✨ Can You Stay?

3.9K 597 10
                                    

Just hold me, hold me a litte longer. Don't say anything and please just run to me with a heart that's nothing but lonely and anxious. I'm waiting for you like this.
-Hug Me-

💫💫♠💫💫

"Sesuatu mengganggu pikiranmu?" Tanya Park Jimin.

Yoongi yang baru selesai dengan pekerjaannya itu tidak langsung menjawab. Memasang seatbelt dengan benar, lalu menyalakan radio dengan volume yang amat pelan. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi lebih dalam dan Jimin pun menjalankan mobilnya. Menyadari udara di luar menjadi lebih dingin saat malam hari, jemari Yoongi pun bergerak untuk menambah derajat pemanas di dalam mobil.

Mereka sampai di apartemen sekitar dua puluh menit kemudian. Jalanan cukup lancar, hanya saja sedikit licin karena salju bulan desember yang sibuk menghujani bumi. Yoongi langsung menyuci wajah dan mengganti pakaiannya. Niat tidurnya ia tepis karena Jimin tidak mengikutinya ke kamar. Pria itu justru berada di ruang tengah. Menyetel televisi dengan seloyang brownies di hadapannya.

Yoongi mendekatinya dan Jimin langsung menoleh. Menepuk-nepuk sisi sofa di sampingnya, secara tidak langsung menyuruh si surai hitam duduk disana. Sebuah film romantis terputar, tapi Yoongi tidak mengingat judulnya. Tentang sepasang kekasih yang sama-sama mengidap kanker sepertinya.

"Kau tidak berniat menjawab pertanyaanku?"

"Untuk apa kue itu?" Yoongi justru balik bertanya.

"Oh, ini." Jimin dengan bangga mengangkat kue brownies di atas loyang itu ke pangkuannya. Ada taburan kenari yang menyembul di beberapa sisi. "Aku membuatnya."

"Kau membuatnya? Kenapa?"

Karena menurut Min Yoongi, Park Jimin yang membuat kue itu sangat mengejutkannya. Seluang apapun waktu yang pria itu miliki, rasanya mustahil Jimin akan membuat sesuatu dengan tangannya sendiri. Apa ada sesuatu yang hendak Jimin sampaikan lewat kue itu? Rasanya Desember bukan ulang tahun salah satu diantara mereka, lalu kenapa? Apa yang telah merasuki Park Jimin hingga ia membuat seloyang brownies?

"Apa membuat kue perlu sebuah alasan?"

"Kau ingin mengatakan sesuatu?"

Jimin tidak tahu bahwa ternyata Yoongi begitu mengenalnya. Tinggal bersama selama dua tahun itu membuat mereka tanpa sadar memperhatikan satu sama lain—hafal akan tingkah laku satu sama lain. Si rambut pirang pun menghela nafas, mengaku kalah. Yoongi dengan mata sipit yang menatapnya tajam itu tidak dapat Jimin hindari.

"Sebentar lagi natal." Jimin menjeda sementara Yoongi mengangkat sebelah alisnya. "Aku ingin merayakan natal dengan kue buatan rumah, jadi aku belajar membuat brownies hari ini."

"Tidak bisa dipercaya." Yoongi terkekeh, mengambil satu potongan brownies dan menggigitnya. "Seorang Park Jimin ingin merayakan natal."

"Apa yang salah dengan itu?"

"Rasanya semuanya salah," Yoongi sibuk mengunyah. "setelah kita bertengkar tempo hari itu."

Yoongi terlalu lelah untuk mengatakan bahwa kue itu terlalu matang. Ada sedikit bagian gosong, tapi pria itu tetap menelannya agar Jimin tidak kecewa. Ia mengambil dua potong lagi untuk yang satu disodorkan ke depan mulut Jimin. Pria itu membuka mulutnya dengan senang hati dan meringis saat ada sedikit rasa pahit di lidahnya.

"Aku hanya ingin berubah." Jimin mengucapkannya dengan serius. "Aku ingin... kau mencintaiku juga."

Yoongi tersedak. Ia buru-buru mengambil air ke dapur dan menenangkan diri. Tidak, ia tidak bisa mencintai Jimin begitu saja dan ia tidak akan mencintai Jimin hanya karena merasa kasihan. Yoongi akui bahwa tingkah Jimin akhir-akhir ini menjadi lebih lembut dibanding biasanya. Tidak pernah ada lagi botol wine di kolong tempat tidur, bungkus rokok berantakan, ataupun benda dari beling yang pecah.

Young God(s) || KookV [ √ ]Where stories live. Discover now