✨ The Winter

4.1K 621 51
                                    

Yeah I hate you. You left, but there was not a day I ever forgot about you.
-Spring Day-

💫💫♠💫💫

Jimin harus mengatakan sesuatu untuk yang terakhir kalinya. Ia harus memberitahu tentang kebenarannya. Hanya sedikit lagi, ia memohon pada Tuhan untuk memberikannya waktu sedikit lagi. Kemudian, Tuhan dengan tidak terduga, mengabulkannya. Pria bersurai pirang itu membuka matanya dengan tiba-tiba.

Desahan lega terdengar memenuhi telinganya. Disana ada Eunwoo, Taehyung, dan ibunya. Mereka mengucapkan doa syukur atas bangunnya Jimin. Namun, pria itu tidak bisa berlama-lama berada disana. Kepalanya dibalut perban, begitu juga dengan bagian dada serta tulang rusuknya. Ada kabel yang tak ia ketahui namanya menempel di dadanya. Lalu, kakinya tidak dapat digerakkan sama sekali dan saat ia melihat ke arah sana, hanya ada satu yang masih utuh. Kaki kirinya telah diamputasi, tapi Jimin tidak punya waktu untuk menangis.

"T...Tae...hyung..." Suara Jimin terdengar lemah. Ditambah ada masker oksigen di wajahnya.

"Ya, Jimin?"

"J... Jeongguk." Nafas Park Jimin mulai direnggut. Ia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Dia tidak akan menjadi... Tuhan yang baik."

Selagi Taehyung mencerna ucapannya, suara mesin detak jantung pun berdenging. Tubuhnya tiba-tiba tergeser karena dokter dan beberapa perawat melangkah dengan tergesa. Eunwoo menarik lengannya untuk keluar sementara ibu Jimin masih berada disana. Jauh di belakang dokter sembari merapalkan doa untuk sang anak. Air mata jatuh dengan deras ke lantai.

Taehyung akhirnya bertemu pandang lagi dengan Jeongguk yang sedari tadi berada di luar. Park Jeonghan ada disana, terlihat frustasi duduk di ruang tunggu dengan Jeongguk di sebelahnya. Si surai cokelat tidak tahu apa yang telah terjadi diantara mereka atau apa yang telah mereka bicarakan. Jeongguk terlihat sangat tenang, lalu Taehyung duduk di sampingnya untuk menyandarkan kepala di bahunya.

💫💫♠💫💫

Min Yoongi dengan mata sembabnya berjalan ke area pemakaman. Sebuket bunga lili putih dengan pita berwarna mint ada di tangannya. Meski sudah ditahan sekuat mungkin, air matanya jatuh lagi. Ia telah berada di depan batu salib dengan nama Park Jimin di ukirannya. Di sekelilingnya, ada kedua orang tua pria itu, beberapa kerabat, beberapa temannya dari Hanlim, Taehyung, Jeongguk, Eunwoo, dan tiga pria tak dikenal.

"—damai sejahtera bagi mereka."

Pendeta menutup doanya. Beberapa detik lamanya pendeta tersebut menatap makam, sebelum akhirnya meninggalkan tempat diikuti beberapa pelayat. Yoongi terlalu sibuk dengan apa yang harus ia katakan pada Jimin dibanding mendengarkan mereka-mereka yang tengah mengutarakan perasaannya pada batu salib itu.

Hingga akhirnya tiba gilirannya untuk datang pada peristirahatan terakhir Jimin. Pria itu berlutut di samping makamnya. Mengusap aliran air mata dengan lengan kemejanya sebelum berbicara pada Jimin.

Sangat tidak disangka. Pria itu seolah hilang dalam satu kejapan mata. Dua hari lalu mereka baru menghabiskan kue brownies bersama dan sekarang ketika natal akhirnya tiba, pria itu malah ditelan oleh bumi. Yoongi ingin sekali marah, tapi tidak tahu pada siapa.

"Jimin, semoga kau bahagia." Yoongi meletakkan buket bunganya untuk bersandar di batu salib. "Terima kasih telah mencintaiku."

Kedua orang tua Jimin yang berada paling lama disana. Sang ibu tidak bisa berhenti menangis sembari memeluk lengan suaminya. Yoongi awalnya ingin langsung meninggalkan mereka bersama Taehyung dan yang lainnya, tapi kemudian ia minta mereka untuk pergi lebih dulu saja. Ada yang perlu Yoongi sampaikan pada kedua orang tua itu.

Young God(s) || KookV [ √ ]Where stories live. Discover now