8. OTTO

9.3K 783 132
                                    

(Author POV)

Jaehyun mengangkat sebelah tangannya yang mengenakan jam tangan Richard Mille seri RM011 berwarna gold yang bertabur berlian itu. "Sudah jam makan siang. Kalian boleh istirahat," ucapnya setelah menyudahi rapat akhir bulan ini.

Di ruangan besar itu hanya tersisa dirinya dan Chaeyeon yang tengah menata kembali dokumen yang beberapa jam lalu dibahas habis.

Meskipun moodnya sangat membaik, karena beberapa cabang yang pekan lalu merugi itu kini sudah berangsur stabil, mendadak Jaehyun kehilangan semangat ketika dihadapkan dengan Chaeyeon.

Kejadian itu kembali terbayang. Tubuhnya, dadanya yang tergambar jelas, tuduhannya, wajahnya yang seolah dia adalah korban, semuanya itu menjijikkan dan membuat Jaehyun kembali mengumpat dengan kasar di dalam hatinya.

Beberapa hari yang lalu, Chaeyeon meminta maaf atas kejadian itu. Tapi ancaman masih tetap berlaku. Chaeyeon tidak ingin Jaehyun memecatnya.

Dia berjanji akan menjaga rahasia fitnahannya itu dan memastikan Dejun tidak akan membocorkan rahasia.

Sebaliknya, jika berita itu menyebar, Jaehyun akan memecatnya saat itu juga, tanpa alasan lain.

"Hwejangnim, tidak pergi untuk makan siang?" tanya yeoja itu sambil memasukkan dokumen penting ke dalam tas map. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

"Aku membawa bekal." Jaehyun masih berkutat dengan layar laptopnya dan memilih untuk mengacuhkan wanita itu.

Chaeyeon mengerutkan keningnya. "Apa istrimu yang memasak?" tanyanya lalu diam-diam tersenyum kecil, menyindir.

Jaehyun tidak membalasnya. Untuk apa?

"Syukurlah kalau begitu. Ingin sekali aku mendapat kesempatan untuk menyicip masakan istrimu."

Chaeyeon berjalan cukup cepat meninggalkan Jaehyun yang menyendiri di ruang rapat, masih melihat grafik laporan dari divisi keuangan yang cukup rumit itu. Butuh ketelitian yang tinggi agar tidak ada satu pun yang keliru.

Tidak lama iPhonenya bergetar menandakan telepon masuk. Tidak menunggu lama, Jaehyun mengangkatnya.

"Ne, Hyung."

"Aku sudah menunggumu di waiting room."

"Ah! Masuk saja ke ruanganku."

Setelah membereskan barang-barang miliknya, dengan tergesa Jaehyun berjalan meninggalkan ruangan itu menuju ruangannya. Karena Taeyong sudah menunggu.

"Selamat siang, Hwejangnim yang super sibuk," sapa Taeyong dengan senyuman meledek lalu bangkit sari sofa dan menjabat, memeluk Jaehyun dengan erat.

"Kita menemukan hasil bahwa ternyata seorang CEO lebih sibuk dari artis, bukan?" Jaehyun terkekeh sambil menggiring Taeyong untuk kembali duduk, sedangkan dirinya membawa kotak bekal yang ia simpan di laci meja kerjanya.

"Aku hanya berusaha terlihat tidak sok sibuk saja sepertimu." Taeyong melihat Jaehyun mengeluarkan kotak-kotak bekal itu. "Siapa yang memasak? Bukankah sudah tidak ada yang bekerja lagi di rumahmu?"

"Sora, tentu saja," jawab Jaehyun dengan bangga. "Dia mengikuti les memasak dan rasanya lumayan. Hampir menyeimbangi masakanku, padahal ia baru mengikuti kelas satu kali. Dia benar-benar berusaha untuk membuatku senang.."

"Yasudah, makanlah. Uri Hwejangnim pasti membutuhkan banyak asupan untuk berpikir," ledek Taeyong kembali.

"Kau kemari tidak hanya untuk meledekku, bukan?" tanya Jaehyun sambil memakan suapan pertama.

IMPERFEZZJONI 2 || Jung Jaehyun NCTWhere stories live. Discover now