19; Cahaya dan Surat

677 201 19
                                    



Udah dong nangisnya, hidung lo merah banget nanti."

Govinda melepas pelukannya, "Iya,"

Larut dalam pikiran masing-masing, Kayla tiba-tiba berbisik, "Gue pikir, gue keterlaluan waktu bully lo."

Govinda menggeleng, "Nggak papa, udah yang berlalu itu dilupain aja."

Kayla kemudian menepuk tangannya, "Yosh, gue bakalan bantu lo."

"Bantu apa?" Govinda memiringkan kepalanya.

"Lo mikir nggak seberapa kayanya si Chaeyoung sampe dia suka bertingkah seenak jidat?"

Govinda tersenyum, "Nggak pernah, yang pasti keluarga Chaeyoung itu sangat berada."

Kayla menghela nafas, "Orang tua Chaeyoung itu direktur. Sedangkan orang tua gue punya rumah sakit."

Sontak Govinda menoleh dengan cepat, tidak percaya pada apa yang di dengarnya barusan.

Kayla terlihat sederhana jika ditelaah dari penampilannya, karena tidak sampai seheboh penampilan Chaeyoung.

"Diatas langit masih ada langit, jadi wajar. Dan gue serius, ucapin satu permintaan lo, dan menurut gue, gue mau lo masuk ke rumah sakit dan dapet rehabilitasi serta perawatan." Kayla menatap serius ke arah Govinda.

"N-nggak usah, nggak perlu sampai punya permintaan, nanti a-aku ngerepo-"

"Gue nggak nerima penolakan, Gowon."

Hening sesaat.




"Rumah sakit kamu punya relasi sama bank mata, kan?"






-one and only-





Kebahagiaan akan datang bagi mereka yang senantiasa bersabar, Haidar sangat percaya akan kalimat itu.

Entah bagaimana ceritanya, sepulangnya Govinda senja yang lalu, Ibu Panti segera mengajaknya pulang.

Bahkan sesampainya di panti pun ia tak begitu mengerti ketika mendengar suara Ibu Panti yang tengah menangis sekeras-kerasnya.

Haidar yang duduk di kursi hanya bisa mendengar kasak-kusuk saudara-saudarinya, bahkan ia bisa mendengar beberapa dari mereka berteriak dan ikut menangis.

Bahkan ia merasa saat itu tubuhnya ditubruk dan dibawa ke dalam sebuah group hug.


"HAIDAR, SELAMAT"

Mendengar kalimat itu terus bergema, Haidar yang kebingungan pun angkat bicara, "Selamat-buat apa?"

"Bentar lagi kamu bakalan bisa lihat gimana jeleknya kak Radit!"

"Hush, mulut!"

"Kamu nggak perlu diambilin nasi lagi sama Kak Nata, jadi nggak perlu takut kebanyakan!"

"Kamu bisa pergi jalan kemanapun yang kamu mau, nggak perlu bantuan kita lagi!"

Tunggu sebentar.


"Jadi maksudnya, aku bisa lihat lagi?"

"IYA!"

Air mata mengalir dari mata kosong Haidar, "Ini, b-beneran?"

Anak laki-laki itu merasakan pelukan dari satu orang yang tak lain dan tak bukan adalah Ibu Panti, "Berterimakasih sama Gowon, nak, dia yang udah mengusahakan ini semua buat kamu."


Haidar Seungmin adalah manusia paling bahagia yang pernah Tuhan ciptakan.




-one and only-



Hatinya bahagia, bahkan berkas cahaya saat perban matanya dibuka tak lagi terasa istimewa.

Berdiri dihadapannya, semua keluarga panti yang selama ini menjagainya berkumpul lengkap.

Hadiar tak pernah mengira, keluarganya sebanyak dan seramai ini. Tak pernah mengira pula saudara-saudarinya nyaris semua berparas rupawan.

Bahkan matanya sempat menangis pilu ketika pandangannya bertabrakan dengan Elkie Renara dan Jeongin Kahlil, dua orang yang juga tak sempurna.


Namun kini Hadiar menyadari sesuatu. Penciumannya tak menangkap aroma parfum yang selalu menjadi dambanya.

Anak itu menundukkan kepalanya, sedikit kecewa.

"Ibu, Gowon nggak datang kesini?"

"Ah, Gowon sepertinya berhalangan hadir, saudaranya kemarin bilang kalau Gowon harus mulai bed rest lagi. Dia bakal kirim surat buat kamu, begitu yang saudaranya bilang sama Ibu."

Haidar tersenyum maklum, "Kapan-kapan, boleh ya kita jenguk Gowon ke rumah atau mungkin ke rumah sakit tempatnya dirawat?"

Semua wajah di sana mendadak tertekuk lesu.



Dan hari itu, Haidar tidak mendapat jawaban atas pertanyaan yang dilontarkannya.






-one and only-





Setelah keluar dari rumah sakit, entah mengapa Ibu Panti tak mengizinkan Haidar untuk ikut dengannya terlebih dahulu.

Hasilnya, ia hanya tetap tinggal di panti dengan saudara-saudarinya yang lain.

Nyaris pukul enam, Ibu Panti selalu sudah sampai ke rumah, kali ini sambil membawa surat, "Haidar, buat kamu."

Haidar meraih surat dengan warna amplop biru manis tersebut, "Makasih, Bu."





Hai, Haidar!

Apa kabar? Maaf ya nggak sempet mengunjungi kamu. Dokter bilang, aku harus full bed rest, yah, kamu tau lah kenapa.

Oh iya, gimana rasanya harapanmu terkabul? Udah liat kan, saudara-saudarimu semuanya rupawan.

Kamu juga lihat kan wajah kamu sendiri kaya apa? Liat wajah aku kapan-kapan aja ya, aku janji kok.

Dan lagi, kamu nggak perlu balas surat dari aku. Aku nulis surat ini pun nggak bisa setiap waktu, aku takut kalau surat balasan dari kamu malah nggak sampai ke aku.

Nggak usah khawatir, saat ini aku baik-baik aja, kok.

-Gowon


tbc


mampus double update

One and Only | Seungmin, Gowon ✔Where stories live. Discover now