Empat

236K 2.9K 88
                                    

Haii pembaca cerita MSD!! 🖐lama tidak berjumpa ya 😂karena saya ngaret banget buat tulis dan up cerita ini, maaf ya...

Buat semua pembaca saya, semoga tetap sehat dan dalam lindungan tuhan*aminn:))

Jangan keluar rumah dulu yak, kaum rebahan mending rebahannya banyakin lagi deh wkwk 😂 stay safe guyss:*

#Dirumahaja

...............

Britta membuka pintu rumah nya dengan kasar, wajahnya yang datar serta tatapan matanya yang tajam namun mematikan.

Kakinya yang jenjang melangkah dengan lebar, dasi yang ia kenakan ia longgarkan, lalu membanting tas kerja nya di sofa begitu saja.

Suasana nya hati benar-benar buruk, Britta jarang marah, tapi kali ini dia sungguh merasakan emosi, apalagi dada nya bergemuruh hebat menahan gejolak amarah yang dia tahan sedari tadi di tempat kerjanya- rumah sakit.

Tadi siang sesudah kejadian Aurel datang ke sini, mencemoh serta menampar Calla. Bi Ningsih-Art dirumah kediaman keluarga Smith menelpon dan mengadu perbuatan Aurel kepada Calla-gadis nya.

Saat itu juga Britta begitu emosi, dia sudah menahan rasa kesal nya dari tadi. Tentu saja dia marah kepada Aurel, gadis jahat itu.

Britta sangat-sangat memcemaskan keadaan Calla, apa gadis itu baik-baik saja? Apa pipi mulus nya terluka karena tamparan Aurel? Yah, Britta sudah menduga semua pemikiran di otak nya adalah kebenaran.

Britta menaiki gundukan tangga, berjalan menuju kamar Calla. Pintu kamar Calla tertutup, sepertinya gadis itu sedang tidur.

Dengan hati-hati Britta membuka handle pintu kamar gadis-nya, aroma lavender langsung memasuki indera pencium nya saat dia masuk ke dalam kamar Calla.

Sileut gadis dengan gaun tidur itu sedang berada di atas ranjang tempat tidur, posisi Calla menghadap balkon kamar, memunggungi keberadaan Britta yang belum dia ketahui.

Rambut coklat nya yang panjang menjuntai indah, apalagi posisi tubuh Calla sungguh menggoda itu. Calla memakai gaun tidur setengah paha, memperlihatkan paha mulus nya yang bening.

Dengan langkah pelan Britta menghampiri Calla yang sedang termenung, dia duduk di tepi ranjang. Merasa ada pergerakan lain, Calla memghadap belakang, dia tersenyum lebar saat mengetahui orang itu Britta. Pria yang sudah ia tunggu.

"Hai." kata Calla, dia merubah posisi nya duduk dengan kaki yang tetap lurus. Gadis itu masih mempertahankan senyum nya, walaupun kondisi hati nya sedang buruk.

Britta mengulas senyum tipis, tangannya terulur mengelus rambut gadis di depannya. Lalu tangan Britta berpindah, dia mengusap setiap sisi pipi Calla yang lembut, membuat mata gadis itu terpejam, menikmati hangat nya tangan Britta.

"Kamu baik-baik saja? " tanya Britta. Tatapan pria itu tidak lepas dari wajah cantik Calla, wajah nya memancarkan kekahwatiran.

Calla menggenggam tangan Britta yang masih bertengger di pipi kanannya, ia mengangguk. "Aku baik-baik saja. " katanya, tersenyum kecil.

Rahang Britta tiba-tiba mengeras melihat bekas tamparan Aurel di pipi Calla, sudut bibirnya terlihat robek dan memar.

"Kamu terluka. " kata Britta, mengusap lembut luka di sudut bibir dan pipi Calla.

"Aku tau, tapi aku sungguh baik-baik saja. " ujar Calla, berusaha meyakinkan Britta walau sudut bibir nya perih dan nyeri ketika ia tersenyum.

Britta menghela nafas gusar, menurunkan tangannya dari pipi Calla. Pria itu segera membawa tubuh Calla ke dalam pelukan hangat nya, Calla langsung membalas pelukan itu. Seketika mata Calla berair, dia ingin sekali mengadu tentang rasa sakit hatinya.

My Private Doctor [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang