Leave

1.6K 342 56
                                    

"Jim, apa ada yang kau sembunyikan dariku?"

Jimin mengernyit, "Sembunyikan apa, Sayang?" tanyanya tidak mengerti.

Seulgi membuang tatapannya ke samping membuat dahi Jimin berkedut lalu dengan gemas menarik dagu Seulgi.

"Apa yang sedang kau pikirkan,? Jangan bilang kau marah karena suamimu ini tidak pulang selama dua hari hmm?" goda Jimin lagi.

Seulgi masih belum membuka suaranya tapi jelas dari pandangan matanya tersirat sebuah keraguan.

"Sayang," panggil Jimin lagi mengangkat kedua tangannya menyentuh wajah cantik Seulgi yang tak mau bicara padanya. Sungguh, demi apapun Jimin rasanya ingin memiliki kemampuan seperti Jungkook yang bisa membaca pikiran manusia agar ia bisa tau apa yang tengah dipikirkan oleh Seulgi karena jujur saja melihat wajah wanitanya saat ini membuat perasaan Jimin tak tenang. Wanita didepannya sangatlah berbeda, tapi apa daya. Kekuatannya tidak sampai sampai disana. Hanya Jungkook, sang keturunan murni yang di anugerahi kekuatan membaca pikiran.

Seulgi tersenyum, "tidak ada, Jim aku hanya merindukanmu," balas Seulgi.

Jimin membuang nafas panjang. Astaga, dia sudah berpikir buruk, "astaga, Sayang kau membuatku khawatir," Jimin kembali menarik Seulgi kedalam pelukannya, "aku juga sangat merindukanmu," lanjut Jimin mengeratkan pelukannya seakan takut wanita itu menjauh darinya. Entah apa yang terjadi namun benak Jimin tiba-tiba merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Ada apa sebenarnya? Jimin tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

"Dasar pembohong!!" batin Seulgi.

----

Yerim merasakan hembusan nafas hangat menerpa wajahnya. Ia segera membuka mata perlahan karena selain nafas hangat yang mengenai wajahnya, juga ia merasa ada tangan melingkari pinggangnya. Begitu mata terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah rahang yang terlihat begitu kokoh dari seorang lelaki yang bersamanya beberapa waktu terakhir. Yerim tadinya terkejut dengan posisi tidur mereka, tapi, entah mengapa ia tak protes. Rasanya nyaman dan merasa terlindungi ketika Jungkook memeluknya.

Sedetik... dua detik... dan tak terhitung lagi berapa detik berlalu, hanya Yerim habiskan untuk memandangi wajah Jungkook. Ia sedikit menjauhkan kepalanya dari dada Jungkook agar bisa melihat wajah damai yang masih tertidur itu.

"Masih pagi.."

Yerim mengernyit bingung. Ia tau sekarang masih pagi, namun, kenapa Jungkook bergumam demikian? Astaga.. suaranya begitu dalam, berat dan terdengar seksi ketika setengah tertidur. Dia sudah beberapa hari disana tapi kenapa baru menyadarinya? Oh, mungkin Yerim lupa jika selama disana, ketika ia terbangun, Jungkook sudah berpakaian rapi, dan ini pertama kalinya Yerim melewatkan pagi dengan Jungkook masih berada diatas tempat tidur.

"Masih pagi, Yerim... normalkan detak jantungmu itu. Kau baru bangun namun jantungmu seperti baru saja marathon," Jungkook memperjelas maksud dari perkataannya. Tanpa membuka mata, Jungkook membalikkan tubuh Yerim sehingga gadis itu membelakanginya. Setelah itu, tangan kekar Jungkook menarik tubuh mungil itu agar menempel tubuhnya.

"Kau membuatku kaget. Aku bisa memutar tubuhku sendiri," gerutu Yerim.

Jungkook tak peduli. Ia menyembunyikan wajahnya diantara surai rambut Yerim yang menempel di leher. "Diamlah. Aku ingin tidur sebentar lagi. tenangkan jantungmu karena itu menggangguku."

Yerim hanya bisa mendengus kesal. Ia menatap ke jendela dimana tirainya sudah terbuka. Siapa yang membuka tirai itu? Tak dapat dipungkiri, itu pasti Jungkook. Jungkook sudah membuka tirai dengan sihirnya entah kapan. Sebelumnya, Yerim hanya tidur sendiri, tak pernah mendapat pelukan dari siapapun bahkan ketika ia sakit. Ayah, atau teman-temannya? Tak ada yang memberikannya. Dalam hati, Yerim berterimakasih pada Jungkook karena untuk sejenak, Yerim merasa dihargai sebagai seorang perempuan. Yerim merasa menjadi perempuan yang beruntung.

Moonlight MagicWhere stories live. Discover now