Realita Yang Tak Pernah Kurencanakan

19 4 0
                                    

Hei, Tuan Titisan Einstein yang akhirnya berhasil membuatku jatuh cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hei, Tuan Titisan Einstein yang akhirnya berhasil membuatku jatuh cinta.

Sudikah kiranya kamu mendengar sebuah cerita? Tentunya ini cerita usang kala kita pertama jumpa.

Sejak pertama kali kita bertemu, sesuatu yang "salah" terjadi pada diriku. Bukan dalam artian buruk, tentunya. Justru ini adalah jenis "kesalahan" yang aku suka. Suka tidak suka, dirimu ada dalam kepala. Meski kamu belum tentu sudi menerima kehadiran perasaan ini, izinkan aku untuk mencurahkan melalui tulisan sederhana yang mungkin bahkan tak akan pernah sempat kau baca.

Maukah kau mendengar ceritaku lebih lanjut?

Ya, kita saling mengenal meski tak terlalu dalam. Pertemuan singkat yang mungkin hanya kau anggap angin lalu, ternyata membekas di ingatanku. Dulu sepertinya tak pernah terbayang memiliki cinta yang begitu dalam. Belum pernah ada seseorang pun yang kehadirannya begitu aku rindukan. Jadi aneh rasanya saat kamu tiba-tiba ada. Harus terseling waktu sebelum aku benar-benar terbiasa.

Seiring berjalannya waktu, aku pun jadi penunggu setia akhir pekan. Ada semangat yang menyelinap di jiwaku setiap kali mengingat bahwa aktivitas hari itu akan mempertemukan kita. Kamu mungkin tidak sadar betapa setiap hari yang kujalani bersinggungan denganmu terasa berarti. Aku yang tadinya bersikap dingin pada cinta, kini lebur perlahan karenanya. Meski malu harus kuakui kini kamu tengah menjadi poros kehidupanku. Perhatian yang dulunya hanya kupersembahkan untuk diriku sendiri, kini harus dibagi dengan orang lain. Membagi perhatianku denganmu.

Asal kau tahu, Tuan, aku bukanlah orang yang gemar menaruh perhatian kepada orang lain. Bagiku hidup adaah proses membentuk diri. Setengah mati aku berusaha menyingkir dari roman percintaan. Dulu kupikir tak ada gunanya menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk menjadi pekerja cinta. Karena sudah terlalu banyak kecewa rasanya. Semua itu kujalani dengan penuh sadar, sampai pada saat kamu datang membalik keadaan. Seakan kau mengatakan cinta tak sejahat itu. Kesantunanmu sanggup membuat ruang hampa itu tergetar kembali. Perilakumu yang dewasa membuatku kembali tertarik untuk jatuh cinta lagi.

Aku ingat betul, Tuan, bagaimana pertama kali kamu menyambut uluran tanganku dengan cara yang begitu memukau. Tatapan teduh dan cara bicara yang menentramkan itulah yang membuatku terhenyak. Sifatmu yang jauh dari kesan kekanak-kanakkan tersebut membuatku hanyut pada lebatnya perasaan kagum.

Kini kusadari bahwa jatuh cinta itu begitu sederhana. Tidak perlu juga pangeran berkuda putih yang datang meminang. Perilaku menenangkan jauh lebih penting dari itu semua. Kamu mengajarkanku untuk bisa berdamai dengan standar tinggi yang kubuat sendiri. Terima kasih, Tuan, telah memberiku pengertian bahwa jatuh cinta tak serumit yang aku pikirkan.

Walau sampai hari ini penaklukan hatiku olehmu masih menjadi sebuah misteri, aku bisa menerimanya tanpa perlu bertanya lagi.

Harus kuulangi bahwa jatuh cinta padamu adalah sebuah realita yang tak pernah kurencanakan. Sama seperti datangnya rezeki dan kemalangan, sebagai manusia aku hanya bisa menerima segala penentuan. Aku hanyalah lakon dalam penggalan drama kehidupan ini. Dan sebagai Sang Sutradara, DIA berhak menentukan segalanya. Ya, termasuk juga menitipkan rasa kasih yang datangnya tiba-tiba.

Di satu sisi aku merasa bahagia karena akhirnya masih layak merasa cinta. Namun di sisi yang lain ada pertanyaan tersimpan yang sejujurnya ingin sekali aku tanyakan. Apakah kau di sana menyimpan rasa yang sama? Apakah kamu juga menaruh perhatian yang sepadan? Atau, apakah pernah sosok diriku muncul di pikiran?

Ini adalah cerita tentang rasa yang tengah kuperjuangkan, tanpa tahu bagaimana akhirnya akan dituntaskan.

Ribuan pertanyaan tentang perasaan yang terus bergelayut di pikiran ini diam-diam mulai kususun dalam doa. Merangkainya menjadi kepingan permohonan panjang kepada Tuhan, agar ia tak lupa menitipkan rasa yang sama, kesehatan dan kelancaran dalam mewujudkan mimpi dan cita-cita. Setiap waktu aku bertekun, bertelut dan melipat tangan jika pasangan jiwa yang telah dipersiapkan adalah kamu yang kini namanya senantiasa kurapal dalam doa malam. Segenap doa ini aku ucapkan dengan penuh kerendahan, berharap suatu saat waktu kebersamaan akan datang dan mimpi-mimpi yang telah direncanakan jauh hari akan terealisasikan. Meski anganku terdengar tak waras, aku tak cemas. Karena kuyakin kau yang kini berada di singgasana-NYA pun tak bisa menahan kerinduan terhadapku yang teramat deras.

Terakhir, maaf atas segala kekurangan yang tak sempat terucap di hari terakhir.

Sunggu. Maafkan aku, Tuan, masih ada sepenggal rasa yang kusimpan rapat di lubuk hatiku yang dalam. Semoga kebersamaan yang selalu kurindukan akan datang. Mungkin, nanti di akhirat.

-Xiaorina

Setangan Kenangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang