(12) Campfire

1K 196 11
                                    

"aku tebak kalian sudah memberikan dan menerima surat yang aku katakan kemarin sore. Baiklah, berbeda dari acara api unggun yang biasanya. Kali ini akan sedikit berbeda, jika ada salah satu dari kalian merasa surat tersebut berbalas," Seungwoo menarik napas sejenak, "kalian bisa menemui orang tersebut,"

.

.

Efek menjadi bagian perlengkapan karena berbadan kekar dan paling bisa diandalkan, kini Mingyu berbaring lelah disamping teman seperkumpulannya. Tentu ada Jungkook disitu, Jeon bungsu itu sejak tadi sibuk menyinyiri pasangan di kanan kiri. Sederhana sih, nampaknya ia tidak mendapat surat balasan dari Jung Eunha si gebetan.

Camping tahunan sejauh ini berjalan dengan sangat lancar. Sekolah mereka memutuskan untuk menginap selama 3 hari 2 malam di sebuah bukit perkemahan dekat pegunungan. Suasana dingin sejuk tanpa ada tanda akan turun hujan menambah keakraban setiap insan.

Malam ini, tepat malam terakhir dimana api unggun akan dilaksanakan kemudian diakhiri dengan acara jalan malam mengitari area perkemahan. Tepat seperti rundown yang telah disusun dengan apik oleh Kang Daniel dan kawan-kawan.

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, kini seluruh peserta dan panitia duduk melingkar menghangatkan diri dengan api unggun yang berkobar merah terang ditengah. Suara gemeletuk api dan kayu bakar, malam cerah bintang tanpa awan, suara tawa canda dan beberapa siswa yang asyik berdendang, sungguh, Mingyu tidak menyesali sama sekali keputusannya untuk pindah di sekolah barunya ini.

Tak lama, Seokmin menghampiri mereka bersama nampan berisi gorengan hangat terbukti dari kepulan asap tipis diatasnya. Segera saja lelaki kuda itu duduk menyeruak, sengaja menyenggol tubuh Jungkook yang sedang sensitif dan sibuk mengoceh sebal.

"kau ini bagaimana sih Kuda, jalan yang benar,"

Tuh, kan. Baru begitu saja Jeon Bungsu ini sudah marah-marah.

"lagian kau ini kenapa sih, baru tidak mendapat surat dari dia saja keki sepanjang hari begini,"

"bukan masalah surat balasan atau tidak,"

"lalu?"

Semua mata –Mingyu, Seokmin, Junhoe, dan Myungho mengarah pada Jungkook. Jungkook mengerang kesal, "mengapa dari sekian banyaknya siswa di sekolah ini, harus Eunwoo yang mendapat suratnya. Ini tidak adil, Cha Eunwoo, kawan kita. Sudah jelas-jelas lebih tampan aku,"

Serentak keempat lelaki tampan itu menggeleng pasrah menghadapi jiwa narsisme Jungkook yang semakin tinggi setiap hari. Kemudian kedua netra Mingyu mendapati sebuah surat berwarna merah jambu yang terselip diantara saku celana Jungkook.

"itu surat siapa Kook?"

Jungkook menyadari arah tatapan Mingyu kemudian segera menunjukkan surat tersebut, "ini? Sepertinya ini dari junior, ah entahlah. Dia cuma bilang kalau aku ini tampan,"

"seharusnya kau menemui dia saja, daripada menunggu seseorang yang tidak pasti," ucap Myungho seraya memakan salah satu gorengan dalam sekali lahap.

"tidak mau, aku tidak kenal. Coba aku lihat, Yerim. Surat ini atas nama Kim Yerim, kalian kenal?" Tanya Jungkook yang serentak dibalas gelengan. Apalagi Mingyu, jangankan nama junior, nama teman sekelasnya saja ia belum hafal sepenuhnya.

"duh, sudah sudah. Kalian sendiri bagaimana? Kenapa tidak menemui pasangan kalian? Ditolak ya? HAHA,"

PLETAK

"enak saja, begini-begini aku sudah mendapat tiga surat, ya," kesal Seokmin setelah menjitak pelan kepala Jungkook.

