Angry

1.6K 341 35
                                    

Langkah kaki yang terdengar berat menapaki satu persatu anak tangga yang berada di sebuah rumah yang sebenarnya adalah sebuah istana. Tak ada gairah yang terlihat dari si pemilik langkah karena ia benar-benar merasa lelah. Seharian ia berkegiatan di luar rumah sehingga melupakan segala sesuatu yang ditinggalkan. Tunggu... segala sesuatu... termasuk seorang gadis yang pasti sudah merasa bosan karena ia meninggalkannya sendiri di kamar.

Astaga!

Seketika ia menepuk dahi sekeras mungkin karena lupa. Hari beranjak malam dan ia lupa memberi makan pada gadis yang berniat ia lindungi. Mendadak langkah berat berganti menjadi ringan, seringan kapas yang tertiup angin. Ia berlari menaiki anak tangga yang tersisa menuju kamar tempat ia menghilangkan rasa lelah tiap malam.

"Eung?" mata tajam itu menyipit begitu ia berada dalam jarak sekitar tiga meter dari daun pintu.

Ada yang ganjil dengan apa yang dilihatnya. Bukan berlari, ia malah memelankan langkah sembari menerka-nerka apa yang terjadi. Meyakinkan bahwa apa yang ia lihat hanyalah ilusi karena rasa lelah yang sudah mencapai batasnya, tidak, tetapi hampir mencapai batasnya.

Semakin dekat kedua kaki itu membawanya mendekat pintu kamar, semakin keras pula ia menentang akal pikiran yang selalu meneriakkan hal yang sama ketika ia mencurigai keganjilan itu. 'Tidak Mungkin' merupakan kata yang selalu ia gumamkan untuk menolak penglihatannya.

Tangan kekar itu terulur untuk menggenggam benda yang mampu membuat daun pintu itu terbuka. Tetapi, mendapati apa yang ia lihat, kata yang berkecamuk di pikiran itu berganti menjadi 'ia pasti masih disana'. Besar harapannya agar bisa melihat gadis yang ia kurung di kamar selama beberapa waktu terakhir. Gadis itu merupakan gadis ajaib yang mampu membuat lelah yang ia rasa hilang dan memberikan warna pada kamarnya yang cukup membosankan.

"Kim Yerim...," nama yang ia sebut ketika membuka pintu.

Matanya segera ia arahkan pada tempat tidur berharap mendapati gadis itu tengah bergelung dibalik selimut, tertidur karena ia terlambat memberinya makan. Cukup rapi. Tidak ada tanda-tanda gadis yang dicari sedang tertidur. Kembali, ia meneliti sudut ruangan berharap gadis itu sedang bermain petak umpet dengannya. Konyol, tapi itu tidak mustahil karena kemungkinan apapun bisa terjadi termasuk... dia telah pergi. Tidak, itu bukan kesimpulan akhir yang akan ia ambil. Ia masih berharap.

Setumpuk buku dengan buku paling atas terlihat bekas dibaca. Senyum tipis terukir karena tau gadisnya berusaha mengusir kebosanan dengan membaca buku, meski baru satu buku yang menunjukkan jejak telah dibaca. Sebagian.

"Kim Yerim? Apa kau di kamar mandi?"

Ya, pertanyaan yang terlontar karena hanya ruangan itu yang belum dijamah. Satu ruangan yang berisi perpustakaan kecilnya selalu tertutup dan ia menguncinya karena tak ingin Yerim masuk kesana. Hanya tinggal kamar mandi.

Dengan hati yang berdegub kencang seperti baru saja melakukan marathon, ia melangkahkan kaki menuju ruang untuk membersihkan diri itu. Semakin dekat dengan kamar mandi, semakin cepat pula jantungnya berpacu.

Cklek...

Seketika dahinya berkerut karena tak mungkin Yerim mandi atau melakukan apapun di kamar mandi tanpa mengunci pintu.

"Kim Yerim?!" nada suaranya naik satu oktaf karena keyakinan jika Yerim tak ada di kamar mandi semakin menguat.

Benar saja. Kamar mandi begitu kering seolah gadis itu benar-benar tak mendatangi tempat itu sudah sejak lama. Segera ia menutup pintu kamar mandi dengan kasar lalu berlari menuju tempat-tempat yang mungkin bisa dijadikan sebagai tempat persembunyian Kim Yerim, termasuk kolong tempat tidur.

"Kim Yerim jangan main-main! Keluarlah!"

Tak ada sahutan, suara tawa atau nafas. Hanya ada dirinya di ruang itu membuatnya mendesah frustasi sembari mengacak rambutnya. Rasa lelah yang sudah menyerang sejak awal semakin bertambah karena ia tak mampu menemukan Yerim.

Moonlight MagicWhere stories live. Discover now