(24) Let Me Hear You Say

783 127 32
                                    

dor, adakah yang masih menunggu? :"))

.

.

.

Mingyu memperhatikan semuanya dengan jelas, bagaimana tubuh Wonwoo perlahan jatuh sebelum ditahan oleh Hansol yang berdiri tepat dibelakang tubuh lelaki bermata rubah itu. Sontak saja ia mengambil alih tubuh ringkih Wonwoo, menggoyangkan, menepuk lengan dan pipi berharap kedua mata manis itu terbuka dan kembali bersiborok dengan manik legam miliknya.

Tetapi Wonwoo tetap terpejam, dengan napas rendah dan bulir keringat yang semakin deras.

"Mingyu," tangan Mama Kim menyentuh bahu yang ia tepis dengan kasar.

"Pergi!"

"Mingyu dengarkan Mama. Masukkan dia ke mobil, kita ke rumah sakit sekarang,"

Mingyu, dengan akal sehatnya yang masih tersisa, untuk pertama kalinya setuju dengan saran sang Mama. Ia bawa tubuh Wonwoo dengan mudah ke kursi belakang, membiarkan sang Mama berlari ke kursi pengemudi dan membawa mobil itu melaju cepat membelah malam.

. . .

Disinilah Mingyu, duduk di bangku ujung lorong rumah sakit seorang diri. Semantara Mama Kim berada di bagian administrasi. Dalam heningnya ia menahan kedua tangan yang masih gemetar hebat.

Gema langkah kaki bersahutan memecah lamunan Mingyu, itu Seulgi dan Jungkook. Masih lengkap dengan piyama bahkan Seulgi seolah lupa rol yang masih menggulung rambut. Tanpa membuang waktu, bahkan dengan nafas yang terputus – putus, Seulgi memegang bahu Mingyu erat.

"Wonwoo.. dimana Wonwoo?"

"Di dalam noona—" tanpa mendengar seluruh kalimat Mingyu, Seulgi langsung merangsek masuk meninggalkannya dengan Jungkook.

Mingyu meneguk saliva kasar, sama sekali tak bisa menafsirkan arti tatapan si bungsu Jeon yang kini melekat tajam padanya, "Hai, Jungkook,"

Hanya sepersekian detik waktu bagi Mingyu untuk menyadari sebuah bogeman mentah menghantam sisi wajahnya, cukup keras hingga tubuhnya sedikit terlempar dengan pandangannya berputar. Dihadapannya, Mingyu dapat melihat kepalan tangan Jungkook yang gemetar, seolah menahan diri kuat – kuat agar tidak kelepasan membuat kericuhan.

"Hai? Hai?? Itu yang kau ucapkan setelah tiba – tiba menghilang tanpa wujud kemudian menelfonku tengah malam memberitahu kalau Wonwoo-hyung ada bersamamu. Hai?" sarkas Jungkook.

"Maaf," Mingyu menundukkan kepalanya dalam – dalam, memang paling benar seandainya Jungkook memberinya barang satu atau dua pukulan. Untuk berada disini menunggu hingga Wonwoo siuman saja ia merasa sangat tidak pantas, "Aku—aku akan pulang. Aku janji tidak akan menemui Wonwoo-hyung lagi kalau menurutmu itu jalan yang paling benar."

Jeda sesaat.

Indera Mingyu dapat menangkap dengan baik helaan napas frustasi dari Jungkook, "Lalu membuat Wonwoo-hyung mengamuk dan membenciku seumur hidup?"

Mingyu memberanikan diri mengangkat kepalanya, menemukan senyum tipis di raut lelah wajah Jungkook. Bungsu Jeon itu, meninju pelan bahu Mingyu dengan tangannya yang masih gemetar agar ia berdiri lebih tegak, "Bajingan ini, semudah itu ya pergi tanpa pamitan. Kemari sini!"

Kedua manik legam Mingyu melebar ketika Jungkook memeluknya erat. Mengingatkan ia kembali sebuah fakta bahwa mereka pernah menjadi teman yang sangat dekat. Usai pelukan itu Jungkook memegang kedua bahu bidang Mingyu dan menggoyangkannya keras – keras.

"Kim Mingyu, mulai detik ini anda dilarang meninggalkan rumah sakit sebelum Wonwoo-hyung bangun, titik!"

Mingyu mengulas senyum tipis, menahan geli disuguhi tatapan mata bak anak kelinci di kedua manik Jungkook. Kemudian ia mengangkat satu tangan layaknya bersikap hormat, "Iya, siap laksanakan."

Teen, Age [MEANIE]Where stories live. Discover now