Mingyu melirik jam pada pergelangan tangan, ia segera berdiri lalu membersihkan bekas rumput yang menempel pada baju, "kawan seperjuangan, aku pergi dulu. Hibur Jungkook sebisa kalian,"

"Hei! Hei! Kau mau kemana Gyu. Aku bahkan baru saja datang," Seokmin heboh sambil mengangkat gorengan yang sudah ia gigit setengah.

Mingyu mengedikkan kedua bahu kemudian mengedip usil kearah Jungkook, "menemui balasan suratku, lah,"

Yang kemudian memancing sebuah sepatu melayang tepat kearah badan besar Mingyu.

.

.

Mingyu sampai pada lahan kecil yang telah disulap menjadi dapur panitia, baru akan duduk sampai ia menyadari bahwa dirinya tidak seorang diri ditempat itu. Jujur Mingyu sedikit terkejut karena seniornya, Bae Joohyun, hanya duduk diam dengan rambut panjang terurai menutupi sebagian wajah. Mingyu heran, cantik-cantik begini rupanya bisa sedikit tidak waras juga.

"kau sedang apa sunbae?"

Joohyun menoleh, kemudian kembali menatap lurus tanpa menjawab apapun. Oke, ini tidak lucu. Bisa jadi seniornya ini bukan manusia melainkan mahkluk astral yang seharusnya tak kasat mata.

Lelaki berkulit tan itu terlalu sibuk mengamati Joohyun sampai tidak sadar sebuah tangan kurus menarik kemeja belakangnya berkali-kali. Mingyu berbalik, mendapati Wonwoo yang meletakkan jari telunjuk diantara bibir tipisnya mengisyaratkan untuk diam.

.

.

"jadi-"

"hm?"

"jadi kau mengirimkanku surat hanya untuk mengajakku makan ramen disini?"

Wonwoo meniupkan mienya yang baru saja matang lalu menyeruput menimbulkan efek suara lezat. Sembari mengunyah ia menatap Mingyu yang menggantungkan pertanyaannya di udara.

"apa aku salah mengirim surat hanya untuk makan?"

"bisakah kau tidak menjawab pertanyaanku dengan memberikan pertanyaan?"

"Duuh, gemas sekali hyungku kalau marah,"

"HEH"

Mingyu terkekeh melihat ekspresi kesal Wonwoo disampingnya. Sebentar saja, karena setelah itu ia kelabakan Wonwoo meninggalkannya tanpa aba-aba. Ia meminum kuah ramen tergesa kemudian pergi menyusul Wonwoo yang menghentakkan kaki kesal.

Sementara Wonwoo, sejujurnya ia tidak marah sama sekali. Hanya saja saat kata gemas itu dilayangkan untuknya, ada setengah hati miliknya yang melayang berbunga-bunga. Malu, Lelaki bermarga Jeon itu melangkah sedikit cepat demi menyembunyikan kedua pipi yang terasa panas.

.

.

Walau mata Wonwoo sedikit minus hingga perlu dibingkai kacamata, ia sangat mengenal bentuk tulisan tersebut. Ia sampai mengerjapkan matanya berkali-kali, sedikit mengira bahwa ia salah. Tapi tidak, bentuk tulisan itu sangat khas dan tidak ada satupun yang bisa menyamainya.

"Wonwoo, Jeon Wonwoo?"

"ah, iya? Maaf aku tidak fokus,"

"tsk, kau ini. Katakan padaku surat ini dari siapa,"

"lihat saja nanti saat api unggun. Susah sekali, sih, Joohyun,"

"menyebalkan. Kau sendiri bagaimana? Dapat surat?"

Wonwoo menunjukkan sebuah kertas surat berwarna biru diantara puluhan surat berwarna merah jambu. Joohyun, mengernyit heran.

"biru? Dari lelaki berarti? Apa isi suratnya?"

"lebih tidak jelas darimu. Hanya mengajakku makan ramen di dapur panitia,"

"astaga, siapa lelaki tidak jelas yang mengirimkan itu?"

"Mingyu, Kim Mingyu," ucap Wonwoo tanpa sadar membiarkan ujung bibir tipisnya tertarik membentuk senyuman paling manis.

Teen, Age [MEANIE]Where stories live. Discover now