✨ Everything Has Fallen

4.2K 676 43
                                    

Kiss me on the lips. This is a secret between the two of us. I'm addicted to the prison named you. I cannot worship anyone else besides you.
-Blood, Sweat, and Tears-

💫💫♠💫💫

Yoongi datang ke kedai kopi disaat hatinya gundah seperti ini. Sejujurnya, dia berharap bisa bertemu dengan pria asing yang mengobrol dengan Park Jimin beberapa waktu lalu. Yoongi masih lengkap dengan seragam dan tasnya karena ia bolos sekolah. Jimin tidak mengetahuinya dan bisa dipastikan pria itu akan menanyainya ketika sampai di apartemen nanti.

Seperti Tuhan mendengarkan doanya, pria asing itu tiba-tiba muncul di barisan antri kopi. Yoongi segera berdiri dari kursi dan menepuk punggungnya. Pria itu terkejut bukan main. Matanya menoleh kesana kemari untuk mencari sesuatu, tapi ia tidak menemukannya. Matanya kembali fokus pada Yoongi dan ia membasahi bibirnya ragu.

"Apa Park Jimin tidak ikut?"

"Hanya ada aku."

"Apa yang kau inginkan dariku?"

Mata sipit Yoongi memandang tajam dan menusuk pada pria di hadapannya. Ia terlihat sedikit gugup terutama saat Yoongi berkata, "Kau mengenalku, bukan? Kau merahasiakan sesuatu dariku tentang Park Jimin, bukan?"

Kopi pria itu jadi dan ia buru-buru mengambilnya. Ludahnya tertelan susah payah saat Yoongi menghalangi jalannya. Keraguan juga rasa bersalah saling beradu di dalam hatinya. Sedikit rasa kasihan melihat pria bermata sipit itu tampak melupakan kejadian penting dan menyakitkan dalam hidupnya. Namun, ia sudah berjanji pada Park Jimin untuk tidak pernah memberitahu Yoongi kebenaran sebenarnya.

"Aku mohon."

Rasa bersalah memenangi peraduan dan pria bersurai cokelat gelap itu menghela nafas. Membiarkan janjinya pada Park Jimin—sahabatnya di SMA Tongyeong dulu—terlupakan begitu saja. Bagaimana pun Yoongi berhak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lagipula Park Jimin memang sudah keterlaluan hari itu begitu juga dengan dirinya yang bodoh mau saja mengikuti permainannya dulu. Kejadian itu adalah mimpi buruk bagi mereka semua yang akan terus mengikuti sampai mati.

"Baiklah." Pria itu mengulurkan tangan, "Namaku Vernon. Apakah kau mengingatku, Min Yoongi-ssi?"

💫💫♠💫💫

"Apa kau baik-baik saja?"

"Ya."

"Appamu pasti bangga mengetahui anak tertuanya begitu kuat sepertimu."

"Kuharap begitu."

"Boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Kenapa kau tidak ingin menuntut Park Jimin?"

Taehyung dan Jeongguk baru saja mengunjungi makam ayah Taehyung. Jeongguk pun menurut saja ketika Taehyung menyuruhnya sedikit menjauh supaya ia bisa mengobrol dengan batu nisan ayahnya itu. Kini keduanya berjalan bersisian meninggalkan arena pemakaman yang penuh dengan daun berjatuhan itu. Musim gugur telah tiba dan Jeongguk merapatkan jaket Taehyung yang tersingkap angin.

"Tidak ada gunanya. Ayahmu sudah mengorbankan diri. Jika aku menuntut Park Jimin, itu sama saja membuat pengorbanan ayahmu sia-sia."

"Terima kasih, Tae."

"Untuk apa?"

"Terima kasih sudah menerima ayahku apa adanya."

"Tentu saja. Lagipula jika aku menuntut Park Jimin, mungkin aku disuruh mengembalikan sebagian hutang yang telah dibayar tuan Park. Seperti bunuh diri saja."

Young God(s) || KookV [ √ ]Where stories live. Discover now