim. Pikiran positifmu tak selalu benar, semoga saja lain kali kau masih meneruskan kebiasaan baikmu ini.

"Chimin mau tinggal bersama aunty dan uncle Kang, tidak?" Tanya Irene pelan, "Chimin akan lebih terjaga di sini daripada di bumi."

Jimin terdiam lama di pelukan Irene, ia berfikir tentang bumi. Tentang peristiwa pahit yang menimpanya, dulu. Memorinya terpikir di kepala Jimin, ia yang di siksa, ia yang sibuk menyendiri, ia yang mencari makan di bibir pantai, sedihnya dirimu.

Tapi daripada itu, akhir-akhir ini si Hybrid pirang dapat tempat yang layak, dan ia bahagia sekali.

Ia banyak bertemu orang baik setelah hampir Yoongi tabrak. Jimin tersenyum saat wajah Yoongi terpampang di pikirannya. Rasanya tak rela jika harus meninggalkan Yoongi.

Tapi bibinya bilang, dirinya akan lebih terjaga di sini. Ia jadi bimbang, "Chimin mau-"

"Benarkah!?"

TBC

Waktunya Jimin untuk pulang kampung:3
Kasian Yoonginya di tinggal:3

Btw ada yang main PUBG Lite gak?:3
Ada yang main free Fire gak?:3

Sampai jumpa di lain chapter,
Matta ne, minna-san:3

12-8/19
ParkMichiru

Little Love For MeOnde histórias criam vida. Descubra agora