(22) Hug

1.2K 182 19
                                    

.

.

.

"lampu tetap menyala atau mati?"

"nyala"

"mati"

Hansol menggeleng gemas, "sudah adegan dramatis bak telenovela tetap saja kalian tidak sepemikiran. Sudah ya, kumatikan saja, hemat listrik. Selamat malam,"

Mingyu meneguk saliva, belum pernah terbayangkan olehnya akan tidur diruangan yang sama dengan Wonwoo semalam suntuk. Oke, pernah membayangkan, tapi dulu, sebelum Nenek Sihir –begitulah julukan gaul ala Seungkwan– menginvasi seluruh kehidupan sederhana milik Kim Mingyu.

Tidak dalam konteks tidur bersama juga sebenarnya, apartemen sederhana Hansol hanya memiliki satu kamar tidur yang tentu dipakai bersama Seungkwan, lelaki gembul itu memaksa untuk menginap juga setelah kedua mata bengap menyaksikan roman picisan dengan Mingyu dan Wonwoo sebagai pemeran utama. 

Sehingga sebagai tamu bermartabat, tepatnya di ruang tamu, Mingyu merelakan tubuh besarnya berbaring di atas karpet sedangkan Wonwoo berselimut nyaman diatas sofa.

Ruangan yang menjadi saksi bisu kata 'aku merindukanmu' terlepas begitu saja dari bibir Mingyu hanya karena menatap wajah Wonwoo bak sewindu tak bertemu.

Mengingatnya lagi Mingyu ingin menenggelamkan diri kepalang malu. Mana sosok penerima kata manisnya sejak adegan peluk erat manja tadi terus saja membisu, duh, yang tahu cara menghapus aib diri tolong segera hubungi Mingyu.

Lelaki berkulit tan itu menghela napas berat kesekian kali, kemudian melirik Wonwoo yang mungkin sudah tertidur membelakanginya, sebagian selimut yang dikenakan tampak turun memperlihatkan sedikit bahu kurus Wonwoo.

Bahkan tanpa adanya cahaya lampu, figur Wonwoo dari punggung sudah membuat tangan Mingyu gatal ingin kembali memeluk. Sungguh tidak aman bagi kesehatan jantung.

Akhirnya Mingyu memilih berbalik membelakangi pula, memejamkan mata dengan paksa walau hati merapal doa agar pagi tak kunjung datang. Karena kedua adam tersebut enggan menerka kenyataan apa yang akan memisahkan mereka ketika matahari bangun dari peraduan.

Berbeda dengan Seoul yang penuh hingar bingar kota malam, apartemen Hansol yang terletak sedikit pelosok membuat suasana malam seperti hanya ditemani detik jarum jam dan sayup suara stereo lagu lawas dari dalam kamar.

Juga hembusan nafas hangat dari balik punggungnya.




Tunggu.

Sebentar.






Mingyu seketika kembali membuka mata, merasakan hembusan nafas halus yang sesekali mengenai punggung lebarnya. Mingyu enggan berbalik walau kepalanya berisi ribuan pertanyaan.

Yang jelas dibalik punggungnya bukan hantu, tapi Wonwoo.

Memorinya berusaha mengingat apakah ia sempat mengabaikan suara ketika Wonwoo turun dari sofa, atau memang dirinya yang sempat tertidur tapi tidak merasa.

"gyu"

"hmm?" damn, terlalu gemetar untuk terlihat biasa saja, racau Mingyu.

"tidur?"

"belum"

Mereka kembali terdiam cukup lama, tetap pada posisi Mingyu yang masih membelakangi sosok Wonwoo. Mingyu meneguk saliva berkali-kali, mencoba mengabaikan degup jantung yang berdesir tiap hembusan napas hangat Wonwoo mengenai punggung.

"tukar gyu, kau tidur diatas. Biar aku yang disini"

"no hyung, kau tamu, kau yang tidur di atas"

Teen, Age [MEANIE]Where stories live. Discover now