Tentang Ingatan Yang Sama Sekali Tak Ingin Kulupakan (VI)

18 5 0
                                    

VI

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

VI

Hari berlalu. Di persimpangan jalan itu, aku menunggu kamu yang entah datang kembali atau tidak. Semuanya menggantung tanpa kepastian. Aku, yang tidak pernah lelah menunggu kamu, perlahan mulai disadarkan; bahwa tidak ada seorangpun yang akan menetap selamanya. Termasuk kamu.

Aku menengadah, kemudian memejamkan mata. Kurasa bahuku disentuh. Tangan ini ... tangan yang sudah lama aku rindukan.

"Kamu?" Akhirnya aku membuka suara.

"Malam ini cukup untuk mengetahui kabarmu baik-baik saja tanpa aku," balasmu kemudian tersenyum. Senyum ini berbeda dari senyum yang kamu beri di hari-hari lalu. Rasanya lebih tenang.

"Kamu nyata?" tanyaku lagi.

"Sayang, aku tidak dapat lagi menjagamu di sini. Aku hanya bisa mengawasimu dari atas sana." Kemudian kamu menunjuk langit. Tenang. Wajahmu sangat tenang. Tak ada raut sedih sama sekali.

Dan pada saat aku membuka kelopak mataku, sosokmu yang tadi ada di depanku sekarang menghilang. Hilang secepat mata mengedip.

Aku paham. Kamu memintaku melupakanmu bukan karena inginmu —melainkan takdir. Kamu tahu? Pada saat malam tiba, aku selalu berada di luar.
Mencari bintang manakah yang merupakan jelmaan dari rindumu. Namun sayang, semesta kejam. Ia menghadirkan banyak bintang hingga aku sendiri tidak tahu mana bintang yang aku cari.

Sudahlah, biar kupanjatkan pinta pada doa sepertiga malam. Dan kamu, akan tetap menjadi ingatan yang sama sekali tak ingin kulupakan —selamanya begitu.

Teruntuk kamu yang kini tengah sibuk tertawa bersama bidadari-bidadari surga, semoga Tuhan menempatkanmu di tempat terbaik.
Terima kasih atas kesempatanku mengenalmu, Tuan.

Salam dari dunia sementara; Gadismu.

—Xiaorina

Setangan Kenangan Where stories live. Discover now