Teruntuk Akun Terhapus, Saya Rindu

36 7 1
                                    

Teruntuk akun terhapus yang masih bertengger di urutan pertama dalam daftar obrolan, saya rindu.

Jika biasanya menjelang magrib kau selalu mengirimkan pesan seperti ini;
"Jangan lupa salat."
"Jangan lupa makan."
"Kamu mau makan sekarang atau saya cuekin?"
Kini sudah tak saya temukan lagi pesan-pesan yang seperti itu.

Kini, saya kembali pada masa sebelum ada kamu. Sepi, sunyi, kosong, dan hampa. Bedanya? Dulu saya biasa saja sebab memang belum pernah menemukan orang yang dapat melengkapi. Namun, sekarang, rasanya sebagian dari diri ini hilang. Bagaimana bisa saya hidup dengan separuh yang masih tertinggal?

Ah, sial. Air mata jatuh tak pernah tepat.
Bahkan saat saya menulis rangkaian kalimat yang tak memiliki unsur estetika seperti ini ia tetap jatuh.

Maafkan saya untuk kali ini, Tuan. Sebab, saya belum bisa bahagia selepas pergimu -kamu pernah berpesan agar saya selalu bahagia. Namun jika kupikir, bagaimana bisa saya bahagia saat apa yang saya sebut kebahagiaan pergi?

Tuan, saya rindu.

Dan sekarang saya sadar, sebanyak apa pun saya mengucapkan kata rindu, rindu tak pernah bisa memulangkanmu. Malah rindu itu kian mendalam.

Sekali lagi, teruntuk ruang obrolan yang tak pernah saya harapkan menjadi akun terhapus -tetapi sekarang sudah bermetamorfosis menjadi akun terhapus, saya rindu.

Sungguh. Saya rindu.

- Xiaorina,
Kepada kalian yang baru saja ditinggalkan, tetap tabah, ya!

Setangan Kenangan Where stories live. Discover now