Satu

556K 6.9K 83
                                    

Hallo pembaca yang saya cintee kan. Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian semua sehat:)
Sebelum membaca cerita MSD ada beberapa cuapan saya untuk pembaca lapak ini? Oke, udah berapa lama kita ga bertemu ya? Sebulan lebih kayanya. Saya juga belom up cerita ini. Awalnya wattpad saya kena report, entah sama siapa. Jadi sebulan penuh ini saya utak atik wattpad saya, kenapa cerita saya ilang. Dan temen saya bilang itu ke report. Kebanyakan cerita dewasa pasti kena report. Sumpah saya kesel banget!

Next, beruntung nya selama sebulan penuh saya sabar, dan kemarin cerita saya bisa kembali lagi. Dan tadi malem saya udah mulai nulis bagian cerita ini. Niatnya si mau langsung up, tapi saya pikir besok aja deh. Hehehe.
Udeh, gaosah bnyk bacot 👌
Silahkan membaca guysssss....

Calla Cayson

Itulah nama yang tertera pada berkas yang sedang di pegang oleh pria yang memakai jas putih, khas seorang dokter. Pria itu bernama Britta Smith, pria yang memiliki wajah tampan, tinggi nya 185, tubuh atletis yang berotot. Keturunan keluarga inggris, Smith adalah marga keluarganya.

Britta menutup berkas yang bersampul kuning itu dan menaruh nya di meja kerja, mata hanzel nya menatap seorang perempuan yang berdiri di depannya menggunakan baju putih yang sama dengannya, bedanya perempuan itu seorang perawat di rumah sakit ini.

"Kamu bisa keluar dan panggil pasien yang bernama Calla Cayson. " katanya dengan tegas.

"Baik pak. "

Perawat perempuan yang masih muda tadi segera keluar dari ruangan Britta, dokter tampan yang menjadi incaran suster dan dokter-dokter perempuan lainnya.

Britta pria yang mempunyai wajah dingin tapi selalu ramah terjadap pasiennya, perubahan wajah Britta tidak gampang di prediksi, kadang dingin dan terkadang akan lembut.

Dia seorang dokter yang berumur 24 tahun, walaupun sudah menginjak kepala dua tapi aura anak mudanya masih melekat di dirinya.

Britta menjadi dokter spesialis bedah selama tiga tahun, Britta memulai menjadi seorang dokter diusia 21 tahun. Rumah sakit yang menjadi tempat kerjanya sekarang adalah Rumah sakit milik orangtuanya, yang bernama Rs Smithaid.

Walaupun Britta tidak bekerja dia tidak akan jatuh miskin, kekayaan orangtuanya selalu turun temurun karena banyak usaha yang di sajikan keluarga Britta-Smith.

Menjadi dokter adalah salah satu cita-cita Britta, dari SD ia sudah menyukai pelajaran yang berbau kedokteran. Britta selalu diajarkan menjadi anak laki-laki yang harus peduli terhadap semua orang, baik dan juga bijaksana. Sifat Britta mungkin mencondong seperti layaknya seorang dokter.

Pintu ruangannya terbuka, menampilkan figur gadis cantik yang memakai kursi roda. Ada perawat yang tadi membantu gadis yang duduk di kursi roda itu untuk ke ruangan Britta.

"Terimakasih Celin, kamu bisa meninggalkan kami. Saya akan menghubungi kamu kalau saya butuh bantuan. " ucap Britta dengan nada dingin tapi bibirnya menampilkan senyum yang tipis.

Celin-perawat itu tersipu malu dan membalas senyum Britta dengan seringai lebar.

Dan setelah itu diruangan ini hanya ada mereka berdua.

Cukup lama mereka membisu, menikmati keheningan di ruangan yang serba putih ini. Britta maju dengan langkah lebar menimbulkan suara sepatu Britta yang terpijak di atas lantai marmer itu.

Aura Britta sangat memposana, mimik wajahnya menampilkan raut dinginnya. Dan itu semua membuat gadis yang duduk di kursi roda ketakutan, bahkan bulu kuduknya meremang melihat betapa menusuknya tatapan Britta kepadanya.

"Kamu membuat aku takut Kak. " ucap gadis itu dengan wajah tegang.

Britta melihat semua ketakutan yang ada pada Calla, dia berjongkok, menumpu lengannya di atas lutut. Menatap Calla dingin yang ada tepat di depannya.

Tatapan Britta kembali melembut, di genggam nya tangan mungil milik Calla yang dingin, pasti karena gadis itu gugup dan takut.

"Kamu membuat aku khawatir Calla. " kata Britta melembut

Calla mendesah panjang, ia menatap sendu Britta-pria yang lebih tua empat tahun darinya. "Maafkan aku Kak. " kata Calla

"Aku tidak bisa fokus bekerja saat mengetahui kalau kamu terjatuh dari tangga, jadi tolong jelaskan semuanya padaku sayang. " tutur Britta penuh tekanan.

"Aku hanya tergelincir. Saat itu aku mencoba belajar untuk berjalan, menggerakan kaki ku yang terasa kaku. Aku belajar berjalan turun dari tangga, tapi saat dipijakan ketiga aku malah kehilangan keseimbangan dan terjatuh. " jelas Calla

Britta hendak berbicara, tapi lebih dulu di potong oleh Calla. Gadis itu dengan cepat berkata "Tapi aku baik-baik saja sungguh. "

Britta mendesah, dia tidak bisa marah dengan gadis pujaannya yang sangat ia cintai. Britta selalu menjaga dan melindungi Calla dengan cara apapun, tapi dengan teledornya Calla membuat kesalahan sendiri.

"Tolong jangan ulangi lagi, itu berbahaya. Mengerti? "

"Hu'um. " jawaban lugu dari Calla mendapat kecupan manis di bibirnya, Calla tertawa dengan perlakuan sang kekasih.

Britta berdiri dan membungkukan badannya agar sejajar dengan wajah cantik milik Calla.

"Aku akan memeriksa kamu, jadi jangan protes dan banyak bicara. "

Britta tidak memberikan waktu Calla untuk bicara, karena tubuh nya sudah lebih dulu di angkat dan ditiduri tubuh mungil Calla di atas tempat tidur yang biasa untuk pemeriksaan.

Britta mulai memeriksa Calla dengan sangat professional, wajahnya begitu serius. Menambah kadar ketampanan Britta, dan itu semua tidak luput dari pengawasan Calla yang tengah memandang Britta dengan kagum.

Untuk pembaca budiman yang baik hati, saya cuma minta vote dan komen dari kalian. Supaya saya bisa liat kalian semua menunjukan dukungan untuk saya walopun hanya dari sekedar pencet bintang.

Terimakasih:)💝

My Private Doctor [21+]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